utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact
Dalung suatu senja, by Tee

Aku ingin secoklat musim
mengecap gembur lumpur di sawah
menjadi ladang-ladang ibadah
para penduduk bermata tabah

aku ingin sebiru angkasa
gunung kokoh menjulang
menjadi pedoman para pejalan
berangkat subuh pulang petang

aku ingin sehijau kulit mangga
rimbun pohon di simpang jalan
menjadi sarang-sarang burung
dari incaran para penembak

aku ingin sejernih air kelapa
air kali atau deras pancuran
menjadi pembasuh tubuh dan ruh
bertulang wudlu berurat niat

aku ingin sekuning kulit padi
hangat cahaya matahari
menjadi darah dan gairah
pundak yang menyangga resah

aku ingin menjadi tanah
tempat kau rebah istirah

2004

WAN ANWAR
  • 0 Comments


Ketika aku tahu kayu ini tak terbakar api, aku tercengang seketika. Apa yang salah dengan kayu kering ini? Apa tadi pagi embun memandikannya, sehingga meski tampak kering padahal di dalamnya basah? Atau karena memang api tak mempan membakar kayu ini? Api yang malang...
Sekali itu aku tak melepaskan kayu dalam genggamanku. Berjam, bahkan berminggu, bulan, dan tahun. Aku benar-benar membuatnya sebagai harta karun yang paling berharga. Meski dalam perjalanan waktu itu, aku menemukan keajaiban kayu lain yang lumayan membuatku tercengang pula. Namun, hanya kayu dalam genggamanku itulah yang selalu, bahkan setiap waktu membuatku tercengang. Entah karena ketidakmempanannya terhadap api, hujan, maupun angin, bahkan badai sekali pun. Bahkan, bila Zeus sedang iseng memainkan tongkat halilintarnya dan menembakkan ke kayu dalam genggamanku itu, ia pun sama tercengangnya denganku. Kayu milikku itu tetap merupa seperti sedia kala. Tak ada gores, lecet, atau gugus. Ia tetap kayu yang sama.
Nah, saat ini, kawanku. Kayu milikku itu sedang merupa kapal. Ia menjelma begitu saja ketika suatu pagi aku  terbangun. Kapal besar! Kamarku sampai lantak dibuatnya. Saat itu, aku hanya bertanya:
"Mau ke mana kau, kayu-ku?"
"Aku akan berlayar, bosan melulu bersamamu," ucapnya.
Aku tersenyum. Lalu mengusap tubuhnya yang sekarang bidang dan begitu bersinar.
"Nah, sayangku. Kurestui engkau, berlayarlah. Lihatlah dunia yang selama ini belum kita lihat bersama. Barangkali, suatu hari nanti aku dan kau akan bertemu di suatu dermaga kecil, dengan ombak yang beriak lirih, juga angin yang meniupkan kata-kata mesra pada telinga kita."
"Tidak, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi," katanya tegas.
"Ya, ya, aku tahu. Namun, tahukah kau, suatu negatif yang keras pada akhirnya akan positif? Tuhan punya rencana terbaik, dan kita lihat saja nanti, apa benar ucapanku tadi, atau tidak. Bila tidak, ingat saja. Tuhan memang punya rencana,"
Ia tidak menatapku, hanya langsung pergi begitu saja.
Ah, kisah yang tidak menyenangkan pada akhirnya. Padahal sebelumnya, selain terus bersama, kami juga sering berbagi cerita. Tertawa, bercanda, bahkan berdiam diri bersama. Aku sedikit sedih sebenarnya, tapi, apalah daya. Mungkin Tuhan punya rencana bagi kami. Meski pun sering kali aku berujar dalam keriangan, bahwa aku dan dia akan menjadi kita pada akhirnya. Setelah kepergiannya, aku sering memimpikannya. Mimpi yang jauh dari kata 'baik'. Aku selalu tersenggal seperti orang berpenyakit asma ketika bangun. Tak jarang, aku terbangun dengan air mata bercucuran tak terhentikan. Padahal, saat itu aku sedang tak ingin sekali menangis. Suatu waktu, aku bermimpi yang paling dahsyat, dan itu membuat jeritan panjangku hingga membangunkan tetangga kamarku.
Ah, tentu saja itu hanyalah mimpi. Bunga tidur yang ada karena keinginan, kerinduan, atau karena faktor tertentu yang kita pikirkan, kita rasakan, atau kita baca sebelum tidur. Namun, kemudian beberapa hari lalu angin mengirimiku kabar, bahwa kayu-ku sekarang sedang berlabuh di dermaga megah yang sangat indah nun jauh di sana. Biasanya ia berlabuh tak terlalu lama, saat itu dia berbulan di sana.
"Syukurlah, syukurlah." Ucapku.
"Syukur? Kau tahu seberapa rindunya kau? Semua tergambar dari wajahmu yang jelek itu," ejek angin padaku.
"Tergambar? Ahahaha... Sebentar aku betulkan," ujarku sembari menggerak-gerakkan mulutku seolah tengah senam wajah. Angin mendengus. "Nah, sekarang sudah tak terlihat, bukan?" sambungku sembari menyeringai lebar.
"Tidak, tapi aku tahu," sekali lagi angin mendengus.
Aku tertawa.
"Nah, angin, sampaikan padanya; selamat, dan berlama-lamalah di sana. Meski pun lambat sekali diriku, aku akan segera sampai di lembah yang sangat indah. Dengan pohon-pohon berdaun arumanis, dan berbuah berlian, emas, dan segala macam permata lainnya, burung dengan warna pelangi bertengger di dahannya dan menyambut kedatanganku, juga sungai dengan riak kecil yang sangat bening hingga aku bisa melihat ikan-ikan bercumbu di dasarnya yang berumput emas, juga..."
"Ah, kau menghayal saja, kura-kura! Lekas berjalan sana!"
  • 0 Comments

yamaha info lomba

Yamaha Writing Competition diadakan oleh Yamaha, kompetisi ini berbasis Search Engine Optimization (SEO). Total hadiah 18 Juta Rupiah akan diberikan kepada tiga pemenang yang memiliki kualitas artikel terbaik dan tentunya memasukkan kata kunci “Motor matic injeksi irit harga murah” di dalam artikel.
Hadiah lomba:
  • Juara I: 10 Juta 
  • Juara II : 5 Juta 
  • Juara 3 : 3 Juta
Ketentuan:
  1. Lomba dimulai tanggal 1 Mei 2012 dan berakhir tanggal 30 July 2012
  2. Pemenang akan diumumkan tanggal 8 Agustus 2012
  3. Penyerahan hadiah 20 Agustus 2012

