utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact




Hyan darma sukma dipraja saksena
Gramadapatuka dek kamulyan hirup kupraja saksena
Hyan dapati sukmana raja saksena deuk samangke hirupna sunda
Tenggerna Sunda

Raja sunda kudu hyan dipati sukma raga
Jeung kudu rancage mulya ka kabuyutan kailasa
Caang ngaplak ayana dina pola jeung ragana raja sunda

Sanghyan devata rama sunda gapura sagara
Ayana kaler kulon kailasan
Kabuyutan sunda tenggerna batu caang langlayan
Tetengger hyan gramadapatuka
Graha arca ratu sunda rincik manik
Kamulyan raja-raja sunda
Sakumaha ayana gapura sagara

Darenge kupara wadya balad sunda
Hyan dapati sukma praja saksena
Sasakana sunda kudu puja hyan
Budak jangkung kudu ngitung
Budak angon kudu jadi raja
Gaganti jamangna sunda
Sakumaha jamangna salakanagara

Tenggerna raja sunda anyar
Hyan dapati sukma praja saksena
Rancage mulya jamangna sundayana
Nu ngeukeuhkeun polah jeung ragana sarua





  • 0 Comments

Selamat sore, genk? Apa kabar? Ini adalah tulisan yang terlambat saya posting. Sebenarnya, saya sudah menulis ini sejak di tanah Kalimantan, mohon maaf banget ya, genks. Saya lupa posting. Tapi yang pasti, ini cerita mengenai Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia ke-21 yang membawa serta saya sebagai tim 'tukang' (bahasa saya, bahasa kerennya sih salah satu official team UPTD Taman Budaya dan Museum Negeri Banten) dengan tugas utama merekam aktivitas.

Di sela kesibukan mengabarkan hal-hal terkait kegiatan, Selasa (20/09/2022), Kabid Kebudayaan Provinsi Banten, Pak Bara Hudaya mengajak saya naik mini bus entah hendak ke mana. Tim Kebudayaan Banten akan pulang lebih dulu bersama tim kesenian, sedangkan tim UPTD Taman Budaya dan Museum Negeri Banten masih mengurus beberapa hal. Kabarnya, hari ini tim Kebudayaa Banten akan berkunjung ke desa budaya di Kalimantan Timur ini. Tentu saja saya mah gimana diajak saja.

Diajak mah, ya ikutlah. Meskipun hari ini juga ada jadwal kelas. Tapi karena peraturan kampus Universitas Negeri Yogyakarta sangat ramah bagi tukang 'kamehameha' (baca: nggak ikut perkuliahan secara langsung) seperti saya. Asal sinyal provider keren, ya saya bisa ikut kelas daring. Kerjaan kelar, kuliah lancar, bismillah segala sesuatunya dimudahkan dan dilancarkan. Kalau nggak diajak, ya santai saja ikut kuliah sambil 'halo-halo' sama kakang dan mbakyu seniman se-Indonesia yang ikut serta dalam perhelatan Temu Karya Taman Budaya se-Indonesia ke-22 ini. Kalaupun mager (malas gerak), ya mendem di kamar sambil mengerjakan hal-hal yang mesti saya kerjakan. Atau....,

Tapi, kedua pikiran saya itu terpotong teriakan atau lebih tepatnya ajakan untuk naik mini bus yang menjadi alat transportasi selama di Tanah Etam ini. Yah, mau tidak mau saya ikut naik meskipun setelahnya saya sudah sibuk menghubungkan diri dalam kelas daring. Terserah mau dibawa ke mana, mau ke Desa Adat, atau mana pun, saya ikut saja. Dan ketika mini bus berhenti di salah satu gedung, saya langsung ber'oh'. Rupanya tidak jadi ke desa adat, tapi ke Museum Mulawarman. Tapi pengumuman di medsos resminya sedang tutup karena sedang bersiap menyelenggarakan upacara Erau.

"Oalah, kenapa nggak ngomong mau ke sini, kan infonya tutup," Ujar saya sambil menunjukan info dari medsos resminya.
"Yah, kenapa nggak bilang, ute!" Ujar Pak Bara.
"Kan katanya mau ke desa adat, kenapa jadi ke museum?" Jawab saya sambil bersiap turun. Tapi ketika kaki berpijak di tanah basah karena hujan pagi ini, tidak urung saya senang. Oalah, rupanya ini jawaban 'uluk salam' dijawab melalui perantara tim kebudayaan Banten, toh? Batin saya.

