Menjelajah Tubuh Kota


Main town by IIDanmrak

Kapan kau punya waktu? Aku ingin mengajakmu menjelajah kota ini. Kota dengan bau ikan asin, semur jengkol, dan tanah lempung yang begitu lekat. Kota kita, begitulah sebutan orang-orang yang sudah menahun tinggal di kota ini. Sedangkan kau dan aku yang baru beberapa tahun saja--itu pun sering bolak-balik ke kampung halaman masing-masing, belum boleh menyebut demikian.
Kau mau meluangkan waktu?
Ah, jangan terlalu bergantung pada kendaraan mewahmu. Di kota ini kendaraan mewah tidak dianjurkan. Lihatlah, semua orang menggunakan kaki mereka untuk berjalan ke sana ke mari. Kalau pun ada kendaraan, lihatlah di perempatan jalan sana, ada Mang Becak yang siap mengantarkan. Tidak perlu khawatir, meskipun mereka telah setua bangunan bersejarah, namun kaki mereka masih kuat mengayuh hingga berpuluh bahkan ratusan kilometer. Tapi, kebanyakan orang di sini lebih menyenangi jalan bersisian. Dan aku pun ingin seperti itu saja. Tenang saja, aku sudah persiapkan perbekalan seadanya; air mineral dua botol, dan dua tangkup roti.
Oh, oh, kau tidak perlu memakai kaca mata hitam, sebab kita bukan turis di kota kita ini. Kita hanya penjelajah. Kau tahu itu artinya? Siapkan telinga. Sebab, kita akan berkelakar dengan Mang Becak di perempatan jalan tanpa khawatir latar belakang diri kita dan mereka. Kita juga akan ngobrol santai dengan nelayan yang baru pulang melaut. Juga bersenda gurau dengan petani yang sedang istirah di pematang sawah. Jangan terlalu berpikir yang jauh ke atas--seperti yang biasa kau lakukan. Karena mereka pun berpikir yang dekat-dekat saja. Tidak perlu juga menyatakan diri kita siapa, sebab mereka dan kita adalah sama; manusia.
Kau mau meluangkan waktu?
Jika sudah, silakan hubungi aku.

You Might Also Like

0 Comments