Perbaikan Jalan dan Ruwat Gunung Pulosari Bersama Abuya KH. Muhtadi



Saya selalu gagal paham kalau menyoal jalan di Pandeglang. Sejak zaman saya main layangan, sampai doyan kelayaban, jalan-jalan masih banyak yang hanya berupa tanah, banyak pula yang cuma bebatuan yang dibiarkan berserakan, atau bahkan jalan yang sudah diaspal pun banyak memiliki polkadot maut (berlubang).

Tidak perlu bicara jalan pulang ke rumah, jalan yang cuma sepelemparan batu agak ke atas dikit dari Pendopo Bupati Pandeglang pun, masya Allah saja. Apalagi kalau kita bicara jalan yang sudah masuk ke perkampungan atau desa. Ada dua kemungkinan jika dari jalan utama tampak bagus sekali jalan menuju desa atau kampung tertentu.

Pertama, jalan itu hanya separuh saja. Paling 1 km saja dari jalan utama itu juga sudah 'uyuhan', selebihnya Masya Allah saja. Kedua, memang bagus, tapi lobangnya banyak. Atau bagus, tapi hasil swadaya masyarakat. Saat mereka sudah belu' (eneg) dengan janji-janji perbaikan jalan yang tidak kunjung direalisasikan.

Jalan yang ingin saya bahas sekarang yaitu jalan menuju Camping Ground Tamansari yang berada di kawasan Mandalawangi dan di bawah naungan Perhutani. Entah bagaimana, sejak tahun lalu atau mungkin lebih dari itu, jalan tidak kunjung diperbaiki. Pembicaraan dengan aparat desa Cikoneng, sudah dilakukan. Begitu pun dengan pihak Kecamatan Mandalawangi. Apalagi dengan LMDH Tamansari selaku pengurus kawasan ini. Tapi, rupanya obrolan hanya sekadar wacana yang terlampau tinggi. Ketiadaan anggaran untuk perbaikan, menjadi sebab utama.

Setiap niat pasti ada jalan, barangkali demikian. Ketika Curug Putri longsor dan Yayasan Balaputra Salakanagara berniat melakukan ruwat gunung keramat itu, saat itulah jalan menjadi salah satu bagian yang harus dikerjakan. Selain akan dilewati Abuya KH. Muhtadi, juga tamu undangan, jalan menuju Camping Ground Tamansari dan Archeological Park itu memang agak sedikit membahayakan. Bebatuan besar teronggok, bercampur tanah dan juga kotoran kerbau. Meskipun persiapan acara sangat kilat, kurang lebih hanya 3 hari saja.

Tapi, kekompakan tim Balaputra Salakanagara, Kedai Salaka, LMDH Tamansari dan Karang Taruna Desa Cikoneng dalam mempersiapkan acara yang kilat itu akhirnya membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Acara berjalan lancar. Meskipun terhalang hujan deras, namun awan hitam di atas kepala pun mulai menyingkir seiring kehadiran Abuya KH. Muhtadi. Masyarakat dan para pengunjung yang sudah menunggu pun mulai merapat ke tenda sederhana yang dipasang di sisi Camping Ground. Doa bersama dimulai dengan khidmat dan khusyuk.

Selain mendoakan Gunung Pulosari yang sedang sakit, juga mendoakan Banten yang sedang berproses untuk sembuh. Meskipun kesembuhan itu sebenarnya ada di diri orang Banten itu sendiri. Sekaligus di dalam diri para petinggi di pemerintahan yang memiliki kebijakan penuh atas provinsi ini.


Semoga kita segera sembuh sejak dalam pikiran. Mari bergerak bersama.  

You Might Also Like

0 Comments