Banten: Cerita Lintas Masa (Resensi "Banten Suatu Ketika")



Oleh: Ahmad Abdul Mu'izz

DataBuku:

Judul: Banten; Suatu Ketika
Penulis: Guntur Alam, Ank Ariandi, RichaMiskiyya, dkk.
Penerbit: Banten Muda Community &Framepublishing
Tahun Terbit: 2012
Tebal: xiv + 164 hlm.
ISBN: 978-979168486-6

“Banten; Suatu Ketika” merupakan antolologicerpen pemenang sayembara menulis cerpen yang diselengggarakan Banten MudaCommunity  pada awal September hinggaakhir Oktober 2012. Dari dua ratus tiga puluh tiga cerpen yang diterima panitiasayembara, hanya dipilih lima belas naskah cerpen yang dibukukan, yakni tigacerpen juara dan dua belas cerpen unggulan.

Antologi cerpen ini menyajikan berbagai macam cerita pendek dengan tema yangsangat beragam – mulai dari tema sosial, religi, budaya, dan tema-tema menariklainnya – yang tentu saja bersetting di Banten. Dengan berbagai tema tersebut,cerpen-cerpen dalam buku ini dapat menarik kita larut dalam cerita di Bantenpada suatu ketika: masa lalu, kekinian, maupun masa yang akan datang. Menariknyalagi, sayembara menulis cerpen yang kemudian dibukukan ini tidak hanya diikutioleh orang Banten, akan tetapi orang-orang di seluruh nusantara yang mampumengangkat nilai-nilai luhur lokalitas Banten dalam suatu cerita pendek.

Antologi cerpen ini dibuka dengan cerpen juaraI yang berjudul “Tiga Penghuni dalam Kepalaku” karya Guntur Alam yangmengisahkan problem seorang anak penjual asongan di Pelabuhan Merak, mulai dariperlakuan jahat sang ibu yang sering mengambil uang hasil jualannya untukberjudi, kekerasan seksual oleh preman pelabuhan, hingga kisah percintaansesama jenis yang ia nikmati dengan seorang pedagang Pop-mie yang mengayominyaselama ini. Guntur Alam mengemas cerpen ini dengan gaya bertutur yang sangatmenarik dan lugas.

Cerpen selanjutnya berjudul “Bebek PanggangNyai Pohaci” karya Ank Ariandi yang menjadi juara II. Dia menyajikan cerpennyadengan bahasa yang begitu hidup, bahasa prosa. Bahkan, di beberapa bagian,seolah-olah membentuk puisi, sehingga pembaca akan merasakan atmosfer yangsangat berbeda bila dibandingkan dengan cerpen pertama yang disajikan denganbahasa yang lugas. Cerpen ini mengisahkan tentang ritual nukuh, sebuah ritualyang diselenggarakan masyarakat pedalaman Banten guna menghormati Nyai Pohacisang Dewi Padi, dengan harapan hasil panenan padi nanti berhasil. Ceritadisajikan dengan sangat lembut dengan sebuah hentakan di akhir cerita. Menarik!

Kisah tentang perempuan pemain lesung yangmenjadi dambaan setiap lelaki di suatu perkampungan tepi laut yang menghadapSelat Sunda menjadi cerpen ketiga dalam antologi ini, berjudul “PerempuanLesung” karya Richa Miskiyya yang menjadi juara III dalam sayembara ini. Banyaklelaki yang sudah datang ke rumahnya untuk meminang, akan tetapi Halimah,perempuan lesung tersebut, selalu menolaknya. Dia menunggu seorang pria tampanyang ia temui dalam mimpinya datang meminangnya. Cerpen ini diakhirinya dengansangat manis oleh penulisnya.

Selain tiga cerpen pemenang tersebut, masihada dua belas cerpen unggulan yang dimuat dalam buku ini. Cerpen-cerpen yangsangat kaya kisah, kaya pesan dan hikmah, tanpa harus menggurui pembacanya. Ada“Candiru” karya Uthera Kalimaya yang berkisah tentang seorang lelaki yangkemaluannya dimasuki seekor ikan air tawar yang bernama Candiru atau canero(Vandellia cirrhosa) saat buat hajat di kali yang membuat kampungnya gentar.“Lembur Singkur” karya Ikal Hidayat Noor yang bercerita tentang lembah sunyinan damai, tempat mengasingkan diri dari perang saudara. “Ini yang Berlabuh”karya Teguh Affandi yang mengangkat tema anak gembel yang berambisi untukmemeluk seorang perawan sebelum mati. Dan masih ada sembilan cerpen lagi yangmengangkat berbagai tema dalam berbagai rentang masa yang sangat layak untukdibaca dan diapresiasi.

Di setiap pergantian bagian dalam bukuantologi ini, juga disajikan gambar-gambar ilistrasi yang akan memanjakan matapembaca setelah mengarungi kata demi kata dalam setiap cerita-cerita yangdisajikan.

Di samping kelebihan-kelebihan tersebut,antologi cerpen ini juga mempunyai beberapa kekurangan, seperti pemborosan katadan  perincian, serta penggunaan tandabaca yang tidak tepat dalam beberapa bagian.
Secara keseluruhan, buku ini sangat layakuntuk dibaca, diapresiasi, dan menambah koleksi buku sastra dalam rak bukuAnda.

You Might Also Like

0 Comments