Kingdom 2: Siasat Sang Ratu dan Runtuhnya Klan Haewon
Hati-hati, tulisan ini mengandung spoiler. Ehe...
Setelah menunggu setahun, akhirnya Kingdom sesi kedua ditayangkan Netflix. Terlalu lama, memang. Mungkin bila sesi pertamanya pun memiliki 16 episode seperti drama lainnya, para penonton drama yang disutradarai Kim Sung-Hoon ini tidak akan terlalu dalam memendam rasa penasarannya. Meskipun begitu, 6 episode tiap sesi dan harus menunggu selama setahun ini tidak lantas membuat para penonton kejang-kejang juga, sih.
Bila di sesi pertama serangan zombie lebih dominan, di sesi kedua ini lebih banyak disugihkan konflik politik dan internal kerajaan. Seolah sesi kedua ini adalah jawaban yang muncul di
sesi pertama tentang sebab-sebab segala peristiwa yang terjadi.
←
Pada episode ter
akhir di sesi pertama itu diceritakan, zombie yang semula hanya terbangun saat hari menjelang malam, kini sudah terbangun di siang hari juga. Selain itu para zombie juga tidak bisa melintasi air. Nah, di sesi kedua ini diceritakan semuanya, genk.
Pasukan Putera Mahkota yang terdesak berhasil masuk ke benteng Sangju. Sementara Seo-bi dan Hakim Cho terjebak di atas goa saat mencari tanaman obat. Di bawah mereka, zombie berada. Seo-bi memutuskan untuk terus naik ke gunung tempat camp kelima berada. Di sini, Seo-Bi menyadari karakteristik tanaman pembangkit tumbuh di tempat dingin. Karena karakter tanaman itu, sebenarnya zombie ini bukan takut cahaya matahari melainkan suhu tinggi (musim panas).
Di Hanyang, mayat bayi perempuan dan ibunya ditemukan di kediaman pribadi keluarga ratu. Memang, di kediaman pribadi keluarga ratu itu sebelumnya banyak dikumpulkan perempuan-perempuan hamil. Mereka melahirkan, lalu menghilang. Rupanya, mereka dibunuh, men! Untuk apa? Sabar, ini baru awal.
Sementara itu, persediaan makanan di dalam benteng Sangju mulai menipis. Ditambah lagi dengan peristiwa kebakaran. Hal itu membuat Putera Mahkota, Tuan Ahn dan rombongannya memutuskan keluar benteng untuk menuji camp pasukan kelima. Hanya saja, kedatangan mereka rupanya sudah diketahui pasukan kelima melalui Cho Hak-ju yang berada di sana juga. Di sisi lain, Putera Mahkota terkena jebakan batman Cho Hak Ju. Ayahnya, Sang Raja yang telah menjadi zombie itu dilepaskan dan langsung menyerangnya. Mau tak mau, Putera Mahkota memenggalnya. Tuan Ahn yang memiliki hubungan kerja dengan Cho Hak-ju sebelumnya mengumumkan bila raja telah meninggal dan akibat keserakahan Cho Hak-ju, ia menbangkitkan raja kembali menjadi monster. Tuan Ahn yang hendak masuk ke tempat dimana Putera mahkota berada, ditembak prajurit suruhan Cho Hak-ju. Cho Hak-ju kemudian memerintahkan pasukan Putera Mahkota ditangkap dengan tuduhan pembunuhan raja.
Di Hanyang, kasus mayat ibu dan bayi di kediaman pribadi keluarga Ratu terus diselidiki. Mayat bayi yang ditemukan hampir semuanya berjenis kelamin perempuan, sedangkan bayi laki-laki dibiarkan hidup. Kecurigaan bahwa seseorang sedang menginginkan bayi laki-laki pun dicetuskan petugas penyelidik. Di saat yang sama, kematian Raja diumumkan. Dari surat yang ditulis Cho Hak-ju diceritakan kronologisnya. Putera Mahkota dipersalahkan dalam surat itu.
Tuan Ahn yang dihidupkan kembali oleh Seo-Bi dengan tanaman pembangkit berekasi dan menggigit Cho Hak-ju. Putera mahkota memerintahkan memenggal siapapun yang digigit zombie dan menyatakan bahwa Cho Hak-julah yang membangkitkan Raja. Seo-Bi menambahinya bahwa tabib Lee Seung-hui membantunya membangkitkan Raja melalui catatan medisnya. Putra Mahkota juga menyatakan bila Klan Haewon Cho telah memanipulasi banyak peristiwa demi kekuasaan mereka.
Tim Bantuan untuk para penduduk di Sangju pun dikirim melalui terowongan tempat Putera Mahkota dan rombongannya melarikan diri. Sementara pengiriman dilakukan, para prajurit membantunya dengan menembakan meriam ke arah para zombie. Akhirnya, bantuan pun sampai dan diterima para penduduk yang bertahan di benteng Sangju.
