utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact




Kay, hari ini kau sangat gelap. Dan terasa ada cuka di raut wajahmu! Ada apa Kay?
Jika kuibaratkan sebagai langit, dua hari ini dia tertutup awan absurd. Tak serupa awan, namun orang banyak bilang itu awan. Entahlah aku harus mendeskripsikannya seperti apa. Hanya saja, aku tak suka melihatnya seperti itu. Aku tak suka jika bibirnya tak menggariskan senyuman, baik untukku, dan untuk mereka.


Hingga saat ini, jam digital di sudut kanan laptopku menunjuk angka 2.27 AM, aku masih memikirkannya. Sesekali, aku meliriknya yang sudah lelap tak jauh dariku, tergeletak seperti bayi di ampar karpet bau debu. Ah, kami sekamar memang. Sekamar aula di kampus, karena sesore tadi sibuk mengurus kegiatan. Hah, aku suka iri padanya jika sudah begitu. Tak hanya malam ini aku melihatnya tergolek, dan mungkin sedang riang dengan mimpinya. Kadang, dengan berbagai cara aku membangunkannya. Entah dengan hanya menusuk-nusukkan jariku di bahunya, seolah jari telunjukku itu pisau yang mampu merobek tirai mimpinya, hingga aku bisa mengintip mimpi apa dia sebenarnya. Atau, hanya sekedar mengelus-elus kakinya yang berbulu lebat, sembari membalurkan lotion anti nyamuk. Dia sering terperanjat bangun, lalu terkulai kembali ketika aku menyeringai padanya.

"Kebiasaan," itulah yang sering dia gumamkan. Aku memang seperti terbiasa dengan ritual ini, dan aku senang melakukannya. Apalagi saat seperti sekarang, kau begitu muram. Aku benar-benar ingin memberimu hadiah, dengan memberi sedikit pijatan. Mungkin, dengan begitu, aku bisa sedikit menyingkap tabir jelaga di rautnya. Dan membuatnya tersenyum seperti sedia kala? Atau, mungkin, dia akan mengajakku ke mimpinya? Seperti dia yang selalu diam-diam menyusup ke mimpi-mimpiku.
  • 0 Comments




Perbincangan malam antara aku, Kay, dan seorang kawan membuat ulu hatiku sedikit nyeri. Usia. Itu topik utama perbincangan kami. Mungkin, awal topik ini dihadirkan si kawan itu, karena melihat aku dan Kay melulu bersama, berbincang, bercanda, dan terkadang makan bersama tanpa mengajak dia. Dia merasa cemburu? Entahlah.
Aku hanya merasa, jika usia begitu penting untuk mengukur seberapa lama manusia berada di bumi ini, aku akan memilih untuk tidak memilikinya saja. Aku akan memilih menggantikan Lo, bidadari yang dikutuk tak memiliki usia dan terus membimbing putra Zeus dalam film Titan itu. Mungkin itu lebih baik, jika usia ini menjadi dinding penghalang padunya dua manusia.
Ah!
Gurat-gurat tak sukaku rupanya dapat diterka. Kay perlahan menyingkir bersama kawan lainnya yang hendak ke warung membeli susu kaleng. Membiarkan aku dengan si kawan, dan dengan kacaunya rasa di dada ini. Sialan.
Tak berapa lama, Kay kembali dengan senyum yang semarak. Tanpa bicara, dia meraih tanganku yang menggantung.
"Ini," katanya sembari menaruh sesuatu di telapak tanganku.
"Apa?" Tanyaku.
"Tadi nemu bunga kecil banget," jawabnya sambil menunjuk titik kecil di telapak tanganku.
"Dari mana?" gumamku sembari menilik titik itu, mengambilnya, dan lebih mendekatkannya ke cahaya.
"Nggak tahu, tadi jatuh dari langit," jawabmu seraya menunjuk langit yang berbintang. "Hmm, mungkin itu bintang jatuh yang tadi di lihat si Sam," sambungnya seraya tertawa.
Aduh! Manisnya!
Ini hadiah termanis yang pernah kudapatkan. Meskipun bukan penjelmaan bintang seperti yang ia katakan, tapi ini sangat berharga. Karena dia memberikannya padaku, bukan pada seorang yang lain. Aku akan menyimpannya, terus. Hingga nanti saat kulihat dia akan memunggungiku, dan pergi. Atau mungkin, nanti, saat di sisinya ada perempuan lain yang dikutuk memiliki usia sama dengannya.
Aku tersenyum, dan terus menimang hadiah darinya itu. Sementara dia mulai menyulut rokok kreteknya, menghisapnya lebih dalam, dan menghembuskannya pelan-pelan. Aku memperhatikannya dengan mata terbinar.
"Apa?" Tanyanya dengan senyum dikulum. Ah! Aku hanya kagum....
  • 0 Comments
Ilustrasi from Deviantart

