"Geef Mij Maar Nasi Goreng" di Belistra


deviantart.com

Pagi ini, Media Player saya sedang parade. Parade lagu-lagu-nya Oma Lien (Tante Lien, biasa disapa) atau Wieteke Van Dort! Mulai dari Geef Mij Maar Nasi Goreng, Op De Pasar Malam, Hallo Bandung, sampai Arm Den Hag. Saat mendengar lagu terakhir itu, saya jadi tertawa terbahak-bahak... Meski saya tidak mengerti ia mengatakan apa, tapi terdengar lucu saja ketika Oma Lien bicara:

Links een karbouw met zo'n kleine katjong of z'n rug, ja
En rechts een pahman met zeven van die leuke kleine bebeks achter zich aan
Maar weet u, het schilderij, het krijgt hier geen licht genoeg
weet u wat nog meer Mener Le Clerque-Zubli hij komt ook nooit meer langs

Oke, dari sebuah artikel yang dipostkan di kompasiana.com saya dapat lirik dan terjemahannya! Asyik deh, ya.. Hehe.. Serasa dapat berlian, ikh.. Heuheu
Arm Den Haag, dat is toch erg, dat jij maar niet vergeten kan
(Kasihan banget Den Haag, kau tidak mungkin melupakannya)
De klank van krontjong en van gamelan
(Suara merdu musik kroncong dan alunan gamelan)
In het Indisch restaurant gonst het gesprek van alle kant: Tempo doeloe, tempo doeloe in dat verre, verre land
( Di restoran Indonesia terdengar pembicaraan dari berbagai sudut: Tempo dulu, tempo dulu, di tempat yang sangat jauh itu)
Ach kassian, het is voorbij kassian, het is voorbij
(Ah, sayang, itu semua kini telah berlalu, sayang, semuanya telah berlalu)
Den Haag, Den Haag, de weduwe van Indie ben jij
(Den Haag, Den Haag, kau sekarang jadi janda dari Hindia Belanda)
We kunnen hier hues wel Indisch eten thuis klaarmaken sambal goreng telor, sajoer lodeh, tahoe petis
(Kita di sini – di Belanda - memang benar bisa membuat sendiri masakan Indonesia  seperti sambal goring telur, sayur lodeh, tahu petis)
Alleen, de buren hebben het niet zo graag
(Hanya saja, tetangga kita tidak begitu suka bau tumisan bumbu masak itu)
En we kunnen hier ook hues wel tropische planten kopen
(Dan kita di sini memang biss membeli tanaman tropis)
Zoals bijvoorbeeld kembang sepatoe. Dat noemen ze hier hibiscus, hibiscus
(Seperti misalnya kembang sepatu, yang orang sini sebut sebagai hibiscus, hibiscus)
En allerlei varens: canna’s, gerbera’s, orchideeen
(Dan berbagai tanaman bunga lainnya: kana, gerbera, dan anggrek)
Maar het staat hier in de huiskamer toch heel anders
(Tetapi bunga-bunga itu di sini hanya bisa dipajang di dalam rumah, jadi tentu saja beda sekali suasananya)
Dan daar in de vrije natuur, ja trouwens, ze gaan allemal dood bij de kachel
(Dibandingkan di sana –di Indonesia – mereka tumbuh di alam terbuka. Di sini, tanaman-tanaman itu akan mati oleh panasnya perapian)
En weet u, ik heb thuis zo’n groot schilderij hangen
(Dan tahukah anda, di rumahku, aku punya lukisan besar yang kugantung di dinding)
Dat verbeeldt natuurlijk Indie, ja Adoe, beeldig, beeldig
(Dan lukisan itu tentu saja lukisan tentang alam Indonesia, ya ampun, bayangan itu, bayangan itu….)
Mooiie groene sawahs, klapperbomen
(Hamparan sawah hijau yang indah, pohon-pohon kelapa ….)
Links een karbouw met zo’n kleine katjong op z’n rug, ja
(Di sebelah kiri, berdiri seekor kerbau dengan seorang anak gembala kecil di punggungnya, ya)
En rechts een pahman met zeven van die leuke kleine bebeks achter zich aan
(Dan di sebelah kanan, seorang paman dengan tujuh bebek-bebek yang lucu berjalan beriringan)
Maar weet u, het schilderij, het krijgt hier geen licht genoeg
(Tetapi tahukah anda, lukisan itu di sini tidak mendapat cukup sinar lampu)
Weet u wat nog meer Meneer Le Clerque-Zubli hij komt ook nooit meer langs
(Dan maukah tahu lagi …..? Tuan Le Clerque-Zubli tidak pernah mampir ke rumahlu lagi…)
Lucu.. Hihi.. Saya jadi merasakan bagaimana Oma Lien ini kangen Indonesia, segala macam makanannya, suasananya, karena di Belanda semua itu tidak ia dapatkan. Apalagi ketika Media Player saya kemudian memutar lagu Geef Mij Maar Nasi goreng. Sebenarnya lagu itu saya dapat di youtube ketika saya mencari tahu tentang keadaan Jakarta Tempoe Doeloe. Soundtrack-nya lagu itu. Hehe.. Asyik deh!
Nah, saya juga mencari liriknya. Taraaa... Saya temukan juga!
Begini bunyi liriknya:

