Bukan Réréncangan Biasa

Salah seorang pengunjung di stand réréncangan pada Pameran Seni Rupa November 2015 | Doc: Uthera

Serang, Uthera | Jika anda pernah berkunjung ke Pameran Seni Rupa yang dihelat Lembaga Pengembangan Seni Rupa Banten (LPSB), bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten pada awal November lalu, anda pasti pernah melihat foto ulat yang banyak membuat orang merinding, foto kecoak yang sekarat, lukisan batik anak-anak yang sedang dolanan dan lainnya. Itulah beberapa karya para perupa yang tergabung dalam kelompok perupa réréncangan.
      Réréncangan diambil dari bahasa Sunda yang memiliki arti teman-teman. Istilah ini diadopsi Indra Kesuma dan sembilan kawannya, yaitu MT Harsana, Mulyono, Hidayat HL, Gito Waluyo, Gunawan, Tubagus Patoni, Ade Wahyu Budi Santoso, Mahex Maranoes dan Muhamad Lubis R. Sadap, untuk menamai kelompoknya. Berawal dari sepulang pameran di Jogjakarta pada Oktober lalu, ide membuat kelompok ini muncul.
    Indra Kesuma yang RR Online temui pada Minggu (15/11) lalu, mengatakan bahwa nama réréncangan sengaja diambil dari bahasa Sunda agar lokalitasnya terasa. Indra enggan menyebutnya sebagai komunitas, sebab menurutnya mereka hanya sekelompok para perupa yang memiliki misi dan sudut pandang yang sama dalam memajukan kesenian, khususnya seni rupa di Banten. “Bukan komunitas, tapi lebih kepada tempat nongkrong dan bertukar ide buat mengembangkan kesenian saja,” ujarnya.
     Kelompok perupa ini berasal dari berbagai latar belakang, guru, dosen, pegawai kelurahan, pelaku seni murni dan lain-lain. Menurut Indra, sifat kelompok réréncangan ini sangat cair, tidak egosentris dan tidak membatasi siapapun untuk bergabung. “Memang anggota tetapnya hanya 10 orang, tapi terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. Kalau anak muda yang bergabung, posisi kami di sini sebagai orang tua yang mengarahkan, bukan menggurui,” ujar pelukis dan fotografer ini.
    Dalam keseharian, Indra mengakui bahwa sebenarnya kelompok ini jarang bertemu secara rutin. Hanya ketika ide muncul dan perlu disegerakan, maka satu sama lain biasanya berkomuniasi melalui alat komunikasi, atau media sosial lainnya. Cerdas, cepat dan cermat dalam membuat keputusan, merupakan cara kelompok ini dalam merealisasikan kegiatan dan aktivitas kesenian, baik secara kelompok maupun perorangan. “Kalau kumpul, biasanya pindah-pindah. Saling mengunjungi untuk melihat karya, saling mengkritik, memberi ide dan menyemangati. Seperti itulah réréncangan,” ujar Indra.
     Ditanya perihal kesenian di Banten, Indra mengatakan bahwa kesenian di Banten saat ini lambat, sebab para pelaku seninya lebih banyak menunggu. Padahal, kesenian di Banten harus cepat bergerak mengejar ketertinggalannya.  “Karena itu, saya sering berpesan pada kawan-kawan, sekecil apapun kegiatannya, harus maksminal. Ini untuk melatih agar memaksimalkan kinerja dan kekaryaan,” tutup Indra. [*]

Ditulis untuk Rubrik Pancaroba ruangrekonstruksi.co

You Might Also Like

0 Comments