Pendaftaran:

  1. Peserta diwajibkan mengisi form pendaftaran dengan jelas dan valid.
  2. Peserta berdomisili di wilayah Indonesia.
  3. Pendaftaran tidak dipungut biaya dan terbuka untuk semua siapa saja.
  4. Satu peserta boleh mendaftarkan lebih dari 1 domain/blog, dengan syarat nama, alamat dan email peserta harus sama (tidak boleh berbeda) dan jika menang hanya berhak atas 1 hadiah saja.

Peraturan teknis :

  1. Kata kunci yang dipergunakan “Motor matic injeksi irit harga murah”.
  2. Setiap peserta bebas menggunakan domain sendiri maupun blog, namun diwajibkan tidak menggunakan domain atau subdomain sesuai kalimat/kata kunci yang dilombakan.
  3. Setiap peserta wajib memasukkan link www.yamaha-motor.co.id ke dalam konten pada web page yang dilombakan.
  4. Setiap entry peserta harus memasang backlink ke http://www.yamaha-motor.co.id.
  5. Setiap peserta wajib memasang banner/logo lomba YAMAHA WRITING COMPETITION di blog/website yang didaftarkan.
  6. Dilarang mengisi content dengan kata kunci yang bersifat SARA, Pornografi atau tindakan yang melanggar hukum dan tidak sesuai dengan tema lomba.
  7. Setiap domain yang terdaftar hanya membuat satu article “ YAMAHA WRITING COMPETITION”
  8. Setiap Peserta  wajib menempatkan entry URL pada halaman sebenarnya yang dilombakan (Entry URL diisi dalam formulir pendaftaran online).
  9. Pelanggaran atas semua Peraturan Teknis ini akan dikenakan sanksi berupa pembatalan keikutsertaan peserta.

Content/artikel :

  1. Setiap peserta wajib membuat sebuah artikel rangkuman berbahasa Indonesia yang baik dan benar menggunakan materi-materi cerita/berita/informasi yang terdapat pada microsite . Peserta boleh manambahkan data atau fakta lain selama dianggap mendukung kualitas artikel.
  2. Setiap konten yang ditulis wajib menggunakan judul “Motor matic injeksi irit harga murah – Yamaha Mio J”.
    • Setiap peserta wajib membuat artikel sebanyak minimal 2.500 karakter tanpa spasi (word count).
    • Setiap peserta hanya boleh menggunakan gambar-gambar produk yang terdapat pada microsite.

Metode Penjurian :

Penilaian pemenang dilakukan dengan cara skoring peringkat di mesin pencari Google.co.id dan Yahoo.co.id, penilaian berdasarkan kualitas konten/artikel, dan desain website/web page. Juri memiliki wewenang mutlak atas para pemenang.

Tambahan: Untuk pendaftaran silahkan klik di sini
Sumber: www.yamaha-motor.co.id
Info lomba
  • 0 Comments

