utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact


Dalam rangka Peringatan Hari Sejarah 2019, Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengundang kamu untuk membuat makalah dengan tema "Membayangkan Indonesia di Hari Depan".

Subtema seminarnya ada 5; 1) Masalah Identitas Kebangsaan; 2) Pendidikan Sejarah dan Ragam Media Pembelajarannya; 3) Basis Data Kesejarahan dalam Menjawab Permasalahan Bangsa; 4) Produksi Pengetahuan Sejarah untuk Mencerdaskan Bangsa; dan 5) Memasyarakatkan Sejarah.

Ketentuan dan persyaratan peserta, silakan lihat di poster, ya. Saya sih ingin ikut seminarnya saja, bukan pembuat makalahnya. Heuheu. Nah, untuk informasi lebih dalam dan lebih asyik, silakan hubungi narahubungnya; Annisa di +6281283123400.

Selamat membuat makalah.


Rahayu.
  • 0 Comments


Jalan kecil yang terjal itu, pohon jati di sisi kiri dan beberapa di sisi kanan, rumpun bambu, jembatan kecil, lio arang atau tempat pembuatan arang di pinggir sungai kecil, dan sungai besar itu, semuanya terasa tidak asing. Jalan itu membawa saya ke perkampungan dengan tiga leuit di sisi kirinya. Kampung Genteng, kampung sunyi yang tak lebih dari 17 bangunan baik rumah yang masih berdiri dan yang tinggal pondasi serta lantai, pun majlis taklim dan masjid itu sunyi sekali. Beberapa ternak tampak berkeliaran di jalan dan halaman.

Saya tidak sendiri, ada tiga orang lelaki bersama saya. Dua orang di antaranya saya panggil mamang dan Oom atau om, mang Heri dan om Feri, dan salah seorang lagi saya panggil aa atau a Ari. Usia kami tak terpaut terlalu jauh, meski saya lebih muda, tentu saja.

Salah satu rumah tempat kami menitipkan kendaraan, pintunya terbuka. Hanya saja, tak ada siapa pun di sana. Tak ada suara kehidupan anak manusia sekali, pikir saya. Seorang lelaki setengah baya tampak berjalan dari arah pinggir sungai. Pakaiannya basah separuh, di punggungnya tampak tas ransel lusuh.
"Mungkin di masjid," ujarnya.
"Oh iya, Ashar...," sahut salah seorang dari kami.
 Setelah mengucapkan terima kasih, kami kemudian berjalan menuju pinggir sungai.
"Di sini hanya ada 8 kepala keluarga lagi yang masih bertahan," terang om Feri, saya memanggilnya. Saya ber-oh panjang dan terus mengambil beberapa cuplikan gambar melalui ponsel.

Beberapa orang anak kecil dan seorang lelaki dewasa tampak duduk di rumah dengan mobil di saung yang lain itu. Tulisan 'warung kopi' yang dicat di tembok tempat duduk di depan warung. Kami terus berjalan menuju pinggir sungai. Rakit-rakit tertambat di salah satu titik. Katanya, hari ini sungai sedang meluap sehingga akan sulit bila ingin menyeberang tanpa rakit. Di seberang itulah komplek makam tua berada. Artinya, kami harus menyeberang sungai Ciberang untuk sampai di sana.

Di salah satu titik sungai yang tidak terlalu dalam, sepaha orang dewasa, om Fer dan A Ari memutuskan berjalan menyeberangi sungai. Sementara saya dan mang Heri, memilih mencari orang untuk menyeberangkan dengan rakit. Yah, lebih baik bayar upah menyeberangkan daripada pulang dengan celana basah, sementara saya tidak membawa pakaian ganti selain kain panjang saja.

Abah yang rumahnya tadi kami kunjungi tampak berjalan menuju ke arah kami. Tampaknya ia baru pulang dari masjid. Setelah bersalaman, kami meminta tolong untuk diseberangkan dan diantar menuju ke tempat tujuan kami.

7 batang bambu panjang yang direkatkan menjadi rakit itu  memiliki 5 batang bambu lebih pendek di tengahnya. Rakit itu yang dipilih abah untuk menyeberangkan. Ketakutan saya langsung naik ke leher. Jeritan kecil dan racauan saya langsung terdengar di sela-sela anjuran untuk tidak bergerak. Tubuh saya benar-benar tidak bergerak, hanya jantung yang terasa melompat-lompat. Ini memalukan, sebenarnya. Tapi kau tahu, ketakutan itu tidak tahu atau punya malu. Di seberang, om Feri sengaja melempar kerikil untuk mengisengi kami. Orang tua iseng itu tertawa saja mendengar jeritan ketakutan saya. Senang betul!

