utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact


KOMIK
Generasi muda sebagai penerus dan pelestari kebudayaan bangsa dalam menyikapi perkembangan teknologi yang lebih dahsyat, alih-alih memanfaatkan media baru, khususnya media sosial untuk hal yang konstruktif, justru seakan terjerembab ke dalam kehidupan instan yang serba konsumtif. Untuk mengeleminir dampak negatif dari fenomena media sosial ini, maka dalam rangka pembangunan karakter bangsa, Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya pada tahun 2015 melaksanakan kegiatan Pengemasan Nilai Budaya dalam rangka Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Kebudayaan.
Salah satu aktivitas dari kegiatan ini adalah Lomba Komik dan Esai Budaya Damai Tahun 2015. Kegiatan ini merupakan upaya strategis dalam upaya melakukan fasilitasi generasi muda yang produktif dalam berkarya agar mencerminkan karakter dan kepribadian bangsa Indonesia serta mendukung upaya internalisasi nilai budaya.

LOMBA KOMIK BUDAYA DAMAI 2015
Ketentuan lomba ini adalah:
1. Lomba ini bebas biaya pendaftaran.
2. Peserta adalah warga negara Indonesia.
3. Peserta berusia 12 sampai 18 tahun.
4. Karya yang dibuat adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
5. Mengisi surat pernyataan keaslian karya.
6. Hasil karya komik tidak boleh melanggar hak cipta orang atau lembaga lain.
7. Konten komik tidak boleh menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan).
8. Seluruh karya yang masuk serta hak publikasi dalam bentuk apapun akan menjadi milik panitia, dan hak cipta tetap milik peserta lomba.

Hadiah Pemenang Lomba Komik Budaya Damai 2015
1. Hadiah Juara 1 untuk 2 orang, @ Rp 10.000.000,
2. Hadiah Juara 2 untuk 2 orang, @ Rp 7.500.000,
3. Hadiah Juara 3 untuk 2 orang, @ Rp 5.000.000,
4. Hadiah Juara Favorit untuk 2 orang, @ Rp 3.500.000,-
5. Hadiah untuk 50 komik terpilih, @ Rp 1.000.000,-

Pendaftaran dan Pengiriman Naskah
Dapat dilakukan dengan cara:
1. Online melalui website www.indonesiaberkarakter.id
2. Dikirim melalui Pos ke Sekretariat Lomba Komik dan Esai Budaya Damai 2015: Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai X Jl. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta 10270

Jadwal Pelaksanaan Lomba Komik Budaya Damai 2015
Pendaftaran: 18 April – 30 Mei 2015
Batas Akhir Pengumpulan Karya: 30 Mei 2015
Penilaian : 1 – 29 Juni 2015
Pengumuman Pemenang : 30 Juni 2015
Pameran Karya Pemenang : 17 September 2015

ESAI

LOMBA ESAI BUDAYA DAMAI
Ketentuan Umum Lomba Esai Budaya Damai 2015:
1. Lomba ini bebas biaya pendaftaran.
2. Peserta adalah warga negara Indonesia.
3. Peserta berusia 18 sampai 26 tahun.
4. Karya yang dibuat adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
5. Mengisi surat pernyataan keaslian karya.
6. Hasil karya komik tidak boleh melanggar hak cipta orang atau lembaga lain.
7. Konten komik tidak boleh menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan).
8. Seluruh karya yang masuk serta hak publikasi dalam bentuk apapun akan menjadi milik panitia, dan hak cipta tetap milik peserta lomba

Hadiah Pemenang Lomba Esai Budaya Damai 2015
1. Hadiah pembinaan terhadap peserta lomba untuk 50 orang, @ Rp 500.000,-
2. Hadiah Pembinaan Juara 1 per tema untuk 1 orang, @ Rp 7.500.000,-
3. Hadiah Pembinaan Juara 2 per tema untuk 1 orang, @ Rp 6.000.000,-
4. Hadiah Pembinaan Juara 3 per tema untuk 1 orang, @ Rp 3.500.000,-