Namanya Kay, ternyata. Anggota baru komunitas teater itu. Kay yang pendiam, yang menyimpan kecamuk rasanya dalam sunyi malam. Dan tak biarkan seorang pun mengetahuinya. Kutilik ia sering kali. Meraba-raba pribadinya yang tak terdeteksi. Seperti apa dia? Seberapa dalam luka yang sering kali menjelma dalam binar matanya?
Kau suka melukis? Tanyaku pada malam berikutnya.
Hmmm, iya. Jawabnya.
Ada segurat senyum yang menawan mataku, membuatku ingin melihatnya lagi, dan lagi. Meski tak sedang ada kanvas dan kuas di hadapnya.
Aku bersumpah akan terus membuat garis itu di sana, di bibirnya!
Ah! Apa ini? Semacam iba, atau rasa lain?
Aku terus menatapnya yang menekuni kanvas. Membiarkan pagi datang diam-diam, dan bulan sepasi mengintip dari balik awan. Dan mungkin, di antara benda-benda yang kasat mata, seseorang tengah menyaksi semua gerakku dan dia. Hanya menyaksi, dan tak hendak menampakkan diri.
  • 0 Comments

 “Jika kau manusia, maka menulislah,” katamu.

i/
Kang, sudah hampir tujuh ratus dua puluh hari kau di sana.
Sementara aku masih meragu menancap jejak di sampingmu.
Ah!
Biarlah, di sini saja aku bercerita.
Enam puluh hari ini, lima puluh lembar kertas tak lagi kosong.
Namun, rasaya, masih akan sangat lama, aku menjumpamu dengan tawa.
ii/
Kang, dalam petak kamar yang berserak baju kotor, buku,dan abu rokok ini,
kepalaku sepertinya telah bolong.
Katakata terus menguap serupa asap rokok yang melulu kuhisap.
Tapi, tenanglah.
Aku tetap berusaha mendulang kata, agar segera menjumpamu dengan tawa
iii/
Kang, tadi aku bertemu sahabat lama, yang kini miliki garis luka di perutnya.
Ia yang mengajakku bekerja sama, menyusun novel dari naskah drama yang kami cipta.
Tapi, rasanya aku tetap patut haturkan maaf.
Atas isi dalam amplop coklat berlabel koran ternama di meja.
Ya, mereka kembalikan kertas lainku yang tak lagi kosong.
Walau isinya mereka anggap bolong.
Meskipun begitu, aku tetap akan segera menjumpamu dengan tawa,
dengan buku berlabel namaku di atasnya.

Serang, 4 November 2011.
  • 0 Comments



Aku ingin berkisah,
tanpa kelu di bibir basah,
pun lantun kata yang terpatah-patah.
"Tolong putarkan lagu lama,
tentang kemesraan yang terhalang bulan empat belas,
dan rindu yang gelas."
Maka, dengarkanlah!

Karena kisahku menyurup dalam lagu
Sementara sunyi semakin menjadi.

Serang, September 2011
  • 0 Comments




Untuk Buku-buku di bawah ini, anda bisa memesannya melalui no ponsel 087871096947, atau 087882060332 , atau 081298124871. (Plus cap bibir dari penulisnya!Eh?)