"Duh! Aki, nini, eyang, buyut, na atuh kudu nyeberang segala. Da saya sieun tigubrus laju tilelep dan paeh," racau saya dalam ketakutan itu dan langsung disambut tawa yang sudah di seberang.

Pasir, orang-orang kampung itu menyebutnya. Dataran tinggi yang ada di seberang sungai itu selain kebun warga, juga ada area pemakaman tua. Nisan-nisan yang ada di sana tak hanya terbuat dari batu pipih bermotif atau berukiran, ada pula yang terbuat dari batu fosil baik dengan ukuran kecil dan pendek, maupun ukuran besar dan menjulang ke atas. Semua tertancap di beberapa titik. Di sana pun tak hanya kuburan berbentuk memanjang, ada kuburan yang menggunung serupa kuburan orang Cina yang saya lihat di film-film kolosalnya. Di salah satu makam dekat saung, nisannya tampak ukiran Allah (dalam bahasa Arab), di batu nisan lainnya motif pucuk pakis terukir di atas nisan. Sedangkan di nisan-nisan dengan batu fosil itu, tampak tak ada ukuran atau tulisan apapun.

Nisan berlafad Allah itu, konon adalah milik  Pangeran Artapati. Ia adalah salah satu tokoh penguasa kecil di area Lebak. Keunikan yang ada di area makam tua ini terdapat pada batu-batu fosil yang menjadi ciri atau nisan, selain ukirannya juga.

Sempat terbersit dalam benak saya perihal pemindahan nisan-nisan yang ada di area ini. Tapi, ke mana dipindahkan dan siapa yang memindahkan, saya belum dapat memastikannya. Hanya saja, menurut hemat saya, bila area ini tenggelam kelak, setidaknya kita masih punya tanda bahwa mereka pernah benar-benar ada dan hidup di dunia ini. Tentu saja, area tempat pemindahan itu disiapkan khusus serupa tempat aslinya dengan berbagai catatan yang bisa mengenalkan mereka kepada khalayak.

Selesai berziarah dan berkeliling dari satu nisan ke nisan lainnya, kami pun segera beranjak menuju tepi sungai. Sementara om Feri dan a Ari menyeberang sungai di area dangkal, saya dan mang Heri kembali naik rakit 7 batang bambu bersama Abah. Saya masih diserang takut ketika berada di atasnya. Tak ayal, jeritan kecil pun terdengar hingga tepi tempat rakit-rakit lainnya berada. Beristirahat sebentar di rumah penduduk, kami memesan kopi dan mengobrol perihal pengalaman tadi di seberang serta dugaan-dugaan lainnya. Menjelang Maghrib, kami pun beranjak kembali menuju Ciuyah, tepatnya ke tempat tujuan lainnya.

Semoga kita semua selalu sehat sehingga kita bisa kembali ke area ini lagi. Tentu, sebelum area ini tenggelam oleh waduk terbesar ke-3 di Republik ini, Waduk Karian.



Rahayu.


  • 0 Comments




Kawan-kawan dari Aliansi Perpus Jalanan Banten mengajakmu untuk ikut serta dalam acara Camping Colective, nih. Acara yang akan dimulai tanggal 9 November 2019 pukul 16.00 WIB sampai 10 November 2019 ini, punya banyak acara yang bisa mengakrabkanmu dengan sesama pegiat literasi jalanan, lho. Tentu saja selain menambah pengetahuanmu juga.

Selain itu, para penampil acaranya juga banyak banget mulai dari Sombanusa, Resha Stromp, Syifa Sativa, Semesta Tidak Buta, Boldog Haz, Oldirkaros, Tanasghra, Kuil Cukil, Beranda Rumah, Devan Nugraha, Pena Hitam Pandeglang, UKM Gesbica, UKM Kreasi, Minimal Errorism, Komplotan Barbers Movement, Gugun Gumellar Prayudha, Zapra, Iran Sandekala, Acut, Arkaan Satu, Cak Siti, Riko Suck.

Jadi, silakan hubungi narahubungnya, ya. Dan jangan lupa bawa peralatan kemping sendiri.


  • 0 Comments





Di saung dekat rumah di bawah tower provider itu, seorang perempuan muda duduk dengan pakaian tidurnya. Ia menyambut dengan tawanya yang lebar. Ibunya yang keluar dari dapur pun turut menyambut dengan celotehan akrab sekali. Bukti nyata bila kedua orang yang datang bersama saya itu pernah berkunjung ke rumahnya.

