Mengenang Sosok Kartini: Perjuangan dan Pengabdian dalam Sejarah Pendidikan Indonesia

 


Dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, RA Kartini dikenal sebagai tokoh yang gigih berjuang untuk mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Pendidikan, baginya, adalah kunci untuk memajukan bangsa. Kartini meyakini bahwa pengetahuan adalah jalan menuju kebahagiaan. Oleh karena itu, ia sangat berharap agar pengembangan kecerdasan dan karakter melalui pendidikan dapat dinikmati oleh semua orang, terutama perempuan.

Pada awal abad ke-20, dimulailah era pendidikan bagi perempuan di Indonesia. Perubahan pandangan masyarakat mulai terjadi, dengan gagasan tentang kemajuan, termasuk pendidikan perempuan. Inilah saat-saat di mana RA Kartini menjadi pionir dalam memajukan pendidikan perempuan dengan mendirikan sekolah-sekolah kecil yang mengajarkan baca-tulis, kerajinan tangan, dan keterampilan memasak.

Dampak dari gerakan pendidikan perempuan yang dilakukannya terasa nyata. RA Kartini mendirikan sekolah-sekolah perempuan, organisasi-organisasi perempuan, dan secara keseluruhan memajukan pendidikan bagi perempuan di Indonesia. Perubahan status sosial perempuan juga mulai terjadi. Mereka mulai diperbolehkan untuk terlibat dalam politik, bahkan berpartisipasi dalam pemilihan anggota DPR. Namun, pada usia yang masih muda, tepatnya 25 tahun, RA Kartini meninggal dunia. Berita dari CNN Indonesia menyebutkan bahwa ia menghembuskan napas terakhirnya beberapa hari setelah melahirkan anak laki-lakinya, Soesalit Djojoadhiningrat.

Kartini dilahirkan di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Sebagai penghargaan atas jasa dan perjuangannya, pemerintah Indonesia menetapkan hari lahirnya sebagai Hari Kartini, sebuah hari nasional yang secara langsung ditetapkan oleh Presiden Soekarno. Dengan memperingati Hari Kartini, kita tidak hanya mengenang sejarah perjuangan seorang Kartini, tetapi juga menghargai perannya yang penting dalam membuka jalan bagi pendidikan perempuan di Indonesia. Semangatnya untuk kesetaraan gender dan pendidikan telah memberikan inspirasi bagi banyak generasi selanjutnya.

Kutipan Kartini

"Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam."

"Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung."

"Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang."

"Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."

"Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu."

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

"Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?"

"Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain."

"Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu."

"Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbulah angan–angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."

"Tidak menjadi soal bagaimana caranya mengabdi kepada kebaikan, asalkan baik saja."

"Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti."

"Hormati segala yang hidup, hak-haknya, juga perasaannya."

"Tiada barang mustahil di dunia ini! Dan sesuatu barang yang hari ini kita teriak-teriakkan mustahil sama sekali, besok merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal!"

"Dalam tangan anaklah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu."


You Might Also Like

0 Comments