Setelah kedua orang tuanya meninggal, Jill Conway (Amanda Seyfried) tinggal bersama saudara perempuannya yang baru pulih dari kecanduan alkohol, Molly (Emily Wickersham). Setahun lalu, Jill pernah diculik oleh seorang pembunuh berantai yang setiap korbannya dimasukan ke dalam sebuah lubang di dalam hutan lindung. Namun, saat itu Jill berhasil lolos dengan bantuan tulang korban pembunuhan sebelumnya dan menusukkannya ke bahu si pembunuh itu. Dan sayangnya, cerita Jill mengenai penculikan itu tidak ada yang mempercayainya. Termasuk polisi. Jill malah dianggap depresi akibat kematian kedua orang tuanya.
Karena itulah, saat Molly hilang dari rumah, Jill kemudian pergi ke kantor polisi. Ia bertemu Sersan Powers. 
"He's back. He came back for me. He broke into my house, took my sister because I wasn't there." 
"Dia kembali. Dia kembali mencariku. Dia masuk ke rumahku, menculik kakakku karena aku tidak di sana." Lapor Jill. (00:07:09,632-00:07:42,634; versi BRRip)
Sersan itu tidak mempercayainya, tentu saja. Mereka menganggap Molly mungkin pergi bersama pacarnya, belajar bersama, dan lainnya. Intinya, mereka tidak mempercayainya. Malah kemudian menyuruh Jill kembali lagi pada hari Senin. Tentu saja Jill marah. Karena hari itu adalah hari Jum'at dan kemungkinan Molly dibunuh adalah nanti malam. Polisi itu kemudian menceritakan kasus orang tua yang bersikeras melaporkan putrinya yang hilang, dan sangat yakin ia diculik karena putri mereka sangat disiplin. Namun kemudian polisi menemukannya di sebuah penginapan di Washington. Ia kemudian berkata;
"Miss Conway, adults have the right to disappear."
"Nona Conway, orang dewasa punya hak untuk menghilang.."
(00:20:43,492-00:20:46,905; versi BRRip)
Dan meskipun Jill tetap bersikeras, juga menceritakan kembali kejadian penculikan dirinya. Mereka benar-benar tidak mau mendengar. Bahkan kemudian mereka menyuruh Jill pulang dan tidur. Namun Jill menjawab:
"I'll sleep when he's dead."
"Aku akan tidur jika penculik itu mati."
(00:22:34,103-00:22:35,639; BRRip)
Setelah Jill pulang, para polisi itu kasak-kusuk mengenai kasus Jill. Seorang polisi yang sebelumnya meminta Jill menghubungi nomornya untuk membantu mencari keberadaan Molly, mencoba mencari informasi tentang kasus Jill terdahulu. Sedang Jill, ia memutuskan untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Setelah pulang, Jill bertemu dengan pacar Molly di rumahnya. Ia mengaku tidak menemukan Molly, di gym tempat biasa Molly berada namun tidak ada. Ia kemudian berasumsi bahwa Molly saat itu sedang masuk kelas. Dan dibantah langsung oleh Jill bahwa Molly tidak mungkin masuk kelas dengan memakai piyama dan celana pendek. Pada akhirnya, meski masih tidak percaya Molly diculik, pacarnya turut mencari pula ke tempat ujian Molly, dan ke tempat teman-temannya.
Hal pertama yang ia lakukan setelah kepergian pacar Molly adalah menanyai tetangganya, Nyonya Cermak. Yang dijawab ketus bahwa Jill tidak pernah menyapanya setelah pindah ke rumah itu, dan Jill menjawab bahwa ia orangnya pendiam. Dan meski Nyonya Cermak mengaku tidur awal, ia menunjukkan rumah tetangga mereka, Mr. Conrad, yang tidak pernah tidur semenjak istrinya meninggal.
Dan meski Jill berbohong bahwa sepedanya telah dicuri, namun dari tetangganya itu, Jill tahu bahwa ada sebuah Van biru tukang kunci dengan tulisan "all hours" di sisi mobilnya yang pada pukul 11-an parkir di depan rumahnya. Jill kemudian kembali ke rumahnya, searching di google dan menemukan tempat tukang kunci dengan ciri-ciri van yang disebutkan Mr. Conrad. Jill pun segera pergi ke tempat tukang kunci itu. Meski mereka menjawab tidak ada yang beroperasi pada jam 11-an karena ketiadaan pelanggan, namun Jill tetap yakin bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan salah satu van mereka. Sebelum pulang, Jill menyelidiki van itu dan menemukan lakban, juga struk belanjaan di dalam van. Namun sayang, Jill ketahuan oleh anak tukang kunci itu. Untuk menghemat waktu, Jill terpaksa menodongkan pistolnya dan bertanya siapa yang menggunakan mobil itu semalam. Sementara Jill menuju ke toko yang tertera di struk belanjaan itu, tanpa sepengetahuannya tukang kunci itu melaporkan Jill ke polisi. Jill pun kemudian menjadi incaran polisi karena seorang mantan pasien Rumah Sakit Jiwa membawa senjata api.
Dengan berbohong juga, Jill kemudian mengetahui bahwa yang berbelanja adalah seorang lelaki berusia sekitar 40-an dan mengendarai Chrysler Imperial tahun 1999 yang telah dikendarai 270.000 mil. Saat hendak keluar, Jill melihat polisi di sekitar mobilnya. Ia kembali, dan mengaku ingin pergi ke toilet yang jendela atasnya digembok. Karena polisi mencoba masuk, ia juga tidak mau ditangkap, Jill menembak gemboknya dan melarikan diri. Sambil terus menghindar dari pengejaran polisi, Jill terus mencari jejak si penculik itu. Hingga akhirnya ia terhubung langsung ke si penculik. Saat itu, polisi telah mengepung rumah Jill dan meminta pacar Molly menelpon Jill untuk mengakui bahwa Molly telah kembali. Namun Jill tetap meneruskan perjalanannya menuju hutan lindung sesuai petunjuk dari si penculik.
Dari tenda si penculik, Jill menemukan foto-foto gadis yang telah diculik dan dibunuh, foto dirinya juga ada, begitu juga dengan foto Molly. 
Di lain tempat, Molly berusaha melepaskan ikatannya. Molly berhasil keluar. Ia menceritakan apa yang telah dialaminya, namun polisi masih tidak percaya. Molly marah, apalagi melihat kenyataan bahwa polisi tidak mempercayai kata-kata kakaknya, juga kejadian yang menimpa dirinya.
Sembari terus berjalan dengan waspada, Jill menuju lentera di mana si penculik berada. Di sanalah lubang itu. Dengan senter Jill melihat seseorang mengenakan piyama Molly, meski itu buka Molly. Kenyataan bahwa Jill telat sadar, hingga si penculik menarik tangannya dan jatuhlah ia ke dalam lubang itu.
Satu tembakan membuat si penculik mundur, namun tetap berusaha menyerang Jill. Dua, juga demikian. Jill berusaha naik, dan berhasil. Ia menarik tangga yang digunakan si penculik itu. Ia menembak kaki si penculik juga, bahkan mengguyurnya dengan minyak/bensin, entahlah.
Dan..
Plup! 
Jill menjatuhkan lentera ke dasar lubang.
Burn!
Saat hendak pulang, Jill mendapat pesan bahwa Molly telah kembali. Ia di sekap di lantai dasar rumah mereka. Dan setelah sampai di rumah Jill disambut oleh Molly dan menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Dia membiusku, dia menyekapku di bawah rumah. Dia mengejarmu, dia tak akan berhenti." Kata Molly. Jill menjawab; "Kita baik-baik saja. Kita akan baik-baik saja." sambil memeluk Molly Jill membisikkan sesuatu.
Dan saat mereka berbalik masuk ke rumah, polisi menanyakan pistol yang dibawa Jill. Jill menjawab tidak ada. Begitu juga saat ditanya 'apa yang terjadi di sana?' Jill menjawab; 'Tidak terjadi apa pun.'
Dan inilah yang menurut saya agak lucu, saat polisi berkata;
"Apa maksudmu? Jill, sesorang menyekap kakakmu dari tempat tidur.. Aku tahu kamu menemui.."
Jill memotong; "Dia tak ada. Semuanya cuma dalam kepalaku saja.."
Tamparan keras sekali untuk mereka yang tidak mempercayainya, bukan? Apalagi bukti yang ia kirimkan setelahnya berupa foto dan peta lokasi lubang itu.
Terus terang awalnya saya tidak terlalu fokus menonton filmnya, hingga akhirnya saya harus kembali memutar ulang, memajukannya, dan kayaknya 'Zzzzz' (bosan) saja gitu. Aneh memang, biasanya saya fokus kalau memutar film bergenre thriller. Tapi, lumayan asyik juga sih. (Dari pada nggak nonton sesuatu malam ini, hehe..). Nah, untuk kamu penggemar Amanda Seyfried, silakan dinikmati filmnya. (^___^)v

