utherakalimaya.com

  • Home
  • Features
  • _ARTIKEL
  • _CATATAN
  • _UNDANGAN
  • DOKUMENTASI
  • contact


KPK bekerja sama dengan Komunitas Benih Tumbuh (Kombeth) dan SMPI Al Azhar 11 Serang mempersembahkan:
"Kepentingan Asal Kepentingan"
(Dari naskah drama Ratna Dwi Astutik, Carut Marut Kepentingan dalam buku antoligi Teacher Supercamp 2016)
Sutradara: Peri Sandi Huizche
Penata Musik: Ikhsan 'Kissrun' Gumelar
Pencatat Adegan: Uthera Kalimaya
Aktor: Mauliedya Yassin dan Siswa SMPI Al Azhar 11 Serang
Durasi: 45 menit
Jadwal Pertunjukan:
Jumat, 30 September 2016
Lapangan SMPI Al Azhar 11 Serang
Pukul 16.30 s.d. 17.30 WIB
Sabtu, 01 Oktober 2016
Indonesia International Book Fair 2016
Jakarta Convention Center
Pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB


  • 0 Comments



: Selamat ulang tahun

kau mengetukku dengan cara paling gaib
bumi yang berputar di telapak kaki
terasa hingga di kepala
suhu tubuh lebih panas dari biasa
kau sedang mengukur ingatanku, bukan?
bagaimana bisa aku lupa?
ingatan paling panjang
selalu ada di luka yang dalam
karena itu, pagi ini
aku datang sebagai laron di lampu kamar
siap bunuh diri di atas kue tart
setelahnya, aku akan menghilang
dengan begitu, semogaku yang panjang
dapat kau makan dengan tenang.
(2016)
  • 0 Comments



Sudah lama tidak berbicara denganmu. 'Apa kabar?' sepertinya bukan kalimat yang bagus untuk memulai percakapan. Meskipun sudah lumrah ditanyakan setelah sekian lama tidak ada perjumpaan. Karena lumrah itulah, jawabannya pun menjadi standar, biasanya perihal kesehatan atau perasaan; baik dan tidak baik. Kesibukan atau kegiatan. Kesantaian jarang sekali dijadikan jawaban, hingga si yang bertanya kemudian menanyakannya; 'sibuk apa sekarang?'
     Bagi yang sibuk atau memiliki banyak kegiatan atau pekerjaan, itu pasti dianggap jawaban yang lumrah pula. Mereka akan memberitakan sebagian kegiatannya dan agak spoiler juga. Tapi, pertanyaan itu akan sama dengan pertanyaan 'kapan nikah' pada si jomblo, bila orang yang ditanya itu tidak memiliki kegiatan apapun atau pengangguran.
    Karena itu, aku tidak  ingin menanyakannya. Aku ingin menanyakan satu pertanyaan yang akan kau jawab dengan seluruh peristiwa yang selama ini terjadi. Tapi, jangan berbohong. Bukankah itu pula yang dulu pernah kau katakan padaku? Berbohong bisa menjadi salah satu kelainan jiwa, apalagi kebohongan yang terus ditumpuk. Kau tahu bukan, apa akibatnya bila seseorang ketahuan berbohong dan kita mendesaknya untuk jujur? Perubahan sikap, ilfil, atau menghindar. Itu lumrah saja, sih. Meskipun menurutku tidak mesti melakukannya. Anehnya, setiap dari kita selalu melakukannya. Bukankah itu lucu? 
      Karena aku sayang padamu, maka akan kusilakan kau jujur saja. Kau tahu bukan, aku orang yang selalu memerhatikan tanda? Kau tidak bisa membohongiku, meskipun ketika kau melakukannya, aku akan berpura-pura mengiyakan. Bukan bermaksud menjerumuskanmu lebih dalam pada lubang 'bohong-berbohong' ini, tapi lebih kepada aku memercayai kau memiliki alasan membohongiku. Itulah kenapa aku marah. Marah pada diriku sendiri karena membuatmu berbohong.
     Jujur saja, sekarang aku tidak percaya diri. Aku tidak enak mengganggu seseorang, bahkan jika orang itu adalah dirimu. Kau ingat ketika aku tidak makan tiga hari dan kau marah-marah ketika mengetahuinya? Saat itu kau datang dengan kotak berisi makanan rumahan. Ikan asin kesukaan, semur jengkol kebanggaan, rendang, dan masakan lain yang tak bisa kuhitung berapa harganya jika kau membeli semua itu di rumah makan. Tapi, aku tahu kau tidak akan sembarangan membawakanku makanan, jika bukan kau yang membuat, pastilah ibumu. Eh, apa kabar ibu? Apa ia masih suka menyanyikan I Surrender-nya Celine Dion sambil merentangkan tangan ke arah ayahmu?
       Bim, apa yang ada di kepalamu sekarang?
     Kau tahu? Hingga saat ini, aku belum memutuskan kalimat apa yang pertama kali aku ucapkan padamu. Karena itu, ketika kau meneleponku, aku tidak mengangkatnya. Bagaimana bisa aku mengangkat telepon darimu, sementara aku tidak memiliki kalimat apapun di kepalaku?
    "Hai...," dengan sangat canggung. Atau "Caelaah, sekarang cakepan lu?" dengan gaya gadis cerewet yang dulu kau kenal. Tapi, aku malu. Sekarang aku sudah tidak secerewet itu lagi. Aku lebih banyak diam. Aku sekarang lebih banyak melihat ke tanah, sehingga kurang hapal pada wajah orang-orang. Karena itu, maukah kau yang menyapaku terlebih dahulu? Maukah kau yang mengulurkan tangan terlebih dahulu?
    Aku sudah duduk di sini selama dua jam. Aku menunggumu. Tapi, aku tahu kau pasti tidak tahu aku berada di sini dan menunggumu. Dulu, kau selalu mengomeliku saat aku mengatakan bahwa aku sedang menunggu seseorang. Meski aku tidak memberitahunya. Kemudian, kau yang datang saat itu sembari berkata; "perempuan macam apa yang menunggu seseorang, tapi tidak memberitahu orang itu?"
     Perempuan sepertiku. Perempuan yang percaya pada naluri dan reaksi alam. Perempuan yang menganggap bahwa jika dua jiwa sudah memiliki keterhubungan, maka dimana pun ia menunggu dan sedang apapun seseorang yang ditunggunya itu, mereka akan bertemu. Aku melakukannya lagi kali ini. Tapi bukan untuk orang lain.
   Jika naluriku benar, malam ini kau akan datang. Entah sebagai kebetulan, atau kesengajaan. Tapi, jika benar yang berdiri di hadapanku malam ini adalah kau. Bolehkah aku menanyakan ini:"Apa kamu sudah memutuskan mencintaiku?" [*]
  • 0 Comments