1. Buku kumpulan esei Wan Anwar
Dapatkan dengan harga Rp. 40.000 (sudah termasuk ongkos kirim untuk P. Jawa) Rp. 45.000 (Sudah termasuk ongkos kirim untuk Luar Jawa)

2. Buku Kumpulan Cerpen Niduparas Erlang

Dapatkan dengan harga Rp 35.000,-

3. Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Sayembara Cerpen Belistra

Dapatkan dengan harga Rp. 35.000,-
 4. Buku kumpulan Esai Pemenang Sayembara Esai Belistra

 Dapatkan dengan harga Rp. 35.000,-

5. Buku kumpulan puisi Mugya Syahreza Santosa

Dapatkan dengan harga Rp 25.000,-

Pemanis, penglaris. Idih?



  • 0 Comments



Bagiku, pergantian tahun ini masih seperti berganti celana dalam. Buka, dan pakai, beres. Tidak ada yang spesial, pun tidak ada harapan atau resolusi yang entah.
Aku hanya membiarkan diri bernafas, dan mengoles tawa bersama topeng-topeng yang menyebut dirinya teman, sahabat, atau orang yang hanya sekedar numpang lewat. Walau tak sedikit dari mereka terkadang menyerupa nyamuk yang diam-diam menghisap darahku, lalu tertawa-tawa melihat luka yang sengaja mereka toreh itu.



Namun, tahun baru ini terasa berbeda ketiga gaung suara menyentuh gendang telingaku.

luka ngucap dalam badan/ kau telah membawaku ke atas bukit ke atas karang ke atas gunung/ ke bintang-bintang/ lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku/ untuk kuburmu alina//
untuk kuburmu alina/ aku menggali-gali dalam diri/ raja dalam darah mengaliri sungai-sungai mengibarkan bendera hitam/ menyeka matari membujuk bulan/ teguk tangismu alina//
sungai pergi ke laut membawa kubur-kubur/ laut pergi ke awan membawa kubur-kubur/ awan pergi ke hujan membawa kubur-kubur/ hujan pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga/ membawa kuburmu alina//

Demikian suaramu yang mengaum bak suara dalam kubur. Tubuhku seketika bergerak, mencari asal suara.
Di sana, di sana!
Dia bertekuk lutut dengan wajah sayu. Selembar kertas ditanganmu yang menggantung. Kuhela nafas yang tak sengaja kutahan, sementara dia bangkit dan memberi hormat.
Dia yang membaca sajak Perjalanan Kubur, itu? Dia siapa? Mataku terasa asing pada sosok itu. Batinku terus berceloteh. Sekali lagi kulihat sosok dia. Rambut panjang ikalnya yang dikuncir, jambangnya yang menggaris di kedua pipi, alis yang tebal, senyum yang malu-malu.
Dia siapa? Sekali lagi dalam diam kubertanya. Sementara mata terus menyetubuhinya.
Ah! Peduli amat, meski dia tampan, tapi dia sudah benar-benar merusak tahun baruku dengan sajak itu. Tahun ini, tahun kematianku, aku rasa.
Ah, entahlah.

Tapi, kau tampan, jejaka. Siapakah namamu?
  • 0 Comments


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Sampurasun,
Om swastiastu
Namaste...
Salam sejahtera untuk kita semua
Salam kebajikan

Selamat datang. Saya Te, pemilik rumah ini. Perihal siapa saya, kamu bisa mengetahuinya setelah ratusan kali pertemuan atau mungkin hanya sekali pertemuan, tergantung penilaianmu. Karena saya membebaskanmu menilai keburukan-keburukan di dalam diri yang kadang sengaja saya tampilkan di muka untuk melihat bagaimana reaksimu selanjutnya. Suka saja. Senang saja. Sebab saya yakin, mereka yang menerima saya sebagaimana saya adanya, tidak akan memandang apa yang ditampilkan, pekerjaan yang saya lakukan, atau apapun yang sifatnya lapisan paling luar.

Karena itu, saya ucapkan selamat datang.

Untuk hal-hal yang dilakukan bersama, bisa kamu lihat di channel youtube Kelvin Films. Sementara untuk program sejarah, sosial, budaya dan kemasyarakatan, kamu bisa melihatnya di akun media sosial Komunitas Laboratorium Banten Girang, Komunitas Aing dengan Beritaing-nya, Komunitas Relawan Banten, Rekonvasi Bhumi, Museum Negeri Banten, Kebudayaan Banten dan beberapa akun sosial media lainnya. 

Terima kasih.

Rahayu ing bhuana.

Cag.













  • 1 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top