Semacam "Ada Saya di Sana"


"Boleh narsis asal tidak ngartis." Begitu kata sahabat saya beberapa waktu lalu. Dan sebenarnya saya agak malu melakukan ini. Tapi, sesekali tak apalah. Yah, sekadar mengingatkan diri dan memotivasi untuk tetap melakukan itu. Karena sudah ada saya di sana. Mungkin, ada beberapa yang tidak saya cantumkan karena dokumentasinya tidak ada di tangan saya. Jadi, mari kita lihat apa yang bisa saya lakukan untuk mewujudkan kenarsisan ini? Hehe. *lalu saya benar-benar malu*

1.  Antologi Orange I

Berawal dari ajakan kawan-kawan di ngerumpi.com (Solidaritas Orange) untuk membuat buku, dan hasilnya disumbangkan kepada yang membutuhkan. Jadi, saya ikut serta meski masih berantakan. Bukunya bisa didapatkan di nulisbuku.com
Dan buku lainnya yang diterbitkan Solidaritas Orange

2. Antologi Puisi "Malam Adalah Jendela"

Mau tahu kenapa ada buku ini? Yah, ini buku yang terbit tiap tahun/semester yang ada mata kuliah Menulis Kreatif di Untirta. Jadi, karena saat itu saya mengambil mata kuliah itu--meski sering tidak masuk, jadi tulisan buru-burunya ada di buku ini. *Dan langsung ditepok dosennya* :D












3. Antologi Cerpen Sarkofagus

Senang rasanya berada di antologi ini bareng abang dan mbak keren dari kampus lain. Meski bukan sebagai peserta sayembara lomba menulis cerpen yang selalu diadakan UKM Belistra Untirta tiap tahunnya. Tapi, sebagai pemenang lomba menulis yang khusus diadakan Belistra untuk anggota-anggotanya. Jadi, apa yang sebenarnya membuat saya senang? Tentu saja berada di buku ini, dan dapat hadiah "Belistra Awards". Hahaha... *Sambil goyang Shinchan*









4. Antologi Cerpen Banten Suatu Ketika

Agak malu sebenarnya mengakui bahwa tulisan saya ada di sini. Apalagi membawa nama Banten. Sebagai orang Banten, lahir dan besar di sini, tapi tidak begitu tahu tentang Banten. Itu yang membuat saya agak malu. Apalagi kemudian yang menjadi jawara bukan orang Banten. Widih! Malu banget, kan, tuh? Sepertinya harus banyak bertapa di Gunung Karang atau tempat kramat lainnya, yes? ('__')










5. Antologi Cerpen "Cinta dan Sungai-Sungai Kecil Sepanjang Usia"

Ini buku hasil lomba menulis cerpen tingkat mahasiswa se-Indonesia yang diadakan LPM Obsesi STAIN Purwekerto tahun 2013. Menang? Tidak. Cuma masuk nominasi saja. Well, tidak ada kata menyesal, sih. Karena saat mengikutinya saya cukup santai. Maksudnya, cerpennya sudah ada dan siap dikirimkan. Begitulah. Jadi, karena sudah siap, tidak ada proses editing lagi. Saya cukup takut untuk melakukan proses ini, karena editing saya biasanya malah 'buat baru'. Makanya, saya malas melakukannya. Haha. ("-_-) *bad writer*









6. Antologi Puisi "Reruntuhan Baluwarti"

Agak berasa setengah sadar bila puisi saya ada di buku yang diterbitkan Gong Publishing ini. Memalukan, sih. Saya belum mahir membuat puisi, dan masih harus banyak belajar lagi. Karena itu saya malu mengakui: ada puisi saya di sini. Eh, itu bentuk pengakuan juga, ya? Hihi... *nyari tiang*












7. Antologi Puisi Perempuan "Musim Untuk Laida"

Puisi di sini adalah puisi buru-buru. Jadi jangan heran bila tidak keren, karena saya pun selalu merasa tidak keren (lha?). Awalnya tidak ada keinginan untuk memasukan puisi di antologi yang diterbitkan Kubah Budaya ini. Selain karena saya pun tidak tahu ada pengumpulan karya untuk antologi puisi perempuan (dwibahasa: Indonesia-Inggris) dan saya tahu di saat-saat terakhir saja, juga karena saya tahu diri saya belum cukup mahir membuat puisi. Karena itu, dengan sangat malu juga saya mengatakan: 'wanna read my poet in that book?' Hehe.







8.  Antologi Cerpen "Perempuan dan Bunga-bunga" (Obsesi Press, 2014)

Apa yang bisa saya katakan perihal buku ini, ya? Terus terang ini buku beberapa waktu lalu baru berada di tangan saya dan belum selesai saya baca. Buku hasil dari lomba menulis cerpen tingkat mahasiswa se-Indonesia yang diselenggarakan LPM Obsesi STAIN Purwekerto kali ini memilih cerpen saya sebagai juara II. Tidak menyangka, sih. Karena saya menulis cerpennya dalam keadaan 'sangat bingung'. Pertama, karena saya dalam keadaan 'tidak bisa menulis' atau 'tidak produktif'. Dan kedua, waktu. Waktu membuatnya sangat mepet. Tentu saja karena saya lupa batas akhir lombanya. Haha. Menyedihkan, bukan? Karena itu saya bersyukur saat panitia memberi kabar, bila cerpen saya masuk 3 besar dan diundang ke acara. Meski acara mempermalukan dirinya bertambah saat hendak ke acara itu: saya tertinggal bus! Oh, ya, saya baru tahu juga bila bus ke Purwekerto cuma ada sekali saja. Wahaha.

You Might Also Like

0 Comments