Rupanya di sini tempat pertama yang saya kunjungi pada Sabtu (19/10/2019) ini. Kebo Bule, orang-orang mengenalnya. Kedatangan pertama ini, hanya bertiga saja, saya, Mang Heri dan a Ari. Sementara Om Feri akan menyusul setelah jam pulang kerja usai.

Setelah beramah tamah sebentar, saya digiring menuju area kosong di belakang rumah. Di sekelilingnya selain rumah warga, juga ada kebun rambutan dan tempat pembibitan tanaman warga. Di area kosong itulah tampak ada beberapa nisan yang ditutupi kain putih. Kurang lebih ada 5 nisan di area itu yang letaknya berjauhan.

Selayaknya memasuki area pemakaman, diam-diam saya mengucap salam. Agak rikuh, sebenarnya. Bagaimana tidak, area yang dimasuki itu diduga adalah area pemakaman. Bila benar area pemakaman, maka saya harus benar-benar memperhatikan langkah. Sebab sewaktu kecil, para orang tua sering mengingatkan bahwa kaki saya tidak dibolehkan melangkahi makam. Hal ini sebagai wujud dari penghormatan pada empunya jasad semasa ia hidup dan setelah ia meninggal.

Terkait alasan kenapa nisan dibungkus kain putih, saya jelas tak begitu paham. Hanya saja, biasanya, makam yang dibungkus kain putih adalah makam yang dikeramatkan masyarakat di sekitarnya. Dan kedatangan saya kali ini, jelas bukan untuk munjung atau meminta sesuatu pada makam. Saya justru ingin melihat dari dekat bentuk dan motif dari nisan yang dibungkus kain itu.

Meski saya tidak memiliki pengetahuan terkait urusan usia nisan dan dari zaman mana nisan itu berasal. Kelak, bila waktu menjodohkan kedatangan demi kedatangan lainnya, saat itu saya diiringi orang-orang yang memiliki kapasitas keilmuan yang bisa menjawabnya. Kali ini, anggap saja saya terlalu banyak waktu luang dan terlalu iseng.

Salah satu makam yang berada di area ini, konon, adalah makam Kebo Bule atau Rakean Munding Arya Satya yang diduga dahulunya adalah salah satu 'orang penting' di masa Pajajaran akhir.

Untuk melihat motif makam, tentu kami mesti membuka kain penutupnya. Emang boleh? Lho, yang melarang itu siapa? Empunya makamnya juga mengizinkan. Eiy, saya sok tahu. Heu.

Biasanya sih, jika kita melakukan pendekatan dulu dengan penjaga makamnya, mereka akan menyilakan kita membukanya atau dibantu penjaga makamnya untuk membuka kain penutupnya. Toh, memang tujuannya bukan untuk merusak makam yang dikeramatkan itu, tapi melihat dari dekat, meneliti, atau apapun itu judulnya. Seperti yang terjadi di beberapa tempat yang saya datangi, para juru rawat atau penjaga makam atau kuncen, menerima kita dengan tangan terbuka, lho. 

Seperti halnya penjaga makam yang ada di area ini. Meski di hari kedatangan saya ini, ia sedang keluar dan kami hanya diterima isteri dan putrinya saja. Namun, kepercayaan itu sudah didapatkan sebelumnya. Kedua mamang yang datang bersama saya ini sudah meminta izin, dan ia sudah mengizinkan membukanya bila maksudnya adalah untuk pengetahuan. Tidak ada halangan yang berarti bagi kami untuk melihat motif nisan di balik kain putih itu. Tentu bukan saya juga yang membukanya. Ada Mang Heri yang bersiap membukanya.

Sementara Mang Heri membuka kain putih, saya terus merekamnya. Setidaknya, ada tiga nisan yang dibuka penutupnya. Ada motif unik yang terukir di sana, khususnya pada makam yang disebut sebagai Kebo Bule itu. Motifnya serupa kembang pakis yang saling bersilang dan berhadapan. Ada pula motif tombak di makam terakhir yang kami buka penutupnya hari ini. Untuk mengetahui makam ini berasal dari zaman mana, tentu harus dilakukan penelitian lebih lanjut.

Dan tentu kedatangan saya kali ini akan disambung dengan kedatangan selanjutnya. Semoga kita semua selalu sehat.




  • 0 Comments


Hobi nonton drama Korea? Coba deh nonton drama bergenre spy action thriller berjudul Vagabond. Drama yang ditayangkan SBS sejak 21 September 2019 ini dibintangi oleh Lee Seung Gi, Bae Suzy dan Shin Sung Rok, lho. Keduanya berpasangan lagi setelah aksi mereka dalam drama Gu Family Book. Berlatar Portugas, Maroko dan Seoul, drama ini menghabiskan biaya sebesar USD 23 juta atau setara Rp. 325 miliar.