Sementara itu, Cho Hak-ju yang digigit zombie Tuan Ahn dirawat Seo-Bi. Ia juga menyadari ada yang tidak beres dengan obat yang dikonsumsi Ratu. Putera mahkota yang baru sampai setelah mengirim bantuan makanan ke benteng Sangju menyadari Seo-Bi, Pengawal Putera Mahkota Moo-Young dan Hakim Cho yang tidak lain adalah keponakan Cho Hak-Ju membawa kabur Cho Hak-ju. Sementara itu di istana, Ratu yang dikabarkan sedang bersalin tidak kunjung melahirkan juga padahal sudah lama. Di ruang interogasi, penyelidik menanyai pengurus kediaman pribadi keluarga Ratu mengenai kematian ibu dan bayi. Penyelidik kemudian pergi ke istana tempat Ratu bersalin.
Di perjalanan, Seo-Bi menyadari kondisi Cho Hak-ju memburuk, ia meminta Moo-young untuk berhenti agar ia bisa merawatnya. Di gubuk yang ditinggalkan, Seo-Bi berbicara pada Moo-young agar ia kembali ke Putera Mahkota dan tidak mengkhianatinya lagi. Seo-bi juga menceritakan obat yang dikonsumsi Ratu. Obat itu mestinya tidak boleh dikonsumsi oleh perempuan hamil. Moo-young mempertanyakannya pada Cho Hak-ju, kenapa di kediaman keluarganya banyak perempuan hamil. Termasuk isterinya yang sedang hamil tua. Di saat yang sama, prajurit menyerbu dan menewaskan Moo-young. Seo-bi dan Hakim Cho melarikan diri ke Hanyang membawa Cho Hak-ju. Di tempat lain, isteri Moo-young melahirkan. Bayi yang dilahirkan isterinya Moo-young diserahkan pada ratu. Sampai sini, kamu bisa menebak motifnya Ratu, kan?
Intinya, Ratu keguguran namun tetap berbuat seolah-olah ia tetap hamil agar kekuasaan tetap berada di tangannya, klan Haewon. Meskipun ayahnya, Cho Hak-ju tidak mengetahui siasatnya ini.
Singkat cerita, Seo-bi dan Hakim Cho yang membawa Cho Hak-ju sampai di Hanyang. Kondisi Cho Hak-ju semakin parah. Seo-bi dan Hakim Cho kemudian menenggelamkannya di bak mandi hingga parasit zombie itu keluar dari tubuh Cho Hak-ju dan dia sembuh. Setelah sembuh, Cho Hak-ju masih tegas seperti sebelumnya. Ia memerintahkan petugas militer yang memeriksa tempat bersalin Ratu beserta keluarganya untuk ditangkap. Sementara Putera Mahkota beserta rombongannya yang menuju Hanyang mampir ke Naesonjae dan menemukan orang-orang sedang mengubur perempuan yang baru saja melahirkan beserta bayinya. Isteri Moo-young juga ada di sana dan selamat, walaupun kritis. Seo-bi yang dibawa Young-sin memeriksanya dan memberitahu Putera Mahkota soal parasit zombie serta cara menanganinya.
Putera Mahkota juga memberitahu bila bayi Moo-young telah dibawa Ratu dan kemungkinan diakui sebagai pangeran. Karena itu, saat kembali ke kediaman Cho Hak-ju Seo-bi meminta menjadi tabib Ratu. Cho Hak-ju kemudian membawa Seo-bi ke istana Ratu. Di sana ia melihat Ratu sudah menggendong pangeran yang tak lain adalah anaknya Moo-young. Cho Hak-ju meminta Seo-bi memeriksa denyut nadi Ratu. Seo-bi mengatakan bahwa bayi itu bukan anaknya Ratu. Cho Hak-ju murka, namun terlambat. Racun dalam minuman yang diberikan Ratu padanya sudah bekerja. Cho Hak-ju mati di tangan puterinya sendiri.
Putera Mahkota Chang menemui pamannya yang sudah melepaskan diri dari kebangsawanannya. Sementara itu, Seo-Bi dihukum Ratu. Ia dibawa ke ruang bawah tanah tempat para zombie dikurung. Putera mahkota menyerbu Hanyang dan membebaskan orang-orang yang dituduh berkhianat. Para pejabat kemudian berpihak pada Putera Mahkota. Saat bertemu Ratu yang sedang menggendong anaknya Moo-young yang diakuinya sebagai pangeran, para pejabat kemudian mempertanyakan apakah benar itu putranya? Mendengar Ratu terdesak dan pejabat kerajaan meminta stempel, dayang pribadi Ratu memilih mengeluarkan zombie yang dikurung di ruang bawah tanah. Gerbang istana pun ditutup. Zombie beraksi dan menyerang banyak orang termasuk Ratu yang sedang menggendong bayi. Putera Mahkota yang sudah mengetahui kelemahan zombie ini menggigirng zombie ke danau berlapis es. Ia menghancurkan es.
Bayinya Moo-young yang sempat tergigit diselamatkan Seo-bi. Ia meminta Putra Mahkota tidak membunuhnya. Selanjutnya, setelah berusia 7 tahun, ia tetap menjadi anaknya Ratu dan diangkat menjadi raja. Sementara Putera Mahkota Chang terus mengembara bersama Young-shin. Di episode terakhir sesi kedua ini ditambahkan cerita yang akan terhubung ke sesi selanjutnya. Wabah zombie masih berlanjut!
Mari kita tunggu sesi ketiganya, genk!
0 Comments