Pendaftaran dan Pengiriman Naskah
Dapat dilakukan dengan cara :
1. Online melalui website www.indonesiaberkarakter.id
2. Dikirim melalui Pos ke Sekretariat Lomba Komik dan Esai Budaya Damai 2015: Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai X Jl. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta 10270

Jadwal Pelaksanaan Lomba Komik Budaya Damai 2015
Pendaftaran online: 18 April – 30 Mei 2015
Batas Akhir Pengumpulan Karya: 30 Mei 2015
Penilaian: 1 – 29 Juni 2015
Pengumuman Pemenang: 30 Juni 2015
Pameran Karya Pemenang: 17 September 2015

INFORMASI LEBIH LANJUT
Untuk informasi lebih lengkap mengenai Lomba Komik dan Esai Budaya Damai 2015 dapat mengakses website www.indonesiaberkarakter.id atau dapat menghubungi Panitia melalui nomor telepon Desy (085878734041) atau Yoki (081393255967).

Source: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/blog/2015/05/08/lomba-komik-dan-esai-budaya-damai-2015/
  • 0 Comments

Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Lomba Penulisan Cerita Rakyat. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas bercerita di kalangan masyarakat dalam rangka melindungi kekayaan budaya. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat terdokumentasi cerita-cerita rakyat dan tertanam nilai-nilai budaya sehingga nilai-nilai tersebut teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Lomba dengan tema “Cerita Rakyat sebagai Wahana Pembangunan Karakter Bangsa”  berupa penulisan kembali cerita rakyat yang bersumber pada cerita rakyat Indonesia dengan versi penulis, baik dalam jenis mite, legenda, maupun dongeng. Lomba ini dibagi dalam dua kategori, yakni:
  1. Cerita rakyat untuk anak
  2. Cerita rakyat untuk umum
Ketentuan Umum:
  1. Naskah cerita merupakan penulisan kembali karya orisinal perorangan yang belum pernah dipublikasikan dan bersumber pada cerita rakyat Indonesia.
  2. Cerita rakyat yang ditulis kembali diharapkan diambil dari cerita rakyat yang selama ini belum banyak digali.
  3. Setiap peserta hanya dapat mengirimkan naskah 1(satu) judul.
  4. Panjang naskah terdiri atas 10.000–15.000 kata (10–15 halaman) tanpa gambar/ilustrasi.
  5. Naskah diketik di atas kertas A4, Times New Roman 12, spasi 1,5, margin kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm, dan bawah 3 cm.
  6. Judul cerita bebas dan sesuai dengan inti cerita dan tema lomba. Cerita tidak mengandung SARA, pornografi, dan kekerasan.
  7. Pendaftaran lomba dimulai tanggal 10 Juni 2015 dan ditutup tanggal 20 Agustus 2015 (stempel pos/jasa Kurir)
  8. Naskah yang dilombakan menjadi milik Direktorat Internalisasi Nilai dan DiplomasiBudaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta hak cipta tetap pada pengarang.
  9. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
  10. Naskah dan fotokopi KTP/Kartu Pelajar peserta dikirim dalam bentuk softcopy ke alamat email kekayaanbudaya@gmail.com atau hardcopy ke alamat: Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 10. Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat. Telepon: (021) 5725047/5725564.

Hadiah Pemenang baik untuk kategori cerita rakyat untuk anak maupun cerita rakyat untuk umum yaitu:
  • Juara I sebesar Rp. 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah),
  • Juara II sebesar Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah),
  • Juara III sebesar Rp. 15.000.000 (lima belas juta rupiah),
  • Harapan I sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah),
  • Harapan II sebesar Rp. 7.500.000 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah),
  • Harapan III sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah),
  • Enam hadiah hiburan masing-masing sebesar Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah).

Ketentuan Khusus:
  1. Pajak hadiah ditanggung pemenang
  2. Dua belas finalis dari dua kategori diundang ke Jakarta untuk wawancara
  3. Karya 12 terbaik akan diterbitkan dalam Katalog Pemenang Lomba.
  4. Tim Juri terdiri atas ahli dalam bidang tradisi lisan, akademisi, praktisi, media, dan bahasa.