Drama seri yang tayang serentak di Korea, Jepang dan Amerika Serikat ini pertama kali melakukan pembacaan naskah pada 2 Juni 2018 di Sangam, Seoul dan mengambil alih slot waktu drama pukul 22:00 KST setiap Jumat dan Sabtu di saluran SBS, menggantikan Doctor John.

Drama yang disutradarai oleh Yu In Sik ini bercerita tentang seorang stuntman Cha Dal Gun (Lee Seung Gi) yang bercita-cita menjadi aktor laga terkenal. Suatu hari, keponakan dan teman-temannya mendapat undangan kompetisi taekwondo di Portugal. Dalam undangan yang diterima Cha Dal Gun itu, penanggung jawab kompetisi itu adalah Go Hae Ri (Bae Suzy) yang bekerja di kedutaan Korea Selatan di Portugal sekaligus agen mata-mata NIS. Keponakan Cha Dal Gun awalnya menolak mengikuti kompetisi dikarenakan keadaan perekonomian Cha Dal Gun juga sedang tidak baik. Namun, Cha Dal Gun memaksanya untuk tetap ikut.

Cha Dal Gun tidak mengantar kepergian keponakannya ke Bandara. Karena itu, keponakannya yang sebelumnya bertengkar dengannya, mengirimkan video di pesawat yang ditumpanginya. Di lain tempat, seorang anggota CIA melarikan diri dari orang-orang yang akan membunuhnya. Ia menelepon layanan operator kepolisian yang memberitahukan akan terjadinya kecelakaan pesawat. Namun, kecelakaan yang sudah direncanakan dengan matang itu pada akhirnya terjadi dan menewaskan 200 warga sipil.

Cha Dal Gun dan keluarga korban pergi ke Portugal dan menemukan bila pesawat yang ditumpangi keponakannya itu kecelakaan akibat aksi teroris saat ia bertemu dengan lelaki yang ada di video kiriman keponakannya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Cha Dal Gun meminta tolong Go Hae Ri untuk melihat ulang kasus itu. Petunjuk pertama yaitu video dalam cloud keponakannya Cha Dal Gun diteliti, termasuk kotak hitam pesawat. Go Hae Ri yang semula tidak percaya, akhirnya mulai membantu Cha Dal Gun.

Dari berbagai peristiwa, Cha Dal Gun akhirnya mengetahui bila co-pilot pesawat yang kecelakaan itu pun masih hidup. Pencarian pun dilakukan. Meskipun, pihak yang tidak ingin kasus itu terungkap terus menyebarkan teror.

Konspirasi demi konspirasi terjadi di episode 1-10 saat ini. BIN dan pemerintah melalui presiden Korea pun terlibat. Mereka tidak ingin kasus kecelakaan pesawat itu terungkap. Lalu, apa yang terjadi akhirnya? Dapatkan Cha Dal Gun membawa pulang si co-pilot itu ke Korea? Nonton sendiri, ya. Heuheu..

Profil Vagabond
Judul asli: 배가 본드 - Baegabondeu
Genre: Spy Thriller Action Romance
Penulis: Jang Young Cheol, Jung Kyung Soon
Sutradara: Yu In Sik
Total episode: 32 (35m/eps, 2 episode per/hari)
Produksi: Celltrion Entertainment & Sony Pictures Television
Stasiun televisi: SBS
Tanggal penayangan: 20 September - 9 November 2019
Waktu tayang: Jum & Sab 22:00 KST

Pemeran Vagabond
Pemeran Utama

Lee Seung Gi sebagai Cha Dal Gun
Seorang pemeran pengganti yang terlibat dalam konspirasi besar setelah kecelakaan pesawat yang menewaskan keponakannya.

Bae Suzy sebagai Go Hae Ri
Seorang agen NIS (Badan Intelijen Nasional Korea) yang berharap dapat membiayai kehidupan keluarganya dari pekerjaannya sebagai seorang agen rahasia mengikuti jejak ayahnya.

Shin Sung Rok sebagai Ki Tae Woong
Kepala tim informasi NIS.