======================
Trailer
=====================
Download:
400 Mb Ganool.com 
RC Bluray 720P 500Mb Ganool.com

Torrents BRRip 700Mb
======================
Subtitle's
  • 0 Comments
By Claudia24
Tiba-tiba aku ingin menangis, sekaligus menari untukmu. Ya, benar itu adalah inginku; kau berjalan di sisi perempuan lain adalah inginku. Jadi, barangkali ini adalah tangis bahagia, meski ada sesuatu yang menusukku. Entah apa itu. Sudahlah, barangkali ini hanya akan terasa sesaat saja. Aku tetap akan menari untukmu, dan tersenyum atas kebahagiaanmu. Toh, itu yang aku inginkan, bukan?
"Selamat, selamat, sela...may," lirih kuucap kata itu berulang kali.
Selamat untukmu, atau barangkali selamat atas sakit yang tiba-tiba ini. Entah ini apa, aku hanya tidak tahu ini perasaan apa. Senang, sedih. Aku hanya tidak tahu.


DAN AKU PUN TIDAK TAHU KENAPA AKU MENULIS INI!


Aku tidak merasakan apa-apa.
  • 0 Comments
Ma Belle Evangeline


Evangeline, barangkali kamu tidak pernah mengenalku, dan aku pun baru mengenalmu tadi siang lewat sebuah film yang tokohnya sangat percaya padamu. Sebenarnya, sejak lama aku melihatmu, mengagumimu, meski aku tidak tahu siapa namamu. Hingga dengan gampang kuakui dirimu sebagai bintangku; bintang yang akan membawaku pulang ketika aku tersesat, bintang yang akan terus menemaniku ketika aku meratap--dan akan bersedih tangis bersamaku. Ah, juga bintang yang akan terus mendengar cerita-ceritaku, kemarin, hari ini dan esok. Dan sekarang, aku pun ingin bercerita seperti biasa.
Hari ini, Evangeline, hariku tidak terlalu buruk, dan tidak terlalu baik. Aku bilang biasa saja pun rasanya tidak termasuk biasa saja juga. Tadi sore, dikala matahari hendak terbenam, aku merasa 'sesuatu akan berakhir', dan sore tadi itulah akhirnya; tepat ketika gelap menyelimuti keseluruhan bumiku. Aku tidak tahu apa itu, hanya saja, rasanya dadaku tiba-tiba saja nyeri, seolah 'kehilangan' itu benar akan menyergapku seperti gelap pada bumi. Aku coba melawannya dengan menyalakan rokok, memesan kopi, dan berbincang dengan beberapa kawan tentang hal apapun. Ya, aku coba menyingkirkan rasa itu. Namun, tidak bisa. Rasa 'kehilangan' tanpa sebab itu masih saja di sana, bahkan dengan gelombang yang lebih besar seolah ia telah menyurup ke dalam darahku.
"Aku akan kehilangan, entah apa," batinku memutuskan demikian. Sementara kepalaku membantah dengan perkataan; 'apa yang akan hilang? Tidak masuk akal.'
Oh, Evangeline, hingga kini pun aku tidak tahu apa artinya; apa arti 'kehilangan' yang tiba-tiba aku rasa itu. Kehilangan yang entah. Bisakah kamu menjawabku apa itu?
  • 0 Comments

Kesalahan, semua orang pasti pernah melakukannya. Hanya saja, mungkin kadarnya berbeda. Besar, kecil. Ah, tetap saja asal katanya 'salah'. Aku sering, ya, sangat sering, malah, melakukan kesalahan. Contoh kecil, salah memilih warna baju saat hendak pergi ke kampus. Dan orang-orang langsung mengatai; baju yang kau pakai tidak matching, terlalu ngejreng, tidak sesuai kulit, bahkan tidak pantas dengan wajahku.
Ah, ah..
Kadang aku pikir, kenapa mereka begitu usil mengomentari pakaianku? Kenapa selalu ikut campur dengan apa yang aku suka, dan apa yang tidak? Kenapa harus memaksa? Dan kenapa-kenapa lainnya.
Namun, tentu saja aku tidak menyalahkan mereka. Mereka berhak atas komentar-komentar mereka. Hanya saja, aku tidak akan membiarkan orang yang menyakiti hatiku. Aku sudah bersumpah sejak lalu. Aku akan benar-benar memberikan keamanan pada diriku, juga hatiku. Meski aku sudah tidak lagi mengenakan benda yang selama ini sebagai penjaga telinga; earphone besarku, dengan musik yang selalu aku pasang di volume full. Namun, dengan sendirinya, aku pun membukanya. Karena setelah aku pikir, kita memang perlu mendengar. Mendengar apapun yang diucapkan orang lain (baik dan buruk), desir angin, cericit burung, dan lainnya. Seberapa tidak menyenangkannya pun hal itu, tetap harus didengarkan. Sampai, tidaknya pada hati, dan kepala kita, itu urusan lainnya.
Hanya saja, silakan untuk tidak terlalu memberikan penghakiman-penghakiman atas seseorang. Mereka punya hati juga, toh? Pikirkan sebelum kata kita ucapkan. Setidaknya dengan begitu kita sudah berbuat baik pada sesama. Barangkali saja kita bisa masuk surga seperti mereka yang alim, jika begitu.
  • 0 Comments
to write you a song by amongstotherthings
Today you told me the truth
She’s back in your life, promise to not to leave and hurt you again
I’m quite shocked.
But I’m smiling to you.
Although my heart whispering inside

