One Night Only

One day SAB687's
Hmm, sudah lama tidak menulis kisah. Banyak kisah yang terjadi sebetulnya, tapi agak sulit untuk dituliskan. Mungkin hanya kisah ini yang lumayan mudah. Entahlah. Karena saat ini pun rasanya aku tidak merasakan apa-apa. Bahagia, nyaman, marah, benci, sesal.. atau apapun yang dikatakan orang sebagai jawaban dari pertanyaan 'apa yang kau rasakan' atau 'bagaimana perasaanmu' itu. Untuk menjawabnya, aku hanya bisa katakan, aku menikmati saat-saat ini. Saat di mana aku tidak merasakan apapun. 
Kau pernah merasakannya? Tidak merasakan apapun, seperti aku saat ini? 
Aku sering.
Misalnya, saat aku melihat orang yang aku sukai berbicara dengan perempuan lain, gestur, dan gaya bicaranya sama persis seperti saat ia berbicara padaku. Saat itulah, 'aku tidak merasakan apapun'. Semacam serangan 'kram dadakan' pada perasaanku.
Lalu,
saat lelaki yang aku sukai membicarakan perempuan lain dengan mata terbinar, aku pun terserang 'kram dadakan' itu.
Bahkan,
saat pacarku mengatakan 'putus', atau aku melihatnya bergandengan mesra dengan perempuan lain pun, terkadang 'kram dadakan', ini aku rasakan pula. Hingga terkadang aku hanya bisa tersenyum menyaksikan semua itu.
Dan, saat ini...
Aku sulit sekali menyatakan apa perasaanku berada tepat di sampingmu lagi. Selain kata; 'lama tidak berjumpa', yang tercetus dari mulutku, kata apalagi yang sekiranya masih pantas aku ucapkan? Karena barangkali, bila aku mengatakan; 'aku merindukanmu', kau akan.......
Ah, tentu saja.
Tentu saja. Aku harus mencatat ini. 06/04. Demikian tanggal yang tertera di sudut kanan laptop. Aku hanya akan mencatatnya saja. Kau tak perlu tahu apa yang aku rasakan, dan meskipun diam-diam aku bertanya-tanya juga 'apa yang kau rasakan', namun aku pun tidak ingin tahu jawabanmu.
Diam sajalah.
Nikmati sajalah.
Bukankah kita serupa dalam beberapa hal. Dan rasanya, kali ini aku menemukan kalimat yang tepat untuk menyebut siapa kita. Manusia tanpa tujuan. Karena terkadang, kita hanya melakukan saja. Menikmati saja. Aku meyakini hal ini, sakit, perih, bahagia, semuanya itu memiliki porsi masing-masing dalam hidup kita.
Kulihat, matamu menyambut lelap.
Ah!
Aku iri.

You Might Also Like

0 Comments