Pemeran Pendukung

Baek Yoon Sik sebagai Jung Kook Pyo
Moon Sung Geun sebagai Hong Soon Jo
Kim Min Jong sebagai Yoon Han Ki
Lee Ki Young sebagai Kang Joo Cheol
Jung Min Sik sebagai Min Jae Sik
Hwang Bo Ra sebagai  Gong Hwa Sook
Lee Kyoung Young sebagai  Edward Park
Moon Jeong Hee sebagai  Jessica Lee
Yeo Teo sebagai  Jerome
Yoon Na Moo sebagai  Kim Ho Sik
Jang Hyuk Jin sebagai  Kim Woo Ki
Moon Woo Jin sebagai  Cha Hoon
Kim Jung Hyun sebagai  Hong Seung Beom
Choi Kwang Il sebagai  Park Man Young
Shin Seung Hwan sebagai  Kim Se Hoon
Kang Kyung Hun sebagai  Oh Sang Mi
Lee See Yoo sebagai  Seo Young Ji
Park Ah In sebagai  Lilly
Choi Dae Chul sebagai  Kim Do Soo
Ryu Won sebagai  Miki
Ko Kyu Pil sebagai  Park Gwang Deok
Kim Dae Gon

  • 1 Comments


Santri kalong mana suaranya? Yuk, merapat ke Alun-Alun Rangkasbitung, ada ke Festival Santri Lebak 2019, lho. Saya pun sepertinya akan ngaguluntung sore ini. Heuheu. Kita ngopi sambil nostalgia waktu hidup sebagai kalongers di kobong.

Cerita lucu apa yang kamu punya sewaktu di kobong? Hayo ngaku. Jujur, lho, saya mah tukang langganan dihukum. Dihukum menghapal vocabulary bahasa Arab sambil keliling kampung itu menyenangkan sekali. Hihi.

Acara Festival Seni Santri ini sudah dimulai sejak Jumat, 18 Oktober 2019 dan akan berakhir pada Selasa, 22 Oktober 2019. Acaranya banyak, lho. Ada lomba Baca Kitab Tafsir Munir yang bertempat di Ponpes Modern La-Tansa 2, lalu ada acara Marhaba Bareng, Festival Shalawat, Maghrib Mengaji, Pentas Seni Santri, Ngaji On the Street, Istihosah Akbar, Santunan 1001 Yatim, Murak Liwet, Lebak Bertilawah, dan diakhiri upacara Hari Seni Santri Nasional.

Yuk, cus kita ngaguluntung bareng ke Festival Santri Lebak 2019!
  • 0 Comments


Salah satu hal yang menjadi halangan saya ketika bepergian adalah pertanyaan; menginap di mana? Apalagi ketika dompet sedang asma, sementara invoice nyangkut di pohon kelapa. Sebal, kan? Tapi buat kamu yang berniat bepergian ke Rangkasbitung, saya rasa tidak perlu memikirkan hal itu. Sebab, penginapan yang ada di sekitar Rangkasbitung tidak akan u. Ini 3 penginapan yang menjadi andalan saya sewaktu masih bolak-balik Serang-Rangkasbitung.

1. Hotel Bumi Katineung

Hotel Bumi Katinenung terletak di Jl. Multatuli, agak jauh dari Alun-alun Rangkasbitung. Tapi, satu hal yang menjadi kesukaan saya selama berada di Rangkasbitung adalah kota ini masih sangat ramah pada pejalan kaki alias, masih asyik kalau pun kita menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Jadi, kalau biasanya kamu mengeluh saat berjalan 500-1 kilometer, keluhan itu tidak akan ada di kepalamu.

Meskipun agak jauh, Hotel Bumi Katineung menyediakan kamar-kamar yang nyaman untuk kamu beristirahat. Ada 4 tipe kamar yang disediakan yaitu Deluxe Room sebanyak 34 kamar, Executive Room ada 4 kamar, Moderate Room ada 1 kamar dan Suite Room ada 4 kamar dengan fasilitas dan harga masing-masing. Sementara fasilitas lainnya yaitu wifi gratis, parkir gratis, ada AC, restoran, binatu dan lain-lain.

Alamat: Jl. Multatuli No. 4-5-6 L Muara Ciujung Barat, Rangkasbitung, Lebak-Banten 42312
Booking: 0252 203901 atau 081299396432 atau 087772810706.
Harga per/malam kisaran: Rp. 600.000-1.200.000

2. Wisma Sugri

Pertama kali ke Rangkasbitung, wisma ini menjadi tempat saya begadang sambil bekerja, lho. Aktivitas pekerjaan yang tidak mengenal jam kerja seperti saya ini memang terkadang hanya butuh tempat selonjoran, dan karena tahu cara kerja saya, akhirnya saya dibukakan salah satu kamar di Wisma Sugri ini. Tentu, tidak sendirian. Karena tujuannya bukan tidur, tapi bekerja. Heuheu.

