Cemburu




BRUK!
Daun pintu itu dibantingnya. Aku terngaga. Cemburu padaku? Pertanyaan itu muncul di kepalaku. Menyusul kemudian kalimat yang bercampur rasa bangga, dan juga takjub. 'Rupanya, masih ada perempuan yang cemburu karena lelakinya berduaan bersamaku.'

Ah, itu hanya sepenggal kisah saja yang membuatku cukup takjub, karena selama ini orang-orang menganggapku 'berbeda' (lebih laki). Bahkan di antara mereka sangsi, apa aku benar-benar perempuan atau laki-laki. Karena itu mungkin, aku sendiri pun menjadi lupa bahwa diriku ini adalah perempuan. Lupa, namun tidak melupakan. Karena ketika seseorang menunjukkan buku 'bagaimana cara menjadi perempuan', membuatku sedikit tersinggung juga.
Aku ini perempuan, orientasi seksualku normal!
Lalu, bila ingat reaksi perempuan itu terhadapku, hal itu membuatku benar-benar-benar-benar takjub pada akhirnya; "Aku pantas ya dicemburui?" Semacam perasaan bangga yang menelusup tiba-tiba.
Entahlah.
Karena barangkali selama ini aku merasa tidak pantas dicemburui, atau pun cemburu. Dalam kamusku barangkali kata itu sudah terhapus. Yah, coba saja dipikir. Buat apa mencemburui orang yang meski berduaan, tapi tidak melakukan apa-apa. Sekedar ngobrol, apa salah? Kalau ledekanku ke seorang kawan sih; '...kalau pacarmu sudah kau lihat ciuman, atau bersenggama dengan perempuan lain, baru bisa kau mengatakan 'aku cemburu'. Baru saja ngobrol dengan perempuan lain, kok, cemburu.'

Yah, akhirnya, aku pun harus mengucapkan terima kasih pada perempuan itu. Terima kasih sudah memberiku rasa bangga menjadi perempuan. 'Dicemburui perempuan lain', meski aku tidak menyukai caranya cemburu. Itu cemburu yang tidak sopan!

You Might Also Like

0 Comments