Not because she’s back and then, I’ll let you go?
No baby no, no baby no

I love you, still love you
And this’s what I wanna do
Even if it’s hurt I’ll always by your side
Caring you when your life up and down
When you fall and down
‘Cause I’m a woman who can love you more

A D A D F#m E
A D A D F#m E
** D E F#m 3x D F#m
*** A D A D A D E 2x
A D A D

  • 0 Comments



oleh Rainif Venesa pada 10 Mei 2012 pukul 22:30 ·
 
“Tiba-tiba kita rindu pada Bung Hatta. Stelan jas putihnya dan pantalon putihnya simbol perlawanan pada desain hedonisme dunia, kesederhanaan yang luar biasa, sukar dicari tandingannya.” (Taufik Ismail)

 Tema Umum: “Sosok Bung Hatta dalam Kehidupan Kita”
 
Persyaratan Peserta.

1) Peserta adalah umum, mahasiswa/pelajar se-Indonesia. Mahasiswa/pelajar yang masih aktif sampai saat ini di sekolah atau perguruan tinggi.
2) Seluruh kategori lomba berlaku untuk perorangan/individu(bukan kelompok)
3) Peserta tidak dikenakan biaya pendaftaran.


Ketentuan Masing-Masing Kategori.
Cerpen:
1) Panjang cerpen maksimum 5 halaman.

2) Cerpen ditulis dalam bahasa Indonesia.


2. Puisi

1) Puisi berbahasa Indonesia
2) Tidak diperkenankan menjiplak tulisan orang lain, orisinalitas dan kejujuran hal utama.


Ketentuan Umum (Cerpen, Puisi)
1) Naskah ditulis pada kertas A4, Time New Roman, font 12, diketik dengan jarak satu setengah spasi.
2) Peserta boleh mengirim naskah lebih dari satu kategori (cerpen, puisi), tetapi tetap hanya akan mendapatkan satu kesempatan menjadi juara meskipun seluruh kategori yang diikutilah yang akan dipilih sebagai juara (misal, ada peserta yang mengirim naskah untuk semua katagori, dan akhirnya pada saat penilaian tercatat sebagai berikut, lomba menulis cerpen juara 1, puisi juara 2, maka yang tercatat sebagai juara adalah juara 1 lomba menulis cerpen). Jika ada peringkat yang sama (misal juara cerpen dan juara puisi tercatat sebagai juara 2), maka akan dilihat dari deviasi nilai dari masing-masing kategori. Jika deviasi nilai cerpen> deviasi nilai puisi, maka yang akan tercatat sebagai juara 2 adalah dikategori cerpen.

3) Peserta boleh mengirim naskah lebih dari satu judul (maksimal 2 judul)

4) Isi naskah harus sesuai dengan tema yang diberikan.

5) Tema seluruh kategori adalah tema umum di atas, peserta boleh mengembangkan tema di atas.

6) Naskah harus asli, bukan saduran atau terjemahan.

7) Naskah belum pernah/tidakdiikutkan dalam lomba penulisan lainnya dan belum pernah dipublikasikan di media apapun.

8) Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat.


Format Pemberian Identitas dan Cara pengirimannya.
1) Naskah diberi identitas oleh penulis, yakni:
(a) Judul naskah (b) Kategori naskah (puisi, cerpen) (c) Jenjang pendidikan (SMA/SMK/MA/Mahasiswa. Status pekerjaan (umum)
2) Naksah beserta biodata lengkap/formulir(format terlampir) dikirim ke: Ikatan Alumni Komisariat Fakultas Sastra Ilmu Budaya via Pos.
Sekretariat: Jalan Gajah Mada No.21 A, Gunung Pangilun Padang 25137. Atau naskah dikirim melalui email ke alamat : ilunisasbudubh@yahoo.com dengan formaat subjek:
Lomba Puisi [Nama] [Judul Puisi]
Lomba Cerpen [Nama] [Judul Cerpen]

Naskah harus dilampirkan dengan cara attachment pada email-nya juga dengan melampirkan formulir/biodata pada setiap naskahnya.
3) Peserta wajib melampirkan fotocopy KTM (bagi mahasiswa), Kartu Pelajar/Kartu Osis (bagi pelajar), KTP (umum), jika naskah dikirim via email, wajib melampirkan scan KTM/Kartu Osis/Kartu Pelajar atau KTP yang asli.

4) Naskah yang dikirim ke panitia menjadi hak milik panitia, tetapi tetap hak cipta pda pengarang. Panitia berhak menyebarkan tulisan atas nama penulis.

5) Setiap naskah yang dikirim harus disertai data diri di atas( satu naskah, satu lampiran data diri).

6) Naskah dikirim paling lambat 15 Juni 2012.


Kriteria Penilaian.

1) Tata bahasa, penilaian ini berdasarkan atas kesesuaian hasil karya yang dibuat dengan aturan tata bahasa Indonesia.

2) Sastra, penilaian ini berdasarkan atas keindahan sastra yang dihasilkan dari karya yang dibuat.

3) Orisinalitas, penilaian ini dilihat dari segi keaslian karya yang dibuat.


Kategori Puisi

- Pemenang I memperoleh Rp. 5.000.000 + Sertifikat dan bingkisan
- Pemenang II memperoleh Rp. 4.000.000 +Sertifikat dan bingkisan

- Pemenang III memperoleh Rp. 3.000.000+ Sertifikat dan Bingkisan

- Pemenang harapan I, II, III masing-masing memperoleh Rp. 1.000.000 + Sertifikat dan bingkisan.

