Sejarah Hari Buruh Internasional 2024



Hari Buruh atau May Day, merupakan momen penting yang dirayakan oleh kelas pekerja di berbagai belahan dunia. Peringatan ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh, tetapi juga mencerminkan perjuangan panjang untuk meraih hak-hak mereka dalam ranah industri.

Sejarah Hari Buruh dimulai dari rentetan perjuangan kelas pekerja pada awal abad ke-19, ketika kapitalisme industri mulai berkembang pesat di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat. Di tengah pengetatan disiplin, intensifikasi jam kerja, dan minimnya upah, kelas pekerja bangkit untuk melawan kondisi kerja yang tidak manusiawi.

Pada tahun 1806, pemogokan pertama kelas pekerja terjadi di Amerika Serikat, yang kemudian membawa para pengorganisirnya ke pengadilan. Perjuangan ini menggarisbawahi fakta bahwa pada masa itu, kelas pekerja bekerja hingga 19-20 jam sehari. Sejak itu, tuntutan untuk mengurangi jam kerja menjadi agenda utama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Peter McGuire dan Matthew Maguire menjadi tokoh kunci dalam menyuarakan penghargaan terhadap para pekerja. Pada tahun 1872, McGuire bersama 100.000 pekerja melakukan mogok untuk menuntut pengurangan jam kerja. Tidak hanya itu, McGuire juga aktif dalam melobi pemerintah untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur bagi para pekerja. McGuire dikenal dengan julukan "pengganggu ketenangan masyarakat" karena perannya yang aktif dalam perjuangan buruh.

Pada tahun 1881, McGuire mulai mengorganisir para tukang kayu di St. Louis, Missouri, dan akhirnya membentuk persatuan tukang kayu di Chicago. Ide untuk mengorganisir pekerja berdasarkan bidang keahlian mereka menyebar ke seluruh Amerika Serikat. Inisiatif ini mengarah pada penetapan Hari Buruh yang dirayakan setiap Senin pertama bulan September.

Parade Hari Buruh pertama kali diadakan pada tanggal 5 September 1882, di New York, dengan peserta sebanyak 20.000 orang yang menuntut jam kerja delapan jam sehari. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam penyelenggaraan parade ini. Seiring berjalannya waktu, gagasan ini menyebar dan menjadi perayaan nasional di berbagai negara bagian.

Pada tahun 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikan Hari Buruh sebagai hari libur nasional. Kemudian pada tahun 1894, Presiden Grover Cleveland menandatangani undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September sebagai hari libur nasional.

Kongres Internasional Pertama yang diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, menetapkan tuntutan untuk mengurangi jam kerja menjadi delapan jam sehari. Tuntutan ini kemudian menjadi dasar perjuangan kelas pekerja di seluruh dunia.

Tanggal 1 Mei dipilih sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Kongres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions. Pada tahun yang sama, National Labour Union di Amerika Serikat juga menuntut jam kerja delapan jam sehari yang diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Peristiwa Haymarket pada tanggal 1 Mei 1886 menjadi momen bersejarah dalam sejarah perjuangan buruh. Demonstrasi besar-besaran yang dihadiri sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat berujung pada bentrokan dengan polisi yang menyebabkan ratusan korban tewas. Para pemimpin pergerakan tersebut kemudian dihukum mati, menjadikan mereka sebagai martir dalam perjuangan buruh.

Di Indonesia, peringatan Hari Buruh tanggal 1 Mei dimulai pada tahun 1920. Namun, selama masa pemerintahan Orde Baru, peringatan ini tidak lagi diperingati karena dihubungkan dengan paham komunis. Setelah era Orde Baru berakhir, peringatan Hari Buruh kembali marak dengan demonstrasi di berbagai kota.

Dari peringatan-peringatan Hari Buruh yang diselenggarakan di Indonesia, terlihat bahwa aspirasi buruh untuk hak-haknya masih menjadi isu yang relevan. Meskipun telah ada kemajuan dalam perlindungan hak-hak buruh, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan di tempat kerja.

Dengan mengingat sejarah panjang perjuangan buruh, peringatan Hari Buruh menjadi momentum penting untuk merefleksikan pencapaian dan merumuskan langkah-langkah selanjutnya dalam memperjuangkan hak-hak pekerja di masa depan.

You Might Also Like

0 Comments