Alay dan Sebagainya

Jujur saja, terkadang saya tidak terlalu paham mana yang termasuk kategori alay, dan mana yang tidak alay. Seperti yang sudah kita ketahui, alay itu adalah fenomena prilaku remaja Indonesia yang ngetren beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan di Filipina, fenomena ini disebut Jejemon.
        Menurut wikipedia, alay merupakan akronim dari "anak layangan", atau "anak lebay". Istilah ini merujuk pada stereotipe yang menggambarkan gaya hidup norak atau kampungan. Selain itu, alay juga merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan (lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian. Dari segi bahasa, bahasa tulis seseorang yang dikategorikan alay ini merujuk pada kesenangan menggabungkan huruf kapital dan huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, atau melakukan penyingkatan terlalu berlebihan. Mereka juga memiliki aturan sendiri, yakni diperbolehkan memakai 13 abjad dan sisanya angka dan simbol. Dari segi bicara, seseorang yang dikategorikan alay ini memiliki intonasi dan gaya bicara yang berlebihan. Tidak hanya dari segi bicara, dari cara mereka berpakaian pun rupanya serius. Maksud saya, mereka memiliki trend busana sendiri. Entah seperti apa. Hanya saja trend busana ini cepat sekali menyebarnya.
       Senada dengan wikipedia, kitabgaul.com juga menyebutkan alay merujuk pada anak layangan, lebay berlebihan, subjektif menunjuk seseorang memiliki paradigma dan sikap yang berlebihan dalam menanggapi sesuatu, bisa juga dengan gaya bahasa dan gaya menulis yang terlalu aneh. Alay juga disebut sebagai sekelompok orang yg menggunakan gaya berbicara yg berlebihan dan menggunakan tulisan bercampur angka sekaligus mengguanakan huruf besar dan kecil yang tidak wajar. Misalnya, QTa eN3 eM4Nk 4LaY GhHeToO.
      Nah, kita masuk pada inti dari pembicaraan ini, okay?
    Saya sengaja menulis ini karena seseorang (beberapa orang) telah sembarang memberikan cap alay pada siapa pun. Mari kita jadikan saya sebagai tumbal (ya memang ini cerita saya, piye, ya?). Saya sampai melihat lagi isi tulisan, tanda baca, dan sebagainya. Saya mencari letak 'alay' yang ia sebutkan. Dan saya tidak menemukan. Ada yang bisa menunjukan?
     Barangkali memang tulisan saya banyak metaforanya. Baik dalam puisi, cerpen, atau dalam catatan-catatan saya. Tapi, bila gaya bicara yang meng-aku-kan diri pun disebut alay, hello! Menurut ngana yang kagak lebay itu macam mana? (--__--")

You Might Also Like

0 Comments