Wewangian yang khas menyambut di pintu mini bus, mengiring langkah menuju berbagai area. Hujan yang mengiringi perjalanan Samarinda-Enrekang sudah berhenti. Cuaca berganti seperti cuaca di Serang di waktu yang sama. Yah, panas-panas hangat gimana gitulah. Wewangian nan harum itu masih terus berkitar di indera penciuman saya, silih berganti selama saya mengitari istana yang kini beralihfungsi menjadi kawasan Museum Mulawarman, kantor UPT Museum, Kawasan Ekonomi Kreatif Provinsi Kalimantan Timur dan lainnya. Meskipun pada upacara-upacara sakral kesultanan, jam operasional museum tutup.

Saya dan rombongan terpisah di area makam raja-raja Kerajaan Kutai Kartanegara dan keluarga. Saya memilih duduk di pelatarannya saja untuk sekadar melepas pegal. Sementara rombongan menuju ke arah kedaton dan masjid kuno Aji Amir Hasanuddin. Lumayan jemper tangan iki, rek! Tapi mengeluh bukan bagian saya dalam perjalanan ini, karena memang sejak awal saya sudah memprakirakan akan jemper, mengambil gambar, memotret, mengedit dan mempublikasikan kegiatan-kegiatan selama TKTB ini. Meskipun, sejak awal, Bu Kasi Kesenian dan Bahasa, Bu Nita, secara sukarela sering memotret saya diam-diam sambil berkata; "kasihan teh Uthe nggak ada yang motoin, fotoin melulu," katanya. Padahal, saya sengaja untuk tidak banyak memotret diri saya karena orang-orang di luar akan berpikir hal lain tentang keikutsertaan saya dalam rombongan ini. Malas menambah rasa iri dan dengki di hati orang lain. Heu. 

Sembari bersantai di pelataran makam, saya membaca surah yang biasa saya hapalkan. Yah, hitung-hitung setor hapalan, meskipun sering bolak-balik dan akhirnya menyerah membacanya saja. Ha. Sok-sokan mau setor hapalan, padahal belum hapal. Beberapa peziarah datang dan melewati saya yang terus menunduk pada ponsel.

Btw, ada apa dengan Paser, ya, gaes? Umh, nanti coba kita talungtik, deh. Sepertinya, saya tidak bisa jika harus mengikuti arah angin yang menggiring saya ke sisi lain dari pulau ini. Karena, saya adalah salah satu bagian dari rombongan yang sudah memiliki jadwal yang tetap. Karena itu, saya bisikan kata maaf, mungkin lain waktu dapat berkunjung ke sana. Entah bagaimana lagi cara alam mengiring saya. Apakah akan seunik saat ini, atau cara yang lainnya. Saya akan siap saja. 

Bagaimana pun, ada semacam keterikatan saya dengan tanah ini. Entah di zaman baheula para orang tua saya (kakek, buyut, dan lainnya) pernah berkunjung atau menetap di tanah ini, atau hanya sekadar melancong saja. Wallahualam. Yang pasti, saya senang menemukan perasaan merasa pulang. Dan suatu saat, saya pasti kembali lagi ke sini.





  • 0 Comments




Selamat tahun baru. Apa resolusimu tahun ini, Genks? Apakah sama dengan tahun lalu yang belum selesai itu, atau ada resolusi baru? Yuk, cerita mengenai resolusi tahun ini. Kalau saya, masih melanjutkan resolusi tahun lalu. Heuheu... Banyak PR yang belum selesai soalnya. PR apa saja? Hmm, nanti juga kamu tahu.

Yang pasti, tahun ini akan menyenangkan, membahagiakan, dan penuh petualangan. Mari kita bersiap, genks. Semoga kita bisa menuntaskan apa yang sudah kita mulai, ya. 


  • 0 Comments


Markas, demikian beberapa sahabat saya menyebutnya ketika saya tanya 'di mana?'. Saya kira tempat itu semacam barak yang penuh dengan segala perkakas para penjaga alam. Tapi, ternyata rumah yang nyaman, aman, dan tentu saja free wifi tempat para penjaga alam, pendamping ibu dan anak, dan kawan-kawan relawan lainnya tinggal.

