Undangan Menulis Cerpen Festival Seni Multatuli 2019



LATAR BELAKANG

Sejarah memiliki peran yang sangat penting sebagai saksi sekaligus bukti dalam menggambarkan realitas dan menyuguhkan kearifan suatu daerah. Sejarah akan terekam dalam nilai-nilai luhur yang terkandung dalam banyak mitos, pamali, tabu, pantang larang, dan sebagainya. Nilai-nilai luhur tersebut hingga kini masih diyakini sebagai sebuah kebenaran dalam keberlangsungan hidup masyarakat adat Lebak.
Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Diruksak, merupakan penggalan amanat leluhur orang Kanekes, atau yang lebih kita kenal sebagai orang Baduy. Dari sepenggal pikukuh Baduy itu saja, kita dapat meresapi sistem nilai dalam kebudayaan masyarakat Sunda yang dikukuhi Masyarakat Adat Baduy untuk tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan, yang jauh melampaui isu-isu ekologi kontemporer. Selain Baduy, di Kabupaten Lebak juga terdapat lebih 50 perkampungan Adat Kasepuhan diantaranya tergabung dalam Kasepuhan Adat Banten Kidul, yang juga memiliki sistem nilai yang begitu berharga terkait alam dan lingkungan, khususnya dalam olah pertanian tanaman padi—satu-satunya makanan pokok mayoritas bangsa Indonesia.
Hanya saja, terkadang kita luput atau malah cenderung abai terhadap nilai-nilai luhur di sekitar kita, yang semestinya dapat kita pelajari, resapi, dan insafi bersama. Padahal, dengan mempelajari dan meresapi kembali nilai-nilai itu, kita dapat lebih menghargai dan hidup selaras dengan alam. Namun, seberapa sering kita tidak peduli pada sistem nilai warisan leluhur? Seberapa besar upaya kita menjaga narasi sejarah yang masih tersisa?
Oleh sebab itu, sebagai salah satu konten dalam Festival Seni Multatuli 2019 ini, kami kembali mengundang para penulis untuk turut serta dalam Undangan Menulis Cerpen Festival Seni Multatuli 2019 dengan tujuan melihat persfektif masyarakat Indonesia dalam memandang nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah, mitos, dan kearifan lokal di Kabupaten Lebak.

Persyaratan Peserta


  1. Terbuka untuk seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) dibuktikan dengan melampirkan scan KTP/Sejenis.
  2. Tema Cerpen “Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Diruksak (Mitos dan Kearifan Lokal Masyarakat Lebak). 
  3. Cerpen adalah karya asli, bukan plagiat atau saduran dan belum pernah dipublikasikan di surat kabar, buku dan atau media lainnya (dibuktikan dengan melampirkan surat pernyataan keaslian karya bermaterai 6.000).
  4. Panjang cerpen 5-6 halaman; spasi 1.5, jenis huruf Times New Roman; ukuran 12 pt; ukuran kertas A4;
  5. Cerpen harus sesuai dengan tema lomba, tidak mengandung asusila, pornografi dan kekerasan, menghina/melecehkan keyakinan tertentu.
  6. Peserta mengirimkan 1 naskah cerpen terbaiknya melalui e-mail: sastra.fsm2019@gmail.com dengan subjek email: Nama-JudulCerpen-FSM2019
  7. Undangan ini berlaku mulai 20 Juni-19 Juli 2019
  8. Seluruh cerpen yang telah dikirimkan menjadi hak panitia.
  9. Panitia akan memilih 20 cerpen untuk kemudian dibukukan bersama.
  10. Update Peserta Undangan Menulis Cerpen Cerita Dari Lebak, bisa diakses melalui: http://bit.ly/daftarpesertamenuliscerpen
Tanggal Penting
  • Penerimaan naskah: 20 Juni-19 Juli 2019
  • Kuartorial: 20 Juli-8 Agustus 2019
  • Pengumuman: 10 Agustus 2019
  • Penerbitan Buku: 15-30 Agustus 2019
  • Launching dan Bedah Buku: 9 September 2019
Penghargaan
  • 30 nomine (termasuk 10 peserta workshop yang cerpennya terpilih) akan diundang pada Festival Seni Multatuli 2019.
  • 30 nomine akan mendapatkan 2 eksemplar buku kumpulan cerpen ‘Cerita Dari Lebak’, sertifikat dan souvenir khas Lebak.
  • Nomine dengan cerpen terbaik selain mendapatkan fasilitas seperti nomine lainnya, juga mendapatkan: Uang pembinaan Rp. 10.000.000, akomodasi berupa penginapan, sertifikat dan souvenir khas Lebak.
Kurator
  1. Arip Senjaya (Akademisi Untirta) adalah Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus sastrawan yang telah menulis berbagai buku baik non fiksi seperti Roti Semiotik yang Memadai, maupun karya fiksi berupa kumpulan cerpen, kumpulan puisi Seperti Bukan Cinta dan novel Kebahagiaan Kita Sekalian Abad Ini dan lain-lain.
  2. Ni Komang Ariani (Sastrawan) adalah dosen Universitas Pamulang sekaligus sastrawan kelahiran Bali, 19 Mei 1978. Lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, tahun 2003-2006 sebagai penyiar dan jurnalis di Global FM Bali dan KBR 68th Jakarta. Tahun 2008 menjadi Pemenang Pertama Lomba Menulis Cerita Bersambung Femina melalui noveletnya Nyanyi Sunyi Celah Tebing. Dua karyanya masuk dalam Cerpen Pilihan Kompas 2008 dan 2010. Kumpulan cerpen Lidah (2008) dan novel Senjakala (2010). Karya lainnya terhimpun dalam buku antologi cerpen yaitu Lobakan (2009) dan Si Murai dan Orang Gila. Pada 2011 novelnya, Senjakala, menjadi 10 besar Khatulistiwa Literary Award.
  3. Zen Hae (Sastrawan) adalah pendiri Koalisi Seni Indonesia aktif sebagai penyair, cerpenis, dan penelaah sastra setelah sebelumnya menjadi penulis naskah di Bintang Grup. Lulusan Jurusan Bahasa dan Sastra IKIP Jakarta (kini Univeristas Negeri Jakarta) ini pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta (2006—2012). Beberapa buku yang telah ditulis Zen Hae, antara lain, Rumah Kawin (kumpulan cerpen, 2004) dan Paus Merah Jambu (kumpulan puisi, 2007). Yang terakhir memenangi Karya Sastra Terbaik 2007 dari majalah Tempo.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Narahubung: Uthera (0878-7870-5872) [] Siti Sundari (0898-9631-951)

E-mail: sastra.fsm2019@gmail.com / festivalsenimultatuli@gmail.com | Website: festivalsenimultatuli.id  | Facebook: Festival Seni Multatuli 2019 | Instagram: @festivalsenimultatuli | Twitter: @FS_Multatuli

You Might Also Like

0 Comments