Kategori Cerpen

- Pemenang I memperoleh Rp. 5.000.000 + Sertifikat dan bingkisan
- Pemenang II memperoleh Rp. 4.000.000 +Sertifikat dan bingkisan

- Pemenang III memperoleh Rp. 3.000.000 + Sertifikat dan Bingkisan

- Pemenang harapan I, II, III masing-masing memperoleh Rp. 1.000.000 + Sertifikat dan bingkisan.


Contact Person:


Abang : 081270210307

Kaka : 081270218707


Penyelenggara :

-Alumni Komisariat Fakultas Sastra/Ilmu Budaya

-Universitas Bung Hatta
pp

Source
  • 0 Comments
Pink by Wishmistress


Kukirim tanpa nama, dan satu bab cerita pertama.
Kita yang melukis sketsa garis berbeda, barangkali suatu ketika kan menggenapkan hayal yang ganjil.[*]
  • 0 Comments


Pernah suatu ketika aku sangat menginginkan pacarku mati. #eh?

Pada kesempatan yg sama jg aku berpikir, akan menangis atau tidak. Karena tangisan bagiku hanyalah wujud ketidakrelaan saja. #eh
Barangkali, aku mmilih untk tdk menangis, dan malah akan trtawa; keinginanku terkabul; si pacar mati krna tersandung perbuatan sendiri. #eh
Hingga aku kemudian bisa terlepas dari orang yang 'meminta' apapun yang kupunya itu. #eh
'Aku tidak suka lelaki peminta-minta!' Kataku suatu ketika. Menyusul kemudian; 'dan aku ingin kau mati saja' yg tdk kuucapkan. #eh
Kemudian, ia meminta 'putus sementara', istilahnya. Yg langsung kuiyakan saja dgn catatan yg kutekankan; tdk akan ada hubungan lagi. #eh
Pada dasarnya memang benar, ketika kata 'putus' diucapkan, maka ia akan menjadi virus ternakal, meskipun tdk terjadi perpisahan. #eh
Aku rasa hal itu terjadi. Dan aku tidak suka persebaran yang dilakukan virus itu menjadikan bulat inginku; si pacar mati saja. #eh
Kata kawanku, hal itu terjadi karena aku sebetulnya sdh punya pacar pengganti. Tidak juga. Aku tdk berhasrat untuk punya pengganti. #eh
Meskipun beberapa kali aku temukan yg tampan, tp tdk punyai hasrat demikian. #eh
Jujur saja, aku tdk suka membuang hajat di kepala org lain. Krna itu aku tdk suka jika permasalahan ini membawa org lain sebagai alasan. #eh
Aku tidak ingin menimpakan masalahku pada orang lain. Dan itu mutlak menjadi prinsipku. Aku bukan 'si ratu tega' semacam itu. #eh
Aku hanya muak saja dengan apa yang dahulu kuimpikan; bertemu lelaki yang memiliki perpaduan sifat para mantan lelakiku dahulu, terjadi kemudian. #eh
Semacam kutukan mungkin? Dan aku sekarang benar-benar merasa ingin dia mati dalam arti sebenarnya suatu kematian. Hilang, enyah dari dunia. #eh 
Aku jahat? Iya, untuk pikiran yang ini aku pun merasa demikian. Meskipun sebenarnya aku bukan tokoh antagonis, tapi saat ini aku menjadi sangat antagonis. #eh
Namun, di sisi lain selain menginginkan kematiannya. Aku juga merasa tidak begitu suka perpisahan (lagi) yang akan kujalani jika benar hal itu terjadi. #eh
Dan saat kupikir lagi. Rasanya perpisahan yang berakhir di kematian akan lebih baik ketimbang perpisahan yang berakhir di pelukan orang lain. #eh
Sekarang, bulat saja rasanya keinginan; si pacar mati saja, itu. Dan membawa semua rasa yang pernah ada dalam dada, juga kenangan lainnya. 'Lebih baik kamu mati saja dari pada terus menyakiti aku!' #eh

#eh, itulah tag yang kusisipkan di tiap kicauan siang ini. Sekedar racauan yang tiba-tiba melayang di kepala, dan kutuliskan kemudian.
  • 0 Comments

i/
Pada malam, entah malam apa pada penamaan hari, dan angka ke berapa pada tanggal, kamu menemuiku ketika lelah menggantung di pelupuk mataku. Tersenyum seperti sedia kala, dan kita duduk berdua dalam diam seperti biasanya. Kita hanya duduk saja dengan pikiran masing-masing, dan mata yang meneropong ke arah lalu lalang orang-orang. Kita, tidak sendiri. Ada setengah gelas kopi, dan lagu Hujan Bulan Juni bersenandung dalam deret lagu musikalisasi favorit kita. Dan, entah bagaimana, aku begitu saja terbangun dengan sekali hentak, seolah ada tangan gaib yang mencabutku dari sisimu, kala itu.
Nafasku tersenggal kemudian, dan mataku terbuka. Aku di kamarku, sendirian. 

ii/

Pada malam berikutnya, saat aku terhuyung dalam kantuk luar biasa, dan entah bagaimana kemudian aku terlempar pada suatu peristiwa, di mana bau kayu yang terbakar, dan hangat api unggun menyelimutiku yang duduk di dekatnya. Mataku semakin mengatup, kantuk yang ada pada mata sebelumnya, masih menyisa hingga di sana. Kusandarkan tubuhku pada sosok yang berdiri di belakangku; celana pendek berwarna coklat, sandal jepit berwarna hitam, hingga bulu kaki, aku mengenal sosok yang berdiri itu. Kamu. Tanpa ragu, semakin kusandarkan tubuhku, dan semakin lena saja aku ketika tanganmu terbuka meraih kepalaku, dengan usapan halus dalam ritme yang membuai.
Aduhai!
Kurasa ini adalah mimpi. Meski terasa betul lekuk tangan beserta elusanmu. Hanya saja, lorong yang kulalui kemudian semakin pekat. Pekat yang sangat menawan, nyaman.
Namun, pada saat yang lain--hanya seper-sekian menit-- kemudian, tangan gaib meraih, dan menarikku beserta hentak, juga senggal nafasku.
"AKU TAHU ITU MIMPI! Kenapa menarikku sedemikian keras?!" Lolongku dalam diam.