Selain tentu saja, selain di sana juga ada rumah Om Nana beserta keluarganya. Dan satu hal yang baru saya ngeuh, setelah beberapa kali berkunjung; ternyata putra Om Nana (panggilan akrab om Np. Rahadian) itu temannya 'aw-aw' (baca puisi Renjana dalam Kalender dan beberapa puisi 'kantin belakang'). Untung udah nggak 'aw' lagi. Kalau masih, bisa di-bully seumur hidup gue. Biasalah itu zaman kakak 'gemez' suka sama dede 'gemez' tapi gengsi nanya nama juga. Whahaha. Senior yang sombong.

Well, kunjungan pertama saya ke markas yaitu ketika saya dan beberapa kawan sedang mengerjakan project majalah dan media online. Meskipun pada akhirnya, project itu tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Tapi, karena itu saya jadi berteman dengan banyak orang dan juga ikan di kolam. Karena itu pula saya jadi tahu program para penjaga dan pendamping. Seketika itu, potret LSM yang selama ini ditanamkan para oknum biadab yang suka bertamu ke rumah dan pulang minta ongkos itu langsung hilang dari kepala saya.

Dan ini yang penting, sebagai orang yang tinggal sendiri dan sering diserang sakit, setidaknya ada tempat untuk mengaduh dan berbagi keluh. Bukan hanya tempat untuk menggaduh. Tentu saja, khusus untuk rasa sakit yang tidak bisa saya tangani sendirian saja. Kram perut, misalnya. Selain selalu ada orang yang bisa jadi teman, juga karena mereka paham beberapa obat pereda sakit. Tapi, jangan harap kalau sedang sakit hati meminta penyembuhan di sana. Mati sudah kau, lae. Bully seumur hidup!

Kalau curhat masalah lingkungan, sosial, budaya, dan proyek kreatif, di sanalah tempatnya. Ide bisa dilempar begitu saja seperti kita sedang bernapas. Hampir semua orang keren dan mahir di bidangnya ada dan bisa kamu ajak ngobrol tanpa mengenal istilah 'guru-murid' atau 'senior-junior'. Paling cuma 'tua-muda' saja sebagai bagian dari keceriaan dan keakraban. Karena kesopanan bisa dilihat dari sikap lainnya, bukan dari seberapa tunduk kepala atau seberapa lekat ciuman di punggung tangan, bukan?

Soal gerakan, tidak perlu ditanyakan. Sudah banyak yang dilakukan LSM Rekonvasi Bhumi. Bukan hanya mengurus permasalahan lingkungan, tapi sosial kemasyarakatan, ekonomi kreatif dan gerakan lainnya yang bisa menunjang percepatan pembangunan.

LSM ini bahkan sudah lebih dulu berada di tengah masyarakat sebelum program-program pemerintah--yang seolah baru itu--dibuat.

Apa kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan 'betah banget' berada dalam lingkungan pergaulan LSM ini, ya? Intinya, tidak ada seorang manusia pun yang tidak diterima oleh mereka. Mungkin cuma orang yang datang dengan niat culas saja yang kemudian diabaikan. Tapi, kalau niatmu datang untuk belajar, mencari inspirasi, nasihat, dan berkarya, semuanya diterima dengan tangan terbuka. Bahkan, kalau kamu merasa bosan hidup dan ingin tidur saja juga, bisa dilakukan di LSM ini. Meskipun dengan syarat yang panjang. Salah satunya, bisa bertahan dari bully-an dengan daya tertinggi. Tapi, efeknya setelah kamu angkat kaki, semangat hidupmu muncul lagi. Mau coba? Saya juga belum pernah coba bagian itu, sih. Hihi

Di LSM ini, saya bukan siapa-siapa dan tidak merasa menjadi bagian dari LSM ini secara resmi. Karena kedatangan saya biasanya hanya untuk menemui teman, membantu teman, mengerjakan beberapa proyek kecil atau sekadar numpang menginap dan wifi-an saja. Tapi, karena itu pula saya bisa mendapat banyak inspirasi, nasihat, dan dorongan semangat dari para 'orang tua' di sana. Hatur nuhun, mang/om/kak/teh/tante.


Karena itu, di usianya yang ke-19 ini, saya ucapkan terima kasih Rekonvasi Bhumi. Atas inspirasi, segala nasihat dan dorongan untuk terus bergerak ikhlas, bergerak cerdas dan tidak berbuat culas bahkan sejak dalam pikiran. Semoga saya bisa belajar konsisten dari 19 tahun keberadaan Rekonvasi Bhumi ini.

Happy anniversary, Rekonvasi Bhumi. Tetap melangit tanpa meninggalkan bumi.


Rahayu ing bhuana. Svaha...


  • 0 Comments
Older Posts Home

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top