Padepokan Para Tukang Ngopi dan Pencari Ide




Sudah setahun lebih saya menjadi pengunjung tetap Padepokan Kupi. Bahkan dengan sporadis mengklaim kantor saya ada di salah satu sudutnya, tepatnya di dekat colokan. Sesekali saya juga mengacak-acak dapurnya. Dengan sangat berisik mengatakan; 'aku ingin menjadi barista pribadi, tolong ajari.'

Untungnya, mamang pemilik kedai kopi ini baik. Selain baik, pemiliknya juga teman diskusi yang asyik. Segala macam permasalahan, baik yang menyangkut persoalan sosial, ekonomi, hukrim (hukum dan kriminal) bisa dibicarakan. Bahkan terkadang, kita membahas segala hal termasuk persoalan keyakinan. Padahal kita semua tahu, yang namanya keyakinan sih urusan masing-masing yang meyakini.

Sepertinya, saya tidak sendirian dalam kebiasaan ini. Beberapa pengunjung lain juga memang datang untuk berdiskusi. Beberapa komunitas turut menjadikan kedai ini sebagai basis pertahanan mereka, tempat mereka bertukar pikiran, bahkan kadang menjadikan tempat ini sebagai setting film yang mereka garap.

Kelvin Film, misalnya. Beberapa kali mamang kedai kopinya juga turut serta dalam garapan film mereka. Bahkan Produser Kelvin Film, Wina Afrillia (si pengacak-ngacak muka) ini mengatakan kalau kedai kopi ini baginya lebih dari sekadar kedai kopi. "Di sini tempat mencari ilmu, tukar ide, diskusi, pokoknya nuansa kekeluargaannya ada gitu," katanya.

Tentu saja, kamu tidak perlu khawatir soal kesepian di tempat ini. Karena kalau kamu berkunjung sendirian, pengunjung lain bisa kamu jadikan teman. Saya juga awalnya tidak kenal siapapun selain mamang pemilik kedainya yang doyan nodong buatkan poster acara itu. Tapi, akhirnya saya bisa mengenal komunitas-komunitas lain, anak-anak muda kreatif yang tidak mengizinkan isi kepalanya terkontaminasi kegalauan khas anak muda labil.

Selain para anak muda kreatif itu, banyak orang yang sudah pernah muda (tua, sih) ikut nongkrong di sini juga. Mereka adalah orang-orang hebat di bidangnya dan sudah banyak makan asam garam kehidupan. Tapi, tidak ada satu pun dari mereka yang pelit berbagi ilmu. Bahkan, terkadang mereka juga memberikan ide yang bisa kamu tangkap dan aplikasikan untuk berbagai project kecil kamu. Mereka juga tidak pernah menyoalkan gaya komunikasi yang santai dan kadang diselingi ledekan atas ketuaan mereka--jauh dari sopan santun. Tapi, mereka tahu, setiap anak muda yang mengobrol dan bercanda dengan mereka itu menghormati mereka dengan caranya sendiri. Karena itu, mereka terus mendukung kreatifitas para anak muda di sini.

Pergaulan di kedai kopi yang berada di Jl. Jayadiningrat No. 48 ini sudah jelas menerapkan prinsip 'di hadapan kopi, kita semua setara'. Jadi, tidak usah heran jika tua atau muda, bisa berdiskusi dengan bebas dan ceria. Nah, kapan kamu ada waktu luang? Mari kita ngopi sambil diskusi.

You Might Also Like

0 Comments