Wisma ini bisa dibilang berada di pusat kota. Tepatnya di Jl. RT. Hardiwinangun. Akses menuju Alun-alun, Museum Multatuli dan tempat lainnya sangat dekat dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Wisma ini memiliki 34 kamar dengan 3 tipe kamar yaitu standar, Deluxe dan Superior dengan fasilitas masing-masing.

Alamat: Jl. RT Hardiwinangun No. 5 Rangkasbitung Barat, Lebak-Banten
Booking: 0252 202277 atau 083815787341
Rate per/malam kisaran: Rp. 560.000 s.d. Rp. 800.000

3. Ksatria Guest House

Ksatria Guest House ini bisa menjadi alternatif kamu menginap di Rangkasbitung juga, lho. Selain harga sewa yang lebih murah, jaraknya dekat dengan Alun-alun, Museum Multatuli, dan Balong Ranca Lentah. Fasilitas yang dimilikinya juga tidak kalah dengan penginapan lainnya. Memang, kamarnya terbatas hanya 10 kamar dengan 2 tipe kamar yaitu King/Twin ada 9 kamar dan Queen ada 2 kamar saja. Jadi, kalau kamu akan mengajak kawan-kawanmu menginap di sini, kamu bisa membanggakan diri pernah sewa 1 hotel full seperti yang pernah saya dan beberapa kawan lainnya lakukan. Emangnya cuma Mang Bonny Triana doang yang pernah sewa 1 hotel full? Hohoho

Selain kamar yang nyaman, tawaran lainnya yaitu mini resto yang bisa menjadi tempat nongkrong sambil bekerja di bagian dalamnya. Makanan yang disediakan juga masuk kategori enak di lidah saya. Entah ya, kalau di lidahmu.

Alamat: Jl. RT Hardiwinangun No. 1 Rangkasbitung Barat, Lebak-Banten
Booking: (0252) 5552683 atau 082113693404
Rate per/malam kisaran: Rp. 300.000 s.d Rp. 385.000


  • 0 Comments


Jauh sebelum hari ini,
kita terbiasa bersembunyi
di balik tabir yang setipis ari
berpura tak membaca, tak terbaca
meski kita dilahirkan kata-kata

Jauh sebelum hari ini,
kita selalu saling menerka
siapa dan di mana dia
yang selalu menyapa dalam doa

Jauh sebelum hari ini,
pertemuan diam-diam digariskan
semesta memberiku kabar
perihal yang menjadi kedatangan.
"Bersiaplah," katanya dalam semilir dingin
di pucuk telinga.

Jauh sebelum hari ini,
aku diam-diam mengakar dan mekar di dadamu


Rangkasbitung, 2019
  • 0 Comments



Setelah acara Ngawangkong batal hadir, insya Allah di acara ini mah akan bergabung. Ingin nonton dan ngabandungan saja, sih. Tidak ada acara khusus dan spesial. Tapi sepertinya akan menjadi spesial karena bertemu banyak dulur di sana.

Ngukuluan Sanghyang merupakan kegiatan tradisi yang dilakukan oleh Museum Ki Pahare yang bertujuan untuk memelihara koleksi yang dimiliki oleh museum dan masyarakat seperti koleksi pusaka, senjata, batu dan lain sebagainya. 

Yuk, ah, kita hayukeun. Ngopi dan ngawangkong ngalor ngidul di Baros, Sukabumi. Sugan aya sugan, nya. Heu.
  • 0 Comments




"Tanggal 18 di mana?" Tanya
"Di Rangkas, ceu. Mau ke Serang, ya?"

Itu sepenggal percakapan saya dengan Ceu Ratna Ayu Budhiarti di whatsapp. Ceuceu yang sudah lama sekali tidak bertemu ini saya dengar akan mengisi seminar yang diselenggarakan oleh Program Studi Bahasa Indonesia Untirta pada tanggal 18 Oktober 2019 ini. Satu kesempatan yang tidak boleh dilewatkan, tentu saja. Apalagi kami sudah bertahun tidak bertemu.

Selain itu, ceuceu yang sekarang sibuk dengan kegiatan Yoga dan jalan-jalannya ini juga punya 'anak' baru yang belum saya punya. Maklum saja, beberapa tahun terakhir ini saya absen untuk membeli buku dan absen menulis juga. Payah, memang. Tapi setidaknya, dari pertemuan ini nanti bisa menjadi 'kompor' yang memanaskan saya. Seperti yang dulu menyerang saya. Terus terang saja, ceu Ratna ini yang dulu sering mengompori saya untuk menulis dan mengirimkannya ke media massa. Hehe.

Selain tentu saja, sering menjadi tempat curhat juga. Tepatnya tempat mencari how to terbaik dalam menjalani kehidupan ini. Halah. Karena itu, sampai jumpa di Serang, ya. Ayo daftar di acara ini dan ayo saling mengompori untuk berkarya.

Tabik!
  • 0 Comments



Bagi pekerja lepas yang tidak memiliki jam kerja dan kantor seperti saya, keberadaan kedai kopi benar-benar sangat berarti. Bukan hanya sebagai tempat haha-hihi atau kongkow, tapi sering saya jadikan kantor juga. Karena itu, saat saya pindah ke Rangkasbitung, kawan-kawan yang tahu bagaimana saya biasanya bekerja, selalu mengirim pertanyaan yang sama; kedai kopi yang bisa dijadikan tempat kerja di Rangkasbitung ini di mana, sih?

Nah, kedai yang satu ini sering saya jadikan tempat ngopi sekaligus tempat kerja saya. Kedai Dialogue Kopi, namanya. Kedai yang berdiri sejak 1 Oktober 2018 menyediakan tiga hal sekaligus. Pertama, tempat yang bisa dijadikan kantor, menu dengan rate harga yang terjangkau anak kostan, juga suasana friendly antar sesama penikmat kopi di Lebak baik.

Barista sekaligus Roaster Dialogue Kopi, Oki, mengaku nama Dialogue sebenarnya merupakan gabungan tiga kata; dia, loe, dan gue. Tujuannya ingin menyatukan ketiganya dalam satu tempat yang dipenuhi obrolan menarik dan kreatif, tanpa dihadang gadget. Meskipun pada kenyataannya banyak pengunjung yang sering bermain game online bareng. "Lihat aja, beberapa di antara mereka ada yang ngobrol juga," kata Oki sambil melirik ke beberapa dari 10 kursi yang sudah diduduki para penikmat kopi.

Sementara untuk menu, Kedai Dialogue memiliki daftar menu yang bisa kamu lihat di papan bor yang menggantung di atas bar. Ada varian single origin dengan berbagai cara seduhnya, juga ragam menu kopi base ice yang bisa membuat hausmu enyah seketika. Ah, ada juga coffee beer, butterscootch, Jamaica Rum, Whisky coffee, Bailey's Coffee, lho. 

Tapi jangan khawatir, Oki mengatakan bahwa menu-menu itu tidak memabukan dan tentu saja halal. Selain menu yang sekali baca pasti kamu anggap beraroma alkohol itu, ada juga Vanilla Coffee, hazelnut Coffee dan varian lainnya seperti Bacot (Banana Chocolate), Blackpink, dan lain sebagainya. Semua menu itu dibanderol dengan harga mulai dari 5-20ribu rupiah.

Ditanya menu andalan, Oki mengatakan semua menu yang tertulis itu adalah andalan. Hanya saja, untuk menu yang paling dicari saat ini yaitu vietnam coffee ice/hot. "Kita pengen ngenalin semacam minuman yang udah biasa kayak kopi susu, tapi dibuat dengan cara berbeda. Di setiap kedai, kopi susu itu pasti ada. Tapi nggak bisa menjamin enak atau tidaknya. Tergantung resep dapurnya masing-masing." Katanya.

Selain menu-menu itu, kedai ini juga menyediakan produk kopi khas Lebak, lho. Ada Lebak Muncang dan Lebak Sobang yang bisa kamu beli dan bawa pulang. Keduanya ini dibanderol dengan harga 45-65 ribu tergantung kualitas kopi yang mereka dapatkan dari petaninya. Menurut Oki, kualitas kopi Lebak saat ini sudah lumayan bisa bersaing dengan kopi luar. Hanya saja, perlu dikembangkan lagi baik dari penanaman dan perawatannya agar kualitasnya bagus. "Proses pencucian juga berpengaruh, jadi benar-benar harus diperhatikan," katanya.

Kedai Dialogue buka setiap hari. Hanya saja, jam bukanya berbeda-beda. Misalnya saja,
Senin-Rabu buka pukul 13.00-24.00 WIB. Selasa-Kamis buka setiap pukul 10.00-24.00 WIB, dan Jumat-Minggu buka setiap pukul 06.00-24.00 WIB.

Jadi, kapan kamu ke Rangkasbitung? Yuk, jajal berkantor di Dialogue Kopi.

-------------------

Dia-lo-gue Kopi
Alamat: Jl. Abdi Negara No. 1 (bersisian dengan Museum Multatuli)
Instagram: @dialogue_kopi

  • 0 Comments





Kok kebangeten men 
Sambat belas raono perhatian
Jelas kubutuh atimu 
Kubutuh awakmu
Kok kebangeten men


(Kartoyono, Medot Janji)

Kartoyono terdengar sendu di kedai kopi yang berada di atas atap ini. Gerimis yang mengguyur Rangkasbitung malam ini menambah kesenduan yang lain. Tiga meja yang berada di dekat bar, sudah dipenuhi para pemuda tanggung dengan gadgetnya masing-masing. Tidak terkecuali di meja yang saya duduki. Seorang pemuda yang sharing meja dengan saya juga sedang sibuk bermain game.

Sejak pindah tempat tinggal ke Rangkasbitung, beberapa kali saya memalingkan wajah ke arah kedai ini. Sepertinya asyik kongkow di atas atap itu, pikir saya. Hanya saja, belum pernah menyempatkan diri untuk mampir. Dan malam ini (8/10), saya akhirnya bisa menduduki kursinya dan menikmati menu yang disediakannya. Bukan hanya itu saja, saya juga berkesempatan ngobrol langsung dengan pemiliknya, Alfat.

Ko.Fat.Tea sendiri sebenarnya memiliki tiga arti. "Ko" itu bisa diartikan sebagai kopi atau korporasi, "Fat" itu nama pemiliknya, Alfat, dan kekasihnya yang sekarang sudah menjadi mantan. Namun ia mengaku bukan berarti dia gagal move on, lho. "Fat juga kan bisa berarti gemuk," kata pemuda bertubuh bongsor ini. Sementara "Tea", tentu saja teh. Karena selain kopi, kedai yang berdiri sejak 12 April 2018 ini juga menyediakan teh dalam menunya. Salah satunya, kombucha tea dan thai tea. 

Ngomong-ngomong soal menu, saya tadi memesan Indonesian Dolce Latte dan Java Dolce Latte. Dua menu andalan kata baristanya. Meskipun Alfat sendiri enggan menyebutnya sebagai begitu, sebab menurutnya, semua menu yang disediakan adalah andalan. Selain kedua menu ini, ada juga kombucha tea yang sebenarnya sedang ingin saya cicipi malam ini. Hanya saja stoknya sedang kosong.

Menurut Alfat, perkembangan kopi di Rangkas sendiri sudah mulai bergeliat. Kedai-kedai kopi juga mulai banyak bertebaran di sekitar Rangkasbitung. Para penikmatnya juga sudah mulai melek. Sementara untuk penikmat kopi di kedainya sendiri didominasi oleh anak-anak SMA atau para pemuda tanggung dan para pekerja. "Setidaknya, sekarang mereka sudah tahu apa yang ingin mereka pesan saat berkunjung ke kedai kopi," ucapnya. 

Soal produk kopi yang disediakannya, Alfat mengaku tidak menyediakan secara spesifik. Ia hanya menyediakan secara random saja. Kopi Nusantara yang disediakannya Aceh Gayo, Halu Honey, dan lainnya. Produk kopi dari Lebak sendiri, ia menggunakan kopi Muncang dan tidak menutup kemungkinan kopi lainnya juga.

Kedai yang dikelola dengan sangat friendly ini juga suka mengadakan promo, lho. Salah satunya promo no bra day yang diperingati setiap tanggal 13 Oktober. Jadi, siapapun yang datang ke kedai ini tanpa bra dan memesan salah satu varian kopi dalam menu, dapat diskon 10%. Meskipun kamu laki-laki.

"Kami sebenarnya guyon saja sih, kak. Nggak ada promo yang dibuat serius," ucap Alfat.

Jadi, kapan pun kamu ke Rangkasbitung, yuk ngopi bareng di Ko.Fat.Tea. [*]


----------
Ko.Fat.Tea
Alamat: Jl. Kota Baru 2, RT 11 RW 12, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Instagram: @ko.fat.tea
  • 0 Comments



Festival Literasi Tangsel mengundang kamu untuk ikut serta dalam program Antologi Festival Literasi Tangsel 2019.
Di tahun ketiga penyelenggaraan, FLT mengangkat tema lokal yang barangkali telah akrab dan pernah kita dengar, yaitu pamali. Sebagai budaya tutur, pamali memiliki dinamika yang unik. Beberapa pamali lahir, hilang, dan bertahan di masyarakat. Namun ada masa dimana pamali mengalami pergeseran nilai.
Untuk itu FLT mengajak teman-teman bereksplorasi dengan pamali lewat program Open Call Antologi. Kirim naskah terbaikmu berupa puisi, cerpen, atau esai paling lambat sebelum 05 Oktober 2019.
Selamat Berkarya!
Daftar: bit.ly/antologiFLT2019
  • 0 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top