Tahapan Kegiatan dan Jadwal
1. Publikasi Lomba Mei – Juni 2015
2. Pengiriman Naskah Juni – Agustus 2015
3. Seleksi Teknis Agustus 2015
4. Penilaian Naskah September 2015
5. Wawancara Finalis Oktober 2015
6. Pengumuman Pemenang dan Penyerahan Hadiah Oktober 2015

Informasi selanjutnya terkait publikasi dan formulir Lomba Menulis Cerita Rakyat Tahun 2015 dapat diunduh pada tautan berikut:
BIODATA PESERTA
Latar Belakang Lomba Penulisan Cerita Rakyat Tahun 2015
Publikasi Lomba Menulis Cerita Rakyat

Source:  http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/blog/2015/05/19/lomba-penulisan-cerita-rakyat-tahun-2015/
  • 0 Comments
        



“All that we see or seem is but a dream within a dream.” ― Edgar Allan Poe
Pernahkah kamu bermimpi tentang sesuatu, lalu kamu mencarinya saat kamu bangun? Saya sering. Itu terjadi ketika saya memimpikan makanan: dalam mimpi hendak menyuapkan sesuatu, tapi keburu bangun. Keki. Lalu, mimpi diberi uang. Itu mungkin yang paling keki, apalagi saat dompet setipis kertas tisue. Mimpi yang paling bikin keki, yaitu mimpi diserbu alien pemakan kaki, mengigau alias teriak 'tolong' sebelum akhirnya bangun. Kekinya karena kamu ternyata tertidur ditempat yang bukan kamarmu, ada orang lain di sana yang memandang ke arahmu sambil nyengir bahkan tertawa. "Akhirnya mengigau juga." Demikian komentar mereka. Padahal sepanjang ingatan, saya belum pernah mengigau macam itu.
       Tapi, ada mimpi yang sedihnya sampai ke hati. Mimpi bertemu Alm. Nandang Aradea. Itu terjadi sepulang TSI dari pementasan di Tokyo. Tidak hanya sedih, saya juga mengutuk pengganggu tidur saya. Petasan yang sialan itu. Padahal, masih banyak cerita yang harus saya dengar, masih banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Tapi, saya senang ia mau berkunjung dan menceritakan efek pementasan itu seperti hari-hari lalu. Senang karena ia--setidaknya anggapan saya--mengingat saya, mahasiswanya yang super nakal dan sulit diingatkan. Senang karena ia mengajak saya berperan di pementasan selanjutnya "Perempuan Gerabah", meskipun tidak akan pernah bisa lagi ia sutradarai. Ah, pokoknya itu mimpi sedih tapi menyenangkan. Semoga babeh baik-baik saja di sana, ya.
      Hmm, akhir-akhir ini mimpi saya absurd. Banyak adegan macam di film-film. Bahkan, adegan salah transfer pun ada. Benar-benar bikin cengar-cengir. Tapi, alur ceritanya lumayan buat bahan cerita. Hihi.
      Mimpi terakhir saya? Mimpi yang bikin saya garuk-garuk kepala seharian. Mimpi disidak lima lelaki. Tiga orang lelaki yang belum pernah saya temui,  Seorang lelaki yang saya kenal, dan seorang anak kecil laki-laki. Ini pasti karena sebelum tidur saya baca 'novel yang katanya meneror itu'. 
       Jadi, ceritanya begini. Ada lima lelaki yang hadir di kamar saya saat saya sedang tidur. Entah dari mana asalnya mereka itu, sebab saat hendak tidur, pintu selalu saya kunci. Jendela tidak pernah saya buka juga. Tapi, mereka mendadak ada di kamar saya. Salah satu dari mereka membangunkan saya, si anak kecil. Dia bertanya soal gitar kecilnya. Saya mengeliat bangun, lalu duduk. Mata saya masih mengantuk, tapi jari telunjuk saya menunjuk salah satu sudut untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu. Lelaki yang saya kenal, bercerita soal rencana pernikahannya dan bla-bla-bla lainnya yang tidak saya tanggapi atau dengarkan. Sedangkan ketiga lelaki yang belum pernah saya temui itu asyik dengan kegiatannya masing-masing. Lelaki pertama, bersenandung sambil melipat baju-baju saya. Sebelumnya dia menggerutu soal kebiasaan saya tidak melipat baju dengan baik dan menumpuknya sembarang. Keadaan kamar saya yang melulu berantakan juga masuk dalam gerutuannya. Lelaki kedua, duduk di meja sambil membaca buku. Dia bertanya soal buku-buku yang sudah saya baca atau belum saya baca dari koleksi saya. Meskipun saya tidak menjawabnya dengan baik. Lelaki ketiga, menurupkan selimut ke tubuh saya sambil berkata: "kenapa kamu selalu tidur tanpa baju?" Lalu, sambil menyibak selimut dari kepala saya berkata: "kenapa kalian menyerbu ke kamarku saat aku sedang tidur? Kalian tukang ngintip mimpi atau semacamnya?" Mereka menatap saya secara bersamaan.
"Kami cuma mampir. Sana tidur lagi." kata si yang menutupkan selimut itu.
        Dih-mimpi-apa-kali, banget, kan? Kalau bukan menyebabkan garuk-garuk kepala, apa lagi?
       Nah, sekarang, saya mau bikin mimpi lainnya. Bisa nggak, ya, saya yang mengatur alurnya, dan siapa yang saya temui? Saya pengen bertemu Alm. Wan Anwar, dan Pram. Boleh?
        Eh, selamat bermimpi, ya. :D
  • 0 Comments