Terbangun pada dini hari seperti ini terkadang membuatku agak random. Mulai dari mengerjakan tugas perdapuran, maksudku mencuci pakaian, hingga memeriksa percakapan-percakapan di telepon genggam. Bahkan, meneruskan menonton film yang sebelum tertidur tadi aku tonton.

Tapi, ada yang menarik di kotak masuk e-mailku pagi ini. Maafkan, aku tidak terlalu suka memeriksa e-mail, selain masalah pekerjaan. Begini, seseorang melalui blog ini bertanya padaku pada 8 September lalu:

Bagaimana Jika seseorang cinta padamu bukan karena dirimu melainkan karena perasaannya yang tumbuh atas karya-karyamu? Apa yang akan kau perbuat?

Regards,
Terus terang, aku tidak tahu cara lain menjawab pertanyaannya selain menuliskannya di sini. Sebelumnya aku sudah berusaha menjawabnya melalui e-mail, tapi tidak berhasil. Jadi, inilah jawabanku. Tentu saja sudah lebih panjang dari jawaban di e-mail yang kukirim padanya:

Kepada kamu yang merahasiakan diri,
 
Apa yang bisa aku perbuat selain mengucapkan terima kasih? Terima kasih sudah membaca karya-karyaku. Terima kasih sudah mencintaiku dari karyaku. Aku sangat terharu. Sungguh.

Setiap dari kita memang selalu membuat daftar panjang untuk mencintai seseorang atau sesuatu, bukan? Entah itu diawali dari fisiknya, atau seperti 'seseorang' katamu itu. Fisik memang lebih banyak dipilih sebagai alasan untuk jatuh cinta. Tapi, menurut kepalaku yang sedang sibuk memikirkan seseorang ini, mengawali mencintai seseorang dari karyanya itu melebihi segalanya. Ini seperti kau mencintai udara dan kemudian kau memutuskan untuk mencintai hidup ini. Alah! Apalah ini. 

Aku tidak ingin mengatakan itu lumrah. Aku juga tidak mau menambahkan kenarsisanku di sini. Tapi satu hal yang perlu aku garis bawahi, karyaku adalah bagian dari diriku. Aku percaya, ia--jika karyaku bisa disebut begitu--berasal dari seseorang di dalamku.  Seseorang yang murni yang tidak tersentuh dosa-dosa di bumi. Ini agak mistis, sih.
Di biodata Instagram, aku menulis: 'buku yang belum selesai kau baca'. Sebab aku percaya, proses memahami dan mencintai seseorang itu sama dengan membaca buku. Itu artinya, kau harus membaca seseorang secara menyeluruh jika ingin memahami atau mencintainya. Bahkan jika pada akhirnya kau memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup bersama seseorang yang kau baca itu. Nah, itu akan menjadi tugas membaca seumur hidup. Jadi, jika perasaan 'seseorang' tumbuh dari karya-karyaku, itu sudah benar. Tinggal bagaimana ia bisa membaca seluruhku dan bisa membedakan aku yang aku dan aku yang bukan aku dan tetap mencintaiku. Itu saja.
Ah, andai aku mengetahui siapa 'seseorang' itu, mungkin aku akan mentraktirnya kopi. Tentu saja, aku akan mengucapkan terima kasih berulang kali.

Salam,
 Lain waktu, mohon sertakan e-mail. Maksudku, bila kamu ingin menjadi rahasia, silakan. Tapi izinkan aku menjawab secara rahasia pula. Hehehe

P.S: Aku juga tidak mengerti apa yang sedang kubicarakan ini. (-.-")
  • 0 Comments

Where we are now

o

About me

a


@NYIMASK

"Selamat datang dan selamat membaca. Semoga kita semua selalu sehat, berbahagia, dan berkelimpahan rezeki dari arah mana saja.”


Follow Us

  • bloglovin
  • pinterest
  • instagram
  • facebook
  • Instagram

recent posts

Labels

#dirumahaja #tukarcerita Artikel Catatan Perjalanan Celoteh Cerpen E-Book Esai Info Lomba Journey Jurnal Kamar Penulis Lowongan Kerja Naskah Poject Promo Puisi Slider Undangan

instagram

PT. iBhumi Jagat Nuswantara | Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top