iii/

Pada malam lainnya, kita kembali berhadapan dalam suasana yang sungguh aneh. Kau berpakaian agak aneh, juga perempuan yang menggelantung dengan posisi aneh di lenganmu. Di kepalaku saat itu; 'rasanya aku kenal be-ha yang dipakainya', karena bagian dada perempuan itu terbuka, sehingga bebas betul mataku menatapnya. Dan seperti tersadar aku tengah memperhatikan, kau segera menepis perempuan itu, lalu melambaikan tangan dengan senyuman. Aku membalasmu dengan seringai, dan lipatan di bibir, mengejekmu. Kemudian bergegas masuk ke suatu gedung yang sangat dipercaya keangkerannya, dan katanya di sana sering membuat orang lupa. Tapi karena aku merasa mempunyai kepentingan di dalam gedung itu, aku tetap masuk dan mengidahkan peringatan orang-orang untuk tidak membawa barang-barangku ke dalam. Beberapa jenak aku di sana, aku kembali ke luar, tempat yang tak jauh dari awal kita bertemu. Senyummu tampak berkembang lagi, meskipun saat itu perempuan yang tadi menggelantung aneh itu sudah tidak ada di sana. Aku menghampirimu. Sementara di sekitar mulai terdengar bisik-bisik yang membuatku mengedar pandang ke arah tubuhku. BARANG-BARANGKU! Tas berisi laptop, buku, note book bertuliskan 'Novel by UT (Kenapa note book yang aku dan Pak Arip Senjaya bicarakan bisa kubawa juga?), sepatu, juga ponselku, sudah tidak ada. 'Tertinggal di dalam', begitu kata mereka berulang. Aku menatapmu dengan raut memelas, sementara kau mengerutkan dahi. Aku menggelengkan kepala sembari berbalik ke gedung di belakangku yang tadi kumasuki. Benar saja. Barang-barangku ada di sana, tergeletak seperti ketika aku membukanya. Bergegas aku membereskannya, dan kubawa serta ke luar dari gedung itu lagi.
Bisik-bisik yang sama terdengar lagi.
Kali ini satu barangku tertinggal; sepatu. Aku tidak memakai sepatu!
Aku menatapmu sekilas. Kau masih menunggu di tempatmu. Aku kembali berbalik ke dalam gedung lagi. Sepatuku benar-benar di sana. Segera kupakai, dan kembali ke luar.
Bisik-bisik yang sama mulai berganti riuh. Kupandangi diriku dan mencari benda apa lagi yang tertinggal itu. Laptop. Menyusul kemudian ponsel, note book, dan terus berulang seperti itu hingga aku berteriak memohon padamu untuk ikut mencari ke dalam bersamaku. Kau bergeming ke arahku yang mulai terisak, kesal.
'Yuk kita cari bareng,' katamu sembari menggandengku dengan bebas. Kuusap mata dan mulai berjalan dengan riang seperti sedia kala.
Memasuki gedung serupa gedung theater itu yang awalnya-meskipun angker katanya-tidak membuatku merinding, kali itu suasananya agak lain. Kau seperti membawa pasukan gaib dalam langkahmu yang kemudian menyerbu segala penjuru. Kulihat, satu barang yang tertinggal itu tergeletak di sana. Aku segera menyerbunya, begitu pun dirimu yang seperti hendak mencegahku meraihnya. Tanganmu dan tanganku sama-sama terjulur ke arah benda itu. 1, 2, 3, aku menyentuhnya. Matamu terbeliak, dengan mulut yang bergerak-gerak seolah hendak mengucap suatu kata.
Terlambat!
Kabut entah datang dari mana tiba-tiba menyelimut, beserta tangan gaib yang menghentakku. Nafasku tersenggal, bersamaan dengan terbukanya mata.
Astaga... Apa itu tadi? Gumamku lirih sambil mengatur nafas, dan mengusap kening yang basah.

iv/
'Sudah 3 malam aku mimpi tentang kamu. Apa kamu baik-baik saja?' Kalimat itu aku tulis di pesan pendek, dan segera mengirimnya padamu pada pagi itu.
Siangnya, aku kembali ke kampus. Putik mataku melebar. 'Kamu memang baik-baik saja. Kita juga akan baik-baik saja, iya kan?'
  • 0 Comments

Supermoon by ~Neffsaid

Dulu, sempat kuutarakan bahwa barangkali aku butuh 20 tahun lagi untuk melihat supermoon bersama secangkir kopi yang direguk bergantian, dengan iringan lagu lama; "kemesraan ini... Janganlah cepat berlalu", bersamamu. Dan, barangkali dalam 20 tahun itu, baik aku atau pun dirimu, tidak akan mengucap kata 'iya' atau 'tidak'. Seolah benarlah segala apa yang kita lakukan dan putuskan tanpa dua kata itu. Karena kita, bisa menerka apa, dan bagaimana rasa dalam dada masing-masing.
20 tahun, dimulai saat lalu, adalah titik yang akan terus bergerak membentuk koma, hingga akhirnya membentuk lingkaran paling sempurna pada diri "kita".
Sekarang, terlalu dini bila kukatakan 'akan percuma', meski terkadang hal itu muncul juga di kepala, hingga akhirnya memutuskan hal yang tidak terduga. Yah, pada saat itu terjadi rasanya aku ingin sekali berdalih 'aku manusia biasa' (baca: ceroboh). Hingga akhirnya, garis tampak menipis dan nyaris hilang. Tapi, tenang saja. Aku memiliki garis yang kusimpan dalam kepala, tanpa seorang pun yang mampu menghapus, dan menghilangkannya; dirimu. Beserta tanya yang tak pernah bisa, dan mau kusampaikan secara utuh; apa kau sudah makan? Apa kau merokok? Apa kau sudah mengoleskan lotion saat hendak tidur? Kukumu sudah dipotong?