Geef Mij Maar Nasi Goreng
Music: Joop Stokkermans
Lyrics: Wieteke van Dort
Toen wij repatrieerden uit de Gordel van Smaragd
Dat Nederland zo koud was hadden wij toch nooit gedacht
Maar het ergste was het eten, nog erger dan op reis
Aardapp’len, vlees en groenten en suiker op de rijst
Nanananananananana

Geef mij maar nasi goreng, met een gebakken ei
Wat
sambal en wat krupuk en een goed glas bier erbij 2x
Geen lontong, saté babi en niets smaakt hier pedis
Geen
trassi, srundeng, bandeng en geen tahu petis
Kwee lapis, ondé ondé, geen ketela of bapao
Geen
ketan, geen gula jawa, daarom ja, ik zeg nou

Nanananananananana

Geef mij maar nasi goreng, met een gebakken ei
Wat sambal en wat
krupuk en een goed glas bier erbij 2x
Ik ben nou wel gewend ja, aan die boerenkool met worst
Aan hutspot paké klapperstuk en melk voor de dorst
Aan stamppot van andijvie, aan spruitjes, erwtensoep
Maar het lekkerst toch is rijst, ja en daarom steeds ik roep:

Nanananananananana

Geef mij maar nasi goreng, met een gebakken ei
Wat sambal en wat
krupuk en een goed glas bier erbij 2x

Jadi pengen makan nasi goreng! Haha, latah saya kumat. :D

Sekilas Tentang Wieteke Van Dort.

Foto from maastrichtaktueel.com

Louisa Johanna Theodora "Wieteke" van Dort (lahir di Surabaya, 16 Mei 1943; umur 69 tahun) adalah seorang aktris, kabaretis, dan penyanyi dari Belanda. Ia dikenal dari berbagai program televisi untuk anak-anak dan sebagai pembawa acara Late Lien Show dengan persona wanita Indisch.
Kota kelahirannya, Surabaya, menjadi tempat ia menempuh masa kecilnya hingga memasuki sekolah menengah. Pada saat ia berusia 14 tahun, bersama keluarganya ia berlibur ke Belanda. Pada saat itu, Sukarno, presiden pertama Indonesia, menjalankan kebijakan nasionalisasi sehingga ia terpaksa tinggal di Belanda dan tidak dapat kembali ke Indonesia.
Di Den Haag, kota tempat tinggalnya yang baru, ia meninggalkan sekolah menengah tanpa ijazah untuk masuk sekolah drama. Kembali ia keluar tanpa ijazah setelah dua tahun. Meskipun demikian, ia dapat bergabung dalam kelompok drama Nieuwe Komedie/Toneelgroep Arena, untuk kemudian berkarier di bidang pertunjukan dan juga sebagai penyanyi.
Pada tahun 1980-an ia membawakan acara yang bersuasana khas Indo ("Indisch"), kultur yang dikenalnya sejak kecil, yang terkenal, The Late Lien Show. Ia juga merekam cerita dan lagu bertema Indo, dengan bahasa Belanda kreol dialek Indisch.
Karena konsistensinya dalam memperkenalkan kultur Indo, pada tanggal 29 April 1999 van Dort dianugerahi penghargaan Ksatria Bintang Jasa Oranye-Nassau. (Wikipedia)

Official Website

You Might Also Like

0 Comments