Jejaka Itu

Ilustrasi from Deviantart

Namanya Kay, ternyata. Anggota baru komunitas teater itu. Kay yang pendiam, yang menyimpan kecamuk rasanya dalam sunyi malam. Dan tak biarkan seorang pun mengetahuinya. Kutilik ia sering kali. Meraba-raba pribadinya yang tak terdeteksi. Seperti apa dia? Seberapa dalam luka yang sering kali menjelma dalam binar matanya?
Kau suka melukis? Tanyaku pada malam berikutnya.
Hmmm, iya. Jawabnya.
Ada segurat senyum yang menawan mataku, membuatku ingin melihatnya lagi, dan lagi. Meski tak sedang ada kanvas dan kuas di hadapnya.
Aku bersumpah akan terus membuat garis itu di sana, di bibirnya!
Ah! Apa ini? Semacam iba, atau rasa lain?
Aku terus menatapnya yang menekuni kanvas. Membiarkan pagi datang diam-diam, dan bulan sepasi mengintip dari balik awan. Dan mungkin, di antara benda-benda yang kasat mata, seseorang tengah menyaksi semua gerakku dan dia. Hanya menyaksi, dan tak hendak menampakkan diri.

You Might Also Like

0 Comments