Supata di Hujan di Banjarbaru



Sudah lama tidak menulis, undangan itu datang juga. Beberapa kali aku mengecek notes di ponsel, juga di laptop, barangkali ada puisi yang sesuai untuk dikirimkan. Sebenarnya, tidak banyak puisi yang diminta panitia. Hanya 3 saja. Tapi, karena sudah lama tidak menulis yang lebih panjang dari 'caption' Instagram, tanganku jadi terasa sangat pegal dan napasku cukup tersenggal.

Pilihanku kemudian jatuh pada puisi yang belum selesai itu. Puisi yang kutulis entah sedang merasakan apa atau sedang dalam keadaan apa. Hanya saja, hasilnya terasa agak mengerikan. Agak ragu juga mengirimkan ketiganya ke panitia Banjarbaru Rainy Day Festival 2017. Tapi ketiganya ingin pergi dan bermukim di sana. 

Saat mendapat kabar namaku ada di antara ke-199 penyair keren itu, aku malah sedang sibuk berpikir cara mendapat tumpangan untuk pulang. Tentu saja aku senang. Tidak menyangka puisi buruk penuh kebencian itu bisa diloloskan kurator. Mungkin saat itu tuan kurator salah melempar dadu, atau sedang mengantuk sehingga puisiku lolos. Terus terang saja, aku juga tidak tahu puisi mana yang bermukim di buku kumpulan puisi The First Drop of Rain itu. Aku juga belum memiliki bukunya karena malu untuk menanyakannya. 

Ah, ini tulisan panjang sekali. Kamu pasti malas membacanya, bukan?
Baiklah, akan kutulis penggaluntuk lebih jelasnya dan untuk memiliki bukunya, kamu bisa menghubungi panitia Banjarbaru Rainy Day Festival. Sekalian aku titip, mohon pesankan satu untukku, ya. Heuheu...


You Might Also Like

0 Comments