Kamu
Selamat, ya. Pada akhirnya, kau kembali pada cerita ini, bukan?
Kau terus mengulanginya hingga kau bisa sejenak renungkan; apa di masa depan, kau akan tetap mau merasa demikian, atau kau mau mengubah alurnya? Jangan diam. jawablah beberapa pertanyaan seolah kau tengah dalam ujian nasional. Atau anggap saja kau sedang mengikuti tes perihal kebahagiaan. Kau pasti bisa menemukan kebahagiaan seperti biasanya. Kau tahu cara berbahagia meski dalam hal yang sederhana, bukan?

Aku
Yakin, kamu sedang menasihatiku? Sungguh lucu. Yah, kita memang perlu menyelamati apa yang bisa kita selamati. Terima kasih, ya. Kamu memang penuh sindiran.
  • 0 Comments


[ADEGAN 1]
Tanganku digenggam erat. Telapak kaki terasa keras menghantam kerikil demi kerikil, lorong gelap, tembok menjulang, seperti menjadi perangkap dan kau--seseorang yang mengenggam erat tanganku, terus menarik, menyeret, mengajak berlari.
Siapa kau? Menjadi pertanyaan yang kutelan untuk membasahi kerongkongan yang kering. Senggal nafas, telapak kaki nyeri dan kebas. Lorong menjadi gang, gelap masih bertahan. Gang menjadi pasar, terang dan udara amis menjadi kebersyukuran. Barangkali kau bisa berhenti untuk sekadar menghirup udara ini. Tapi nyatanya telapak kakiku masih harus merasakan nyeri. Kita mau ke mana? Berlari dari siapa? Dari apa?


[Adegan 2]

Tanganmu kuhempas tepat ketika udara laut menerpa wajah. Kau menghentikan langkah. Berdiri sejulang mercusuar di kilometer 0. Kakiku berdarah. Kau diam saja.
Tanganku meraih ujung rok putih dengan renda yang terasa halus. Sejak kapan aku memiliki rok macam ini? Sekilas pertanyaan itu muncul, tapi nyeri di telapak kaki makin menjadi. Kain di bawah renda cantik itu harus kurelakan menjadi perban. Kau masih saja berdiri membelakangi.

