utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact

"Jangan tutup pintu, aku akan kembali lagi."
"Cuaca sedang tidak bagus."
"Kalau begitu tutuplah, tapi jangan dikunci."
"Baiklah. Tidak akan aku kunci, tapi jangan salahkan aku jika maling masuk."
"Hanya sebentar, tolong terjagalah."
"Aku bukan ikan."
"Tapi kamu biasa begadang."
"Ya, saat aku menunggu kamu pulang."

*
"Aku bertemu dengan seorang perempuan."
"Good."
"Kamu tidak penasaran dia seperti apa?"
"Tidak. Kamu sudah mengatakan dia perempuan."
"Tapi dia seperti bidadari dengan isi kepala sangat indah."
"Aku tahu."
"Dari mana kamu tahu?"
"Dari wajahmu."
*
"Baiknya kita tidak usah bertemu lagi."
"Oke."
"Kamu tidak ingin menanyakan alasannya?"
"Perempuan, bukan?"
"Maafkan aku."
"Jangan merusak suasana dengan kata itu."
"Oh, maaf."
"Kubilang jangan merusak suasana."
"Tapi perasaanku tidak enak."
"Pergilah."
"Tidak untuk malam ini."
"Kalau begitu, pergilah saat matahari terbit."
"Kamu baik-baik saja, kan?"
"Tidak."
"Maaf."
"Kamu sudah merusak suasana."
*
"Apa kabar?"
"Seperti yang kau lihat."
"Masih suka kopi?"
"Jangan basa-basi."
"Maaf."
"Rupanya kamu masih menjadi peminta maaf."
"Ah, mulutmu ternyata masih tajam."
"Ya, lebih tajam."
"Karena aku dahulu memutuskan pergi?"
"Salah satunya."
"Kamu berubah."
"Cuaca juga begitu."
"Kamu tidak kangen aku?"
"Tidak."
  • 0 Comments


Secangkir Kopi

i/
kita bertemu di secangkir kopi
pada suatu senja yang mayang. daun trembesi
di atas kita bergoyang pelan. saat itu,
bibir kita berpagut di sisi cangkir yang sama
--konon, ribuan kunang-kunang lahir
dan menghabiskan tujuh hari kehidupannya
untuk mencari kekasih--sementara kita berpikir
lebih baik masyuk dalam cerita apa saja
ii/
kita berpisah ketika malam berangkat menuju pagi
udara yang menusuk rupanya tak cukup tancap
di tulang rusuk--lihatlah, langit cemberut melihat
seorang pemudi digendong kekasihnya menuju
losmen di samping rel kereta--lantas, orang
macam kita bisa apa? selain mengucap 'aku pulang'
pada dinding kamar dan sepi selalu menjadi teman
setia setelah berbagai perjumpaan.
(Serang, 2013)

Ini Sajak Khusus Untukmu
: Fajarwati Putri Dewi

non,
sajak ini kutulis ketika malam jatuh di meja
kantin belakang. segelas kopi yang hampir tandas
dan lagu cinta yang dinyanyikan angin
menjadi candu tak nyata. sementara rindu
belum cukup usia untuk menjadi tanda

duh! non,
sajak ini kutulis saat jarum jam tumbuh
di kematangan petang. bau pandan dan harum
bunga menguar di udara. tapi tak lekas
kutinggalkan meja. kau tahu bukan?
ada yang lebih menarik di depan mata

aih! non,
ini sajak kutulis tepat di matanya
lagu cinta di telinga menambah pacu
detak jantung. kuhitung; selirik senyum,
padu tatap, kepergian dan kedatangan,
dengan satu tanya di kepala
ini sajak sesungguhnya untuk siapa?

non,
sejujurnya, sajak ini kutulis khusus untukmu
sebagai manik-manik pelengkap kalung usiamu
harap telah banyak merayap menujumu, tentu
barangkali tak apa bila harapku lanjur henti di matanya
aih! kurasa tak harus diucap lantang
cukup kau tahu, ini sajak khusus untukmu
(Serang, 2013)

Jalan Pulang

        kapan kamu pulang, nak?
demikian bapak selalu bertanya di telepon
suaranya yang timbul-tenggelam, membuat
dongeng lutung kasarung khatam kembali di kepala
sementara itu, nasi liwet, sambal goang, asin peda,
dan jengkol mengajakku menari di perut yang melulu ribut
       ingin kujawab, hari ini, pa.
       --sampaikan pada ibu, tolong buatkan tuak laja
         untuk batuk dan pilekku.
tapi langit selalu saja memberi tanda, bila
hujan berwajah masam akan segera tiba
dan membawa ingatanku pada kerbau-kerbau
yang meliang di jalan dan buaya mengintip
di kolong-kolong rumah. lalu, bagaimana aku harus melewatinya?
buaya tak serupa lelaki bengal yang kutolak
saat mengajak naik ranjang. ia predator lapar,
bukan pengantin!
        akhirnya, kujawab saja; segera, pa.
        --sampaikan pada ibu, tolong beli krim pemutih
        wajah sebanyak butir padi hasil sawah kita
akan segera kulaksanakan upacara menangkap capung
dengan mantra yang diajari bapa, atau memanggil
kupu-kupu yang hinggap di kembang jambu, agar
membawaku ke kembang sepatu di halaman rumah kita
dan akan kupoleskan krim pemberian ibu pada jalan itu!
(Serang, 2013)

*pengantin; merujuk pada dongeng buaya yang diceritakan
masyarakat di tepi sungai Ciliman dan Cibuluheun.
  • 0 Comments





Ikut lomba menulis novel remaja, yuk?
Ini infonya, silakan. :)

  • 0 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top