Mimpi ke Mimpi yang Aneh

        



“All that we see or seem is but a dream within a dream.” ― Edgar Allan Poe
Pernahkah kamu bermimpi tentang sesuatu, lalu kamu mencarinya saat kamu bangun? Saya sering. Itu terjadi ketika saya memimpikan makanan: dalam mimpi hendak menyuapkan sesuatu, tapi keburu bangun. Keki. Lalu, mimpi diberi uang. Itu mungkin yang paling keki, apalagi saat dompet setipis kertas tisue. Mimpi yang paling bikin keki, yaitu mimpi diserbu alien pemakan kaki, mengigau alias teriak 'tolong' sebelum akhirnya bangun. Kekinya karena kamu ternyata tertidur ditempat yang bukan kamarmu, ada orang lain di sana yang memandang ke arahmu sambil nyengir bahkan tertawa. "Akhirnya mengigau juga." Demikian komentar mereka. Padahal sepanjang ingatan, saya belum pernah mengigau macam itu.
       Tapi, ada mimpi yang sedihnya sampai ke hati. Mimpi bertemu Alm. Nandang Aradea. Itu terjadi sepulang TSI dari pementasan di Tokyo. Tidak hanya sedih, saya juga mengutuk pengganggu tidur saya. Petasan yang sialan itu. Padahal, masih banyak cerita yang harus saya dengar, masih banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Tapi, saya senang ia mau berkunjung dan menceritakan efek pementasan itu seperti hari-hari lalu. Senang karena ia--setidaknya anggapan saya--mengingat saya, mahasiswanya yang super nakal dan sulit diingatkan. Senang karena ia mengajak saya berperan di pementasan selanjutnya "Perempuan Gerabah", meskipun tidak akan pernah bisa lagi ia sutradarai. Ah, pokoknya itu mimpi sedih tapi menyenangkan. Semoga babeh baik-baik saja di sana, ya.
      Hmm, akhir-akhir ini mimpi saya absurd. Banyak adegan macam di film-film. Bahkan, adegan salah transfer pun ada. Benar-benar bikin cengar-cengir. Tapi, alur ceritanya lumayan buat bahan cerita. Hihi.
      Mimpi terakhir saya? Mimpi yang bikin saya garuk-garuk kepala seharian. Mimpi disidak lima lelaki. Tiga orang lelaki yang belum pernah saya temui,  Seorang lelaki yang saya kenal, dan seorang anak kecil laki-laki. Ini pasti karena sebelum tidur saya baca 'novel yang katanya meneror itu'. 
       Jadi, ceritanya begini. Ada lima lelaki yang hadir di kamar saya saat saya sedang tidur. Entah dari mana asalnya mereka itu, sebab saat hendak tidur, pintu selalu saya kunci. Jendela tidak pernah saya buka juga. Tapi, mereka mendadak ada di kamar saya. Salah satu dari mereka membangunkan saya, si anak kecil. Dia bertanya soal gitar kecilnya. Saya mengeliat bangun, lalu duduk. Mata saya masih mengantuk, tapi jari telunjuk saya menunjuk salah satu sudut untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu. Lelaki yang saya kenal, bercerita soal rencana pernikahannya dan bla-bla-bla lainnya yang tidak saya tanggapi atau dengarkan. Sedangkan ketiga lelaki yang belum pernah saya temui itu asyik dengan kegiatannya masing-masing. Lelaki pertama, bersenandung sambil melipat baju-baju saya. Sebelumnya dia menggerutu soal kebiasaan saya tidak melipat baju dengan baik dan menumpuknya sembarang. Keadaan kamar saya yang melulu berantakan juga masuk dalam gerutuannya. Lelaki kedua, duduk di meja sambil membaca buku. Dia bertanya soal buku-buku yang sudah saya baca atau belum saya baca dari koleksi saya. Meskipun saya tidak menjawabnya dengan baik. Lelaki ketiga, menurupkan selimut ke tubuh saya sambil berkata: "kenapa kamu selalu tidur tanpa baju?" Lalu, sambil menyibak selimut dari kepala saya berkata: "kenapa kalian menyerbu ke kamarku saat aku sedang tidur? Kalian tukang ngintip mimpi atau semacamnya?" Mereka menatap saya secara bersamaan.
"Kami cuma mampir. Sana tidur lagi." kata si yang menutupkan selimut itu.
        Dih-mimpi-apa-kali, banget, kan? Kalau bukan menyebabkan garuk-garuk kepala, apa lagi?
       Nah, sekarang, saya mau bikin mimpi lainnya. Bisa nggak, ya, saya yang mengatur alurnya, dan siapa yang saya temui? Saya pengen bertemu Alm. Wan Anwar, dan Pram. Boleh?
        Eh, selamat bermimpi, ya. :D

You Might Also Like

0 Comments