Supermoon "Kita"

Supermoon by ~Neffsaid

Dulu, sempat kuutarakan bahwa barangkali aku butuh 20 tahun lagi untuk melihat supermoon bersama secangkir kopi yang direguk bergantian, dengan iringan lagu lama; "kemesraan ini... Janganlah cepat berlalu", bersamamu. Dan, barangkali dalam 20 tahun itu, baik aku atau pun dirimu, tidak akan mengucap kata 'iya' atau 'tidak'. Seolah benarlah segala apa yang kita lakukan dan putuskan tanpa dua kata itu. Karena kita, bisa menerka apa, dan bagaimana rasa dalam dada masing-masing.
20 tahun, dimulai saat lalu, adalah titik yang akan terus bergerak membentuk koma, hingga akhirnya membentuk lingkaran paling sempurna pada diri "kita".
Sekarang, terlalu dini bila kukatakan 'akan percuma', meski terkadang hal itu muncul juga di kepala, hingga akhirnya memutuskan hal yang tidak terduga. Yah, pada saat itu terjadi rasanya aku ingin sekali berdalih 'aku manusia biasa' (baca: ceroboh). Hingga akhirnya, garis tampak menipis dan nyaris hilang. Tapi, tenang saja. Aku memiliki garis yang kusimpan dalam kepala, tanpa seorang pun yang mampu menghapus, dan menghilangkannya; dirimu. Beserta tanya yang tak pernah bisa, dan mau kusampaikan secara utuh; apa kau sudah makan? Apa kau merokok? Apa kau sudah mengoleskan lotion saat hendak tidur? Kukumu sudah dipotong?


Jadi, benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat tadi sore: Eh, bukankah terkadang yang tak terucapkan itu lebih membikin kita berdebar? Debaran-debaran yang unik tanpa perlu diucapkan lewat kalimat tanya, dan akhirnya membutuhkan jawaban. Karena barangkali, setelah mendapatkan debaran itu akan hilang.
Ah, ah... Tenanglah, jangan dulu gusar. Ini bukan semacam pernyataan; "aku cinta padamu, maukah kau berpacaran denganku", aku tidak sedang miliki 'hasrat' untuk 'memiliki', dan ketika itu datang, aku segera menepisnya.
Sekarang ini bagiku, 'hasrat' untuk memiliki terlalu dini dan tampak 'jahat' untuk seseorang sepertimu. Lingkaran belumlah utuh, masih banyak waktu, kejadian, dan 'debaran-debaran seksi' lain berupa pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu kujawab atas rasa yang kau simpan dalam tatapan kudusmu. Meski pada akhirnya harus ada pula yang menjadi korban; telinga seorang sahabat yang harus membara ketika kutumpahkan segala yang memanas dalam kepala.
Namun, setelahnya, aku bisa kembali ke sedia kala. Menatapmu dengan tatapan sama, senyum yang sama, dan kesederhanaan yang sangat sederhana atas isi dada, dan kepala. Barangkali, saat seperti ini sekitar kemudian mencemooh. Aku rasa, cukuplah dengan ikut tertawa ketika mereka menertawakanku, cukuplah dengan ikut mencemooh diriku, dan cukuplah dengan meng-iya-kan apa saja yang mereka katakan tanpa berpikir harus melakukan apa yang mereka katakan. Aku anggap, itu adalah hadiah atas cemoohan mereka pada diriku, juga dirimu. Yang terpenting, pada saat itu aku tidak mengatakan 'ya', atau 'tidak.
Aku tidak peduli pada sekitar, ketika aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Dan apabila benar semua yang kulakukan--tanpa enyahkan kau dari kepala--, maka, 20 tahun nanti akan menjadi supermoon bagi 'kita'.
Kita yang berbeda.
Kita yang serupa.
Kita, seutuhnya, kita.


*** Hell yeah, aku hanya menuliskan apa saja yang aku rasa ingin aku tulis. Barangkali tidak akan terhubung antara satu kalimat dengan kalimat lain. Kau hanya butuh menerjemahkannya tanpa pertanyaan, pernyataan, atau apapun, kecuali hati, perasaanmu.

You Might Also Like

0 Comments