[Adegan 3]

Tak lagi berlari, kali ini. Berjalan mengekor di belakangmu menjadi terasa makin tak masuk akal. Tapi punggungmu serupa magnet yang kuat menarikku untuk terus berjalan. Kemeja putih bergaris tipis dan celana pendek cokelat itulah yang kau kenakan. Se... Oh! Kakimu berdarah. Kenapa aku baru sadar jika kakimu tak beralas juga? Hey! Kupercepat langkah, meski nyeri terasa menjalar ke hati. Bodoh sekali mengajak berlari tapi tak beralas kaki. "Tolong berhenti sebentar," kataku. Kau masih berjalan dan tampaknya tak merasa kesakitan. "Tolong berhenti sebentar, aku harus...," tanganku meraih ujung rok. Tapi tak ada sisa kain yang bisa kusobek lagi. Ada, tapi pahaku akan tampak di mata siapa saja. Kucari kain lain yang bisa menyelamatkan. Baju. Oh, lengan baju yang cantik. Tapi rasanya tak bercap milikku. Kutarik sekali, tak ada suara benang putus. Sekali lagi, dan lagi, dan lagi. "Hey! Berhenti!" Teriakku seraya mengacungkan lengan baju.

[Adegan 4]

Lukamu cukup dalam. Tapi bagaimana bisa kau tak mengaduh?

 [Adegan 5]

 Bisakah kita menunggu luka ini mengering, sebelum melanjutkan perjalanan?
 Kita?
 Ya, telapak kakiku dan kakimu sama-sama terluka.
 Jangan kita. Kau saja. Aku harus berjalan lagi.
 Bodoh. Kakimu terluka!
 Ada tangan. Sini aku bantu berjalan.
 Terima kasih. Tapi, apa kau mengenalku?

[Adegan 6]
 Apa kita tidak bisa mencari cumi bakar dulu?
 Kau sudah makan.
 Kapan? Aku tak merasa melakukannya.
 Sebelum aku menarikmu pergi.
 Benarkah? Humm, tapi kenapa perutku ingin makan cumi bakar?
 Kau memang doyan makan.
 Itu perutmu keroncongan.
 Abaikan, ayo terus jalan.
 Bagaimana bisa terus berjalan jika kau kelaparan? Aku harus cari makanan, tunggu sebentar.
 Hey! Jangan sembarangan meninggalkan seseorang.
 Oh, maaf. Mau cari makan bersama?
 Bodoh.

 [Adegan 7]

Sebenarnya kau siapa? Ih, kau tak bisa makan rapi. Ini usap mulutmu.
 Humm. Lumayan enak.
 Oh, tentu saja. Cumi bakar memang enak. Apa kau suka bir? Cumi bakar lebih enak jika dimakan sambil minum bir.
 Apa kau pernah makan cumi bakar sambil minum bir?
 Humm, rasanya belum pernah. Tapi jika ada bir sekarang, pasti akan aku minum.
 Apa kau sebegitu sukanya pada bir?
 Tidak juga. Aku lebih suka kopi.
 Kenapa jadi membahas bir jika kau suka kopi?
 Eh, aku lihat di film orang-orang minum bir dengan nikmat. Kau pernah minum bir?

 [Adegan 7]

Kau punya uang untuk membayar ini?
 Tidak. Ayo makan saja. Kenapa wajahmu memucat gitu? Aku tahu kau pun tidak punya uang. Tapi, sebagai manusia, kita butuh makan.
 Dengan apa kita bayar makanan ini? Rasanya ini sangat mahal.
 Sudah. Makan saja. Ini kepalanya buatmu. Aku tidak suka.
 Heh! Berhenti makan. Kita harus pikirkan cara membayarnya, atau kita mati.
 Jangan sembarangan menyebut kematian saat makan. Kita pasti akan membayarnya. Tenanglah.
 Aku tidak bisa makan.
 Mau dibungkus?

[Adegan 8]

Jadi dengan ini kita membayarnya?
 Iya. Bukankah kita hanya punya tenaga saja? Sudah kubilang kau harus makan selagi ada makanan. Untung saja aku cerdik. Ini kantung makanan kita. Ambillah.
 Bagaimana aku bisa makan saat mataku perih akibat bawang-bawang ini?
 Aih! Ya sudah, menangislah. Aku tidak akan meledek lelaki yang menangis. Kau mau menangis di bahuku?
 Kau meledekku. Tapi, bagaimana bisa kau tidak menangis saat mengupas bawang?
 Karena aku membelakangi arah angin. Lagipula, aku sering menangis. Eh, kenapa kau mengajakku berlari? Siapa namamu?
 Rahasia.
 Itu namaku. Apa kau mengenalku?
 [Bersambung]
  • 0 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top