5 Situs Cagar Budaya Kabupaten Lebak: Yang Disucikan, Yang Tersisa dan Berserak di Sudut Zaman



Beberapa hari ini, saya terus berada di Lebak. Tepatnya di Karanganyar, GPS saya maksudnya. Karena saya masih tetap #dirumahaja, sejak pulang beberapa waktu lalu. Pulang, ya, bukan mudik. Pfffrrtt! Sepertinya memang, saya harus meneruskan apa yang sudah saya mulai sebelumnya, membahas mengenai cagar budaya seperti dalam daftar yang beberapanya disuguhkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak pada 2018 lalu.

Jadi, yuk kita jalan-jalan melalui gambar ke situs-situs Yang Disucikan, Yang Tersisa dan Berserak di Sudut Zaman ini. Sebenarnya ada 2 teras lagi yang mestinya berada di daftar ini, namun karena sudah saya posting di Batu-Batu yang Bicara Masa Lalu, maka--semoga tidak menyalahi apa-apa, inilah 5 situs itu:

1. Situs Sasaka Domas

Situs Sasaka Domas disebut juga Sasaka Pada Ageung atau Sasaka Pusaka Buana. Situs ini terletak di Kampung Cikeusik, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. Situs ini disucikan oleh urang Kanekes dan larang bagi orang luar. Bangunan teras berundak berbentuk piramida dan terbuat dari susunan batu andesit itu memiliki 7 teras dengan 13 undakan dengan arah hadap Utara-Selatan.

Dijelaskan, 13 undakan itu adalah simbol tahapan yang harus ditempuh roh untuk mencapai langit. Roh memulai perjalanannya dari undakan paling bawah menuju undakan kedua setelah melalui proses pensucian di Lumpur Sibalagadagama agar dapat melalui undakan selanjutnya sehingga roh bisa bersatu dengan Batara Tunggal, penguasa langit yang bersemayam di puncak undakan.

Setiap tahun, para lelaki urang Kanekes, melakukan upacara muja di situs ini. Tepatnya di bulan Kalima penanggalan Sunda. Selain upacara muja, para lelaki urang Kanekes juga akan membersihkan Sasaka. Kegiatan membersihkan Sasaka ini dalam naskah Sanghyang Siksa Kanda(ng) Karesian disebut Ngomean Sang Hyang.



2. Situs Purba Parigi

Situs Purba Parigi berada di tepi sungai Cimandur yang bermuara di sungai Cidikit dan berada di ketinggian 381 meter di atas permukaan laut. Menurut penduduk, dahulu di daerah ini terdapat kampung bernama Kampung Parigi. Namun karena suatu sebab, mereka pindah ke Kampung Lebakbinong.

Di situs ini terdapat punden berundak yang terdiri dari 7 teras. Di teras tertinggi diprakirakan adalah lokasi yang disakralkan, ditandai dengan adanya makam. Teras kelima yang berbentuk persegi empat berukuran 9,5 x 8,5 meter dikelilingi sisa tatatan batu serupa benteng yang tersisa hanya sepanjang 100 cm dan tinggi 0,4 cm.

Di areal ini ditemukan 3 buah lumpang batu besar, 2 buah lumpang batu berukuran kecil, 1 buah batu pipisan, 2 buah gandik dan 3 buah batu pelor. Adapun teras 2, 3 dan 4 tampak mirip seperti tangga penghubung menuju teras utama yang bersifat sakral dan bersifal provan. Situs ini diprakirakan berasal dari tradisi megalitik.


3. Situs Cipujangga

Situs Cipujangga terletak di Kampung Cibadak, Desa Warungbanten di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Tepatnya di area hutan larangan kasepuhan Cibadak. Cipujangga diambil dari nama parit yang berada di kaki bukit.

Di area bukit dengan luas kurang lebih 4 hektar ini terdapat makam Raden Prabu Aria Bujangga berada dan punden yang terdiri atas 5 teras.  Teras teratas terdapat fitur susunan batu berbentuk segi empat (geometris) membujur dari arah tenggara ke arah barat laut dengan ukuran panjang 4,30 meter dan lebar 3,20 meter. Pada permukaan fitur ini ditemukan satu batu monolit berbentuk limas segi empat dengan tinggi 113 cm. Sementara ukuran sisi-sisinya yaitu; ukuran sisi timur laut-barat laut 65 cm, sisi barat laut-barat daya 60 cm, sisi barat daya-tenggara 49 cm, dan sisi tenggara-timur laut 79 cm. 

Pada permukaan batu bagian atas berbentuk segi empat dengan ukuran panjang sisi timur laut-barat laut 9 cm, sisi barat laut - barat daya 23 cm, sisi barat daya-tenggara 13 cm, dan sisi tenggara-timur laut 13 cm. 


4. Situs Parigi Lebak Ciherang

Situs Parigi Lebak Ciherang berada di ketinggian 43 meter di atas 
permukaan laut dengan luas area 322 meter persegi. Situs ini berada di Kp. Ciherang, Desa Cibeber, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Tepatnya sebelah barat aliran sungai Ciherang yang mengalir dari selatan ke utara. Masyarakat mengenal situs ini sebagai peristirahatan Raden Arya Pananjung. 

Di situs ini terdapat 6 batu tegak (menhir) berukuran 1,5-2 meter dengan kondisi telah roboh dan tersebar di area situs. Batu bulat berukuran lebih kecil yang tersusun mengelilingi situs dan menyebar tak beraturan. 


5. Situs Wongwongan

Situs Wongwongan terletak di Kp. Gunung Julang, Desa Lebaksitu, 
Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak. Tepatnya di sebuah lahan hutan lindung. Di sebelah selatan situs ini mengalir sungai Ciupih.

Secara keseluruhan, sebagian besar situs ini sudah hancur. Bagian yang tertisa hanya serakan batu kali, bongkahan batu andesit dan 
sisa pondasi bangunan, Lingga-Yoni dan Arca Nandi. 

Lingga dan Yoni yang berada di situs ini masih terkait satu sama lain. Meskipun tertutup lumut dan agak aus. Pada tepian atas yoni terdapat hiasan tengkorak, karenanya penduduk di daerah ini menyebutnya wongwongan (orang-orangan). 


Nah, itulah kelima situs. Memang, belum ada gambarnya. Lain waktu, saat wabah telah usai, semoga saya bisa menampilkan gambar-gambarnya. Tetap #dirumahaja, ya. Semoga kita semua selalu sehat.

Semoga seluruh makhluk selalu berbahagia. Rahayu.




You Might Also Like

0 Comments