6 Gedung Cagar Budaya Kabupaten Lebak: Yang Menyapa Dari Jendela Masa Lalu




Halo-halo Indonesia. Apa kabar hari ini? Semoga kita semua selalu sehat, ya. Setelah kemarin kita berjalan-jalan ke 6 Situs Cagar Budaya di Kabupaten Lebak, hari ini mari kita berjalan-jalan ke 6 Gedung Cagar Budayanya. Tentu saja masih via gambar. Karena kampanye #dirumahaja masih berlaku, tjoi!

Gedung-gedung yang masuk daftar Cagar Budaya Kabupaten Lebak ini sekarang sudah banyak dialihfungsikan menjadi kantor. Ada pula gedung yang dibiarkan terbengkalai. Tetapi untuk merobohkan dan menggantinya dengan gedung baru, siapapun tentu saja harus berhadapan dengan Undang-undang tentang Cagar Budaya, beserta dendanya yang banyak itu.

Karena itu, selagi #dirumahaja saya iseng memberikan kategori #sixfantastic seperti jargon Dinas Pariwisata Lebak untuk destinasi wisatanya. Meskipun tetap, informasinya bersumber dari buku Cagar Budaya di Kabupaten Lebak yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak pada tahun 2018 lalu.

Berikut #sixfantastic gedung-gedung "yang menyapa dari masa lalu" versi tuan meneer? Heu..


1. Gedong Nagara


Memasuki gedong nagara ini serasa memasuki rumah yang di dalamnya sudah berdiri sang ayah yang sangat tegas dan berwibawa. Ia sudah berulang kali memperingatkan untuk tetap di rumah saat ia sedang pergi. Tapi ketika ia pulang, puterinya masih belum pulang karena keasyikan bermain di luar. Tapi saat melihat puterinya mengendap-endap masuk, tak urung ia tertawa. Hahaha...

Secara keseluruhan, saya suka dengan seluruh bagian dari gedung yang sekarang menjadi rumah dinas sekaligus tempat Bupati menjamu para tamu-tamunya ini. Arsitekturnya, suasananya....

Deuh! Kantor dengan suasana rumah itu emang paling nyaman sih, ya. Jadi betah. Pengen mah ngendong (menginap). Wadezig! Kantor Bupati, tjoi!


2. Gedong Wedana (Museum Multatuli Lebak)




Memasuki gedung yang sekarang menjadi Museum Multatuli ini, sudah seperti masuk ke rumah sendiri. Sebab, banyak kegiatan yang digelar di museum anti kolonialisme pertama dan satu-satunya di Indonesia ini.

Tentu saja, sesekali saya pun memasuki gedung utama. Di dalam, saya sering merasa ditarik ke sana ke mari, karena memang setiap ruang pamernya memiliki konsep dan tema tersendiri. Ada 7 ruang pamer dengan 4 tema di museum yang menampilkan sejarah kolonialisme dan antikolonialisme ini.

Keempat tema itu yakni tema sejarah datangnya kolonialisme ke Indonesia, tema Multatuli dan karyanya, tema sejarah Lebak dan Banten dan Rangkasbitung masa kini. Selain itu, ada ruang audiovisual dan labirin informatif bagi para pengunjung.

Untuk koleksi, museum ini juga memiliki koleksi asli dari tegel eks rumah Multatuli, novel Max Havelaar bahasa Prancis edisi pertama (1876), litografi/lukisan wajah Multatuli, peta lama Lebak, arsip-arsip Multatuli, surat Multatuli kepada Raja Willem II dan buku-buku koleksi lainnya.

Berkunjung ke dalam museum sesekali, lainnya lebih banyak di luar, tepatnya di dekat monumen interaktif Multatuli, Saidjah dan Adinda sambil ngopi. Itu saya. Kalau kamu?

3. Eks Rumah Multatuli (Edurd Douwes Dekker)


Residentie Assisten Recident van Lebak ini dulu pernah dijadikan tempat tinggal Asisten Residen Lebak, Eduard Douwes Dekker alias Multatuli (2 Maret 1820-19 Februari 1887).

Kondisi rumah ini saat ini hanya tinggal dinding di sebelah Timur dengan profil di bagian atas. Namun, temuan lainnya berupa intak pondasi di sudut Timur Laut menunjukan bahwa bangunan ini berdenah empat persegi panjang. Sementara dindingnya, sudah dijadikan dinding dari bangunan zaman sekarang.

Huaduh banget, kan?


4. Gedung DPRD Kabupaten Lebak


Jujur saja, saya masih mengingat-ingat lokasi gedung DPRD ini. Ketahuan banget nggak suka tengok-tengoknya, kan? Hihi.
Mungkin lain waktu, saya akan berkunjung untuk melihat bangunannya. Ingat ya, bangunannya. Tapi kalau Pak Dewannya ngajak diskusi sembari ngopi mah uatuh tidak ditolak. Hahaha.. Ndasku!

5. Rangkasbitoeng Spoor Wegent



Tahu tidak kenapa saya suka naik kereta? Bangunan stasiunnya gagah-gagah! Bukan hanya bangunan stasiunnya, tapi rumah-rumah karyawan PT KAI juga khas dan membuat jiwa tua saya melompat-lompat gembira.

Meskipun memang, seiring berjalannya waktu, saya melihat banyak pembongkaran dan renovasi besar-besaran dari bangunan-bangunan itu. Dan kadang membuat saya merasa kecewa sendiri saat melihatnya. Tapi, yah, gimana ya?

6. Eks Kantor Perwakilan Pengadilan Negeri Lebak



Gedung yang setiap kali melewatinya membuat saya melirik dan kadang hingga membuat saya menatap lebih lama ini sudah lama terbengkalai. Rerumputan tumbuh liar di halaman dan bagian lainnya. Ingin rasanya masuk, tapi pasti tidak aman karena bisa saja menjadi sarang hewan liar. Sempat terbersit harapan agar gedung yang tampak kokoh ini tidak dirobohkan dan diganti dengan gedung baru. Tapi, dibiarkan terbengkalai saja juga membuat sedih saat melihatnya.

Aha! Bagaimana bila pihak-pihak terkait udunan atau kolekan untuk renovasi?

Saya yakin, bila sudah bisa dihuni, akan banyak yang ingin menghuninya. Tapi, akan baik bila dialihfungsi untuk tempat bertukar pikiran, berdiskusi dan kegiatan-kegiatan yang bersifat penggalian ide-ide kreatif.

Nah, gimana #sixfantastic versi tuan meneer ini? Bikin ingin berkunjung? Jangan sekarang, nanti saja setelah covid-19 ini musnah. Kalau nanti kamu imgin berkunjung untuk menikmati keindahan arsitektur ke-6 gedung ini sambil menikmati tahu Ciujung dan kopi kupu-kupu, silakan ikuti prosedur yang diberlakukan oleh empunya gedung.

Berikut beberapa akun empunya gedung:
.
1. Gedong Nagara bisa tanya ke @lebakkab atau ke @humasprotokollebak atau ke @diskominfolebak.

2. Gedong Wedana dan Eks Rumah Multatuli bisa tanya ke @museummultatulilebak.

3. DPRD Lebak bisa ke @sekretariat_dprdlebak

Besok, kita bertamu ke Rumah Antik Tinggalan Masa Lalu. "Assalamualaikum empunya rumah. Izin bertamu, ya.." (Salamnya dari sekarang. Heu).

Tetap #dirumahaja. Semoga kita selalu sehat dan seluruh makhluk berbahagia.



Cag deui.

You Might Also Like

0 Comments