Jadi, benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat tadi sore: Eh, bukankah terkadang yang tak terucapkan itu lebih membikin kita berdebar? Debaran-debaran yang unik tanpa perlu diucapkan lewat kalimat tanya, dan akhirnya membutuhkan jawaban. Karena barangkali, setelah mendapatkan debaran itu akan hilang.
Ah, ah... Tenanglah, jangan dulu gusar. Ini bukan semacam pernyataan; "aku cinta padamu, maukah kau berpacaran denganku", aku tidak sedang miliki 'hasrat' untuk 'memiliki', dan ketika itu datang, aku segera menepisnya.
Sekarang ini bagiku, 'hasrat' untuk memiliki terlalu dini dan tampak 'jahat' untuk seseorang sepertimu. Lingkaran belumlah utuh, masih banyak waktu, kejadian, dan 'debaran-debaran seksi' lain berupa pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu kujawab atas rasa yang kau simpan dalam tatapan kudusmu. Meski pada akhirnya harus ada pula yang menjadi korban; telinga seorang sahabat yang harus membara ketika kutumpahkan segala yang memanas dalam kepala.
Namun, setelahnya, aku bisa kembali ke sedia kala. Menatapmu dengan tatapan sama, senyum yang sama, dan kesederhanaan yang sangat sederhana atas isi dada, dan kepala. Barangkali, saat seperti ini sekitar kemudian mencemooh. Aku rasa, cukuplah dengan ikut tertawa ketika mereka menertawakanku, cukuplah dengan ikut mencemooh diriku, dan cukuplah dengan meng-iya-kan apa saja yang mereka katakan tanpa berpikir harus melakukan apa yang mereka katakan. Aku anggap, itu adalah hadiah atas cemoohan mereka pada diriku, juga dirimu. Yang terpenting, pada saat itu aku tidak mengatakan 'ya', atau 'tidak.
Aku tidak peduli pada sekitar, ketika aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Dan apabila benar semua yang kulakukan--tanpa enyahkan kau dari kepala--, maka, 20 tahun nanti akan menjadi supermoon bagi 'kita'.
Kita yang berbeda.
Kita yang serupa.
Kita, seutuhnya, kita.


*** Hell yeah, aku hanya menuliskan apa saja yang aku rasa ingin aku tulis. Barangkali tidak akan terhubung antara satu kalimat dengan kalimat lain. Kau hanya butuh menerjemahkannya tanpa pertanyaan, pernyataan, atau apapun, kecuali hati, perasaanmu.
  • 0 Comments
One day SAB687's
Hmm, sudah lama tidak menulis kisah. Banyak kisah yang terjadi sebetulnya, tapi agak sulit untuk dituliskan. Mungkin hanya kisah ini yang lumayan mudah. Entahlah. Karena saat ini pun rasanya aku tidak merasakan apa-apa. Bahagia, nyaman, marah, benci, sesal.. atau apapun yang dikatakan orang sebagai jawaban dari pertanyaan 'apa yang kau rasakan' atau 'bagaimana perasaanmu' itu. Untuk menjawabnya, aku hanya bisa katakan, aku menikmati saat-saat ini. Saat di mana aku tidak merasakan apapun. 
Kau pernah merasakannya? Tidak merasakan apapun, seperti aku saat ini? 
Aku sering.
Misalnya, saat aku melihat orang yang aku sukai berbicara dengan perempuan lain, gestur, dan gaya bicaranya sama persis seperti saat ia berbicara padaku. Saat itulah, 'aku tidak merasakan apapun'. Semacam serangan 'kram dadakan' pada perasaanku.
Lalu,
saat lelaki yang aku sukai membicarakan perempuan lain dengan mata terbinar, aku pun terserang 'kram dadakan' itu.
Bahkan,
saat pacarku mengatakan 'putus', atau aku melihatnya bergandengan mesra dengan perempuan lain pun, terkadang 'kram dadakan', ini aku rasakan pula. Hingga terkadang aku hanya bisa tersenyum menyaksikan semua itu.
Dan, saat ini...
Aku sulit sekali menyatakan apa perasaanku berada tepat di sampingmu lagi. Selain kata; 'lama tidak berjumpa', yang tercetus dari mulutku, kata apalagi yang sekiranya masih pantas aku ucapkan? Karena barangkali, bila aku mengatakan; 'aku merindukanmu', kau akan.......
Ah, tentu saja.
Tentu saja. Aku harus mencatat ini. 06/04. Demikian tanggal yang tertera di sudut kanan laptop. Aku hanya akan mencatatnya saja. Kau tak perlu tahu apa yang aku rasakan, dan meskipun diam-diam aku bertanya-tanya juga 'apa yang kau rasakan', namun aku pun tidak ingin tahu jawabanmu.
Diam sajalah.
Nikmati sajalah.
Bukankah kita serupa dalam beberapa hal. Dan rasanya, kali ini aku menemukan kalimat yang tepat untuk menyebut siapa kita. Manusia tanpa tujuan. Karena terkadang, kita hanya melakukan saja. Menikmati saja. Aku meyakini hal ini, sakit, perih, bahagia, semuanya itu memiliki porsi masing-masing dalam hidup kita.
Kulihat, matamu menyambut lelap.
Ah!
